IHSG Bergerak Naik Turun, Saham-Saham Ini Perlu Diperhatikan

IHSG Bergerak Naik Turun, Saham-Saham Ini Perlu Diperhatikan

IHSG Fluktuatif Sepanjang Pekan, Sempat Cetak Rekor Tertinggi Didukung Aksi Beli Investor Asing

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pergerakan yang cukup dinamis sepanjang perdagangan saham periode 8–12 Desember 2025. Meski cenderung bergerak fluktuatif dengan tekanan jual di akhir pekan, IHSG sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level 8.777. Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa optimisme pasar masih terjaga, terutama didorong oleh masuknya dana asing ke pasar saham domestik.

Berdasarkan data perdagangan, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai sekitar Rp 892 miliar selama periode tersebut. Arus dana asing ini menjadi salah satu faktor penahan koreksi IHSG di tengah meningkatnya kehati-hatian pelaku pasar menjelang rilis sejumlah data ekonomi penting global.

Dari sisi sektoral, kinerja IHSG ditopang oleh penguatan enam sektor, sementara sektor lainnya mengalami koreksi terbatas. Sektor energi tampil sebagai penopang utama dengan kenaikan tertinggi sebesar 6,49% sepanjang pekan. Penguatan sektor ini tidak lepas dari lonjakan signifikan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang melesat sekitar 54,62%.

Kenaikan tajam saham BUMI dipicu oleh spekulasi pasar terkait peluang besar emiten tersebut untuk masuk ke dalam indeks MSCI Standard Cap. Saat ini, saham BUMI telah tercatat dalam MSCI Investable Market Index (IMI) dan MSCI Small Cap Index. Potensi kenaikan kelas ke indeks MSCI Standard Cap dinilai dapat membuka peluang masuknya dana institusi global dalam jumlah yang lebih besar.

Selain faktor domestik, pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh sentimen global. Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, menjelaskan bahwa pasar saham global, termasuk Indonesia, mendapat dorongan dari keputusan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50%–3,75%. Kebijakan tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar, meskipun diwarnai perbedaan pandangan internal dengan hasil voting 9 banding 3.

Sentimen tambahan datang dari data ketenagakerjaan Amerika Serikat, khususnya JOLTs Job Openings bulan Oktober yang tercatat naik tipis ke level 7,670 juta, dibandingkan September sebesar 7,658 juta. Data ini mencerminkan pasar tenaga kerja AS yang mulai melandai namun masih relatif solid, sehingga memunculkan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih akomodatif ke depan.

Dari dalam negeri, pasar saham turut mendapat sentimen positif dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia pada November 2025 ke level 124, naik dari posisi Oktober yang berada di angka 121,2. Peningkatan ini menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi, pendapatan, serta ketersediaan lapangan kerja, yang pada akhirnya berpotensi mendorong konsumsi domestik.

Selain itu, pelaku pasar juga mencermati rencana pertemuan perwakilan dagang Amerika Serikat, Jamieson Greer, dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada pekan ini. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan dagang bilateral yang berisiko terganggu akibat dugaan penundaan realisasi komitmen penghapusan hambatan non-tarif oleh Indonesia. Hasil pertemuan ini dinilai krusial bagi keberlanjutan hubungan dagang serta arus investasi asing ke Tanah Air.

Proyeksi Pekan Depan dan Saham Pilihan

Memasuki periode perdagangan 15–19 Desember 2025, Indri mengimbau trader dan investor untuk tetap waspada terhadap volatilitas pasar. Sejumlah sentimen penting akan menjadi perhatian, terutama rilis data Non Farm Payrolls (NFP) Amerika Serikat untuk bulan Oktober dan November yang dijadwalkan keluar secara bersamaan. Konsensus pasar memperkirakan terjadi penurunan tajam hingga ke level sekitar 55.000, yang berpotensi memengaruhi pergerakan pasar global, termasuk IHSG.

Di tengah kondisi tersebut, Indri merekomendasikan beberapa saham yang dinilai masih memiliki peluang menarik secara teknikal dan fundamental.

JPFA
Indri merekomendasikan buy saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dengan harga saat ini 2.640, target harga 2.800 atau potensi kenaikan sekitar 6,1%, serta batas stop loss di bawah 2.560. Secara teknikal, saham JPFA membentuk pola bullish falling wedge dan berada pada area risiko yang relatif rendah. Selain itu, prospek sektor pakan ternak dan unggas dinilai masih positif seiring stabilnya permintaan domestik.

MEDC
Untuk saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), rekomendasi yang diberikan adalah buy on breakout dengan level entry di 1.340 dan target harga 1.445 atau potensi kenaikan sekitar 7,8%. Indri menilai secara teknikal candlestick MEDC membentuk pola marubozu yang mencerminkan dominasi buyer, ditambah dengan adanya inflow dana. Kinerja saham energi juga masih didukung oleh harga komoditas dan prospek bisnis hulu migas.

INKP
Sementara itu, saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) direkomendasikan buy dengan harga entry di 8.200 dan target harga 8.800 atau potensi kenaikan sekitar 7,3%. Stop loss disarankan di bawah level 8.000. Indri menilai saham INKP menunjukkan tanda-tanda technical reborn. Dari sisi fundamental, kinerja keuangan juga membaik, tercermin dari lonjakan laba bersih 9M25 sebesar 44,15% secara tahunan, yang didorong oleh penurunan beban lain-lain dan efisiensi operasional.

Dengan kombinasi sentimen global, data ekonomi domestik yang solid, serta peluang teknikal pada sejumlah saham unggulan, pergerakan IHSG ke depan diperkirakan masih akan diwarnai volatilitas, namun tetap membuka peluang bagi investor yang selektif dan disiplin dalam mengelola risiko.