Kredit Bank Diprediksi Naik 11% pada 2026, Ini Syaratnya
Pertumbuhan Kredit Berpeluang Tembus 11% di 2026, Asal BI Turunkan Bunga Lebih Agresif
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menilai bahwa pertumbuhan kredit perbankan nasional berpeluang mencapai 11% pada 2026, asalkan Bank Indonesia (BI) melanjutkan sikap dovish dan memangkas suku bunga acuan secara lebih agresif.
Menurut Rully, kondisi saat ini menunjukkan bahwa kredit perbankan memang sudah menuju pemulihan, namun masih akan berada di level single digit tinggi pada 2025. Ia menyebut bahwa perbaikan permintaan kredit masih tertahan oleh tingginya suku bunga kredit konsumtif dan korporasi.
“Untuk 2026, pertumbuhan kredit kemungkinan besar masih di single digit, dan saat ini lebih condong ke high single digit. Double digit baru realistis jika bunga acuan turun lebih cepat,” ujar Rully dalam paparan daring, Kamis (4/12/2025).
Dorongan Pemangkasan Suku Bunga BI
Rully berharap BI dapat memangkas suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps) pada semester I 2026. Saat ini, BI 7-Day Reverse Repo Rate berada di 4,75%, setelah bank sentral memangkas total 150 bps sejak September 2024 untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Menurutnya, tren penurunan inflasi, stabilnya nilai tukar rupiah, dan meredanya tekanan eksternal memberi ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut.
“Dengan penurunan bunga yang sudah cukup agresif sebelumnya, tambahan penurunan 50 bps di paruh pertama 2026 sudah cukup untuk mendorong kredit tumbuh double digit. Target 11% menurut saya realistis,” kata Rully.
Faktor Pendukung: Inflasi Terkendali & Likuiditas Longgar
Selain pemangkasan suku bunga, sejumlah faktor dinilai mampu mempercepat pertumbuhan kredit:
- Inflasi yang tetap rendah
Inflasi 2025 berada di rentang 2,7–3,2%, sesuai target BI, sehingga risiko kenaikan harga relatif terkendali. - Likuiditas perbankan masih longgar
Dana pihak ketiga (DPK) terus tumbuh stabil, terutama tabungan dan deposito ritel, sehingga bank memiliki ruang lebih untuk ekspansi kredit. - Permintaan kredit konsumsi membaik
Kebutuhan pembiayaan kendaraan, KPR, dan kartu kredit diperkirakan meningkat seiring menurunnya bunga pinjaman. - Pemulihan sektor korporasi
Investasi pada sektor manufaktur, telekomunikasi, dan energi diprediksi meningkat setelah ketidakpastian global mereda.
Tantangan: Risiko Global & Perlambatan Ekspor
Meski optimistis, proyeksi pertumbuhan kredit tetap dibayangi beberapa risiko eksternal, seperti:
- potensi perlambatan ekonomi global yang dapat menahan ekspansi usaha,
- tekanan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa,
- volatilitas harga komoditas yang bisa memengaruhi sektor berbasis ekspor.
Selain itu, bank masih berhati-hati memperluas kredit korporasi berisiko tinggi untuk menjaga kualitas aset.
Prospek 2026: Realistis Tembus Double Digit
Dengan asumsi BI menurunkan suku bunga tambahan 50 bps dan stabilitas makroekonomi terjaga, pertumbuhan kredit nasional berpeluang kembali berada di fase ekspansif. Realisasi pertumbuhan kredit 10–11% pada 2026 dipandang sebagai skenario optimistis namun masih masuk akal.
Rully menambahkan bahwa sinyal percepatan permintaan kredit sudah mulai terlihat dari pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi pada akhir 2025. Jika tren ini berlanjut, target double digit akan lebih mudah dicapai.
0 Comments