Harga Minyak Naik Usai Serangan Drone Ukraina

Harga Minyak Naik Usai Serangan Drone Ukraina

Harga Minyak Dunia Menguat, Pasar Waspadai Ketegangan Geopolitik dan Kebijakan Produksi OPEC di Awal 2026

Harga minyak dunia kembali bergerak naik pada penutupan perdagangan Senin, didorong meningkatnya ketegangan geopolitik global dan keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) beserta sekutunya yang memilih mempertahankan level produksi pada kuartal I 2026. Keputusan ini sekaligus menegaskan strategi OPEC+ untuk menjaga stabilitas pasokan di tengah penurunan tren investasi minyak global.

Penguatan harga minyak juga semakin kuat setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan penutupan wilayah udara Venezuela akibat eskalasi politik domestik negara tersebut. Venezuela merupakan salah satu produsen minyak terbesar di Amerika Latin, sehingga setiap gangguan terhadap rantai pasokannya berpotensi menciptakan volatilitas harga.

Menurut data CNBC, Selasa (2/12/2025), harga minyak Brent—patokan global—naik 79 sen atau 1,27 persen menjadi USD 63,17 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) menguat 77 sen atau 1,32 persen menjadi USD 59,32 per barel pada penutupan perdagangan.

Phil Flynn, analis dari Price Futures Group, menjelaskan bahwa pasar sedang merespons kombinasi berbagai faktor yang memicu kekhawatiran terhadap pasokan global.

“Serangan drone Ukraina terhadap armada minyak Rusia menambah risiko baru di kawasan Timur Eropa, dan keputusan OPEC mempertahankan produksi membuat pasar merasa ada kepastian pasokan. Ini terjadi ketika permintaan global justru menunjukkan tren peningkatan,” ujarnya.

Tambah Tekanan: Kerusakan Infrastruktur dan Penurunan Stok Global

Selain faktor geopolitik, pasar minyak juga terpengaruh laporan kerusakan di salah satu titik tambat Konsorsium Pipa Kaspia (Caspian Pipeline Consortium/CPC) di terminal Novorossiysk, Rusia. Terminal ini merupakan jalur penting yang menyalurkan minyak dari Kazakhstan menuju pasar internasional. Gangguan operasional CPC berpotensi menghambat ekspor hingga ratusan ribu barel per hari.

Laporan dari Badan Energi Internasional (IEA) terbaru juga menunjukkan adanya penyusutan stok minyak global sejak Oktober 2025. IEA mencatat bahwa kombinasi peningkatan konsumsi musiman, pemangkasan produksi terencana OPEC+, serta melemahnya output dari beberapa ladang minyak di Afrika Barat menyebabkan pasokan global menurun.

Prospek Awal 2026: Permintaan Menguat, Risiko Masih Mengintai

Di sisi permintaan, IEA dan OPEC melaporkan bahwa konsumsi minyak diproyeksikan meningkat pada kuartal I 2026, terutama dari India dan China yang menunjukkan pemulihan ekonomi lebih kuat dari perkiraan. Industri penerbangan dan sektor petrokimia juga mencatat kenaikan aktivitas.

Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa kondisi makroekonomi global masih rentan. Ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga bank sentral dunia, perlambatan ekonomi di Eropa, serta konflik geopolitik multi-kawasan dapat menciptakan tekanan baru.

Update Tambahan: Pasar Antisipasi Rapat OPEC+ Berikutnya

Pasar kini juga menunggu sinyal baru dari pertemuan OPEC+ berikutnya pada Februari 2026. Beberapa negara anggota, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, disebut tengah mempertimbangkan penyesuaian strategi produksi jika permintaan tidak tumbuh sesuai ekspektasi.

Analis energi memperkirakan harga minyak Brent dapat berada di kisaran USD 65–70 per barel pada awal 2026 apabila ketegangan geopolitik terus berlanjut dan gangguan pasokan tidak segera teratasi.