Bursa Asia Dibuka Melemah, Saham AI Tekan Pasar

Bursa Asia Dibuka Melemah, Saham AI Tekan Pasar

Bursa saham Asia-Pasifik dibuka mayoritas melemah pada perdagangan Selasa, seiring tekanan dari Wall Street yang kembali terkoreksi. Pelemahan ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi rotasi investor yang mulai mengurangi eksposur pada saham-saham berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), setelah sektor tersebut mencatat reli kuat sepanjang tahun.

Di Amerika Serikat, tekanan pada sektor teknologi kembali terlihat jelas. Sejumlah saham AI berkapitalisasi besar mencatat penurunan signifikan, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap valuasi yang dinilai semakin mahal serta potensi perlambatan pertumbuhan pendapatan. Saham Oracle terkoreksi lebih dari 5%, sementara Broadcom melemah lebih dari 2%. Saham Microsoft juga tercatat turun, menambah tekanan pada indeks Nasdaq yang sarat saham teknologi.

Pelaku pasar global juga masih mencermati prospek kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat. Meski ekspektasi penurunan suku bunga mulai menguat untuk tahun depan, investor tetap berhati-hati menyikapi data inflasi dan ketenagakerjaan terbaru yang dapat memengaruhi arah kebijakan The Federal Reserve dalam beberapa bulan mendatang.

Mengutip CNBC, Selasa (16/12/2025), di kawasan Asia, bursa Australia bergerak relatif terbatas. Indeks S&P/ASX 200 dibuka naik tipis 0,14%. Namun, sentimen pasar dibayangi rilis data awal indeks manajer pembelian (PMI) dari S&P Global yang menunjukkan perlambatan aktivitas bisnis pada Desember.

PMI komposit Australia tercatat turun ke level 51,1 dari 52,6 pada November. Meski masih berada di zona ekspansi, penurunan ini mengindikasikan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih moderat, sejalan dengan tekanan biaya, suku bunga tinggi, serta permintaan global yang belum sepenuhnya pulih.

Sementara itu, bursa Jepang bergerak di zona merah. Indeks Nikkei 225 melemah 1,27%, sedangkan Topix turun 0,97%. Pelemahan saham-saham eksportir turut dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar yen serta sikap hati-hati investor menjelang rilis data PMI Jepang. Data tersebut dinilai penting untuk mengukur kekuatan pemulihan sektor manufaktur dan jasa di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Di Korea Selatan, indeks Kospi melanjutkan pelemahan untuk hari kedua berturut-turut dengan penurunan 0,37% pada awal perdagangan. Indeks saham berkapitalisasi kecil, Kosdaq, bahkan terkoreksi lebih dalam sebesar 1,2%, mencerminkan tekanan jual yang lebih besar pada saham-saham pertumbuhan.

Sentimen pasar Korea Selatan turut diwarnai kabar korporasi, setelah perusahaan layanan medis ADEL mengumumkan penandatanganan kerja sama strategis pengembangan obat dengan raksasa farmasi asal Prancis, Sanofi. Nilai kerja sama tersebut mencapai USD 1,04 miliar dan dinilai berpotensi memperkuat sektor kesehatan, meski belum mampu mengangkat sentimen pasar secara keseluruhan.

Adapun di Hong Kong, kontrak berjangka indeks Hang Seng berada di level 25.574, lebih rendah dibandingkan penutupan sebelumnya di 25.628,88. Kondisi ini mengindikasikan potensi pembukaan melemah, seiring investor juga mencermati perkembangan ekonomi China, termasuk data konsumsi, properti, serta langkah stimulus lanjutan dari otoritas Beijing.

Secara keseluruhan, pasar Asia masih bergerak cenderung defensif, dengan investor menunggu katalis baru baik dari data ekonomi regional maupun arah kebijakan bank sentral global. Rotasi dari saham teknologi, khususnya AI, menuju sektor yang lebih defensif menjadi tema utama pasar dalam jangka pendek.