Vitalik Buterin: Identitas Digital Berbasis ZK Adalah Solusi Terbaik untuk Lindungi Privasi

Vitalik Buterin: Sistem Satu Identitas per Orang Masih Berisiko, Meski Gunakan Teknologi Zero-Knowledge (ZK)
Vitalik Buterin, salah satu pendiri Ethereum, menyampaikan bahwa sistem satu identitas digital per orang—meskipun sudah menggunakan zero-knowledge proofs (ZK proofs)—masih bisa mengancam privasi pengguna.
Saat ini, platform seperti World ID (dari Worldcoin) memakai data biometrik dan ZK proofs untuk membuat identitas digital. Layanan ini sudah digunakan oleh lebih dari 10 juta pengguna. Teknologi ZK memungkinkan verifikasi identitas tanpa harus membocorkan informasi pribadi.
ZK Proof Membantu—Tapi Belum Cukup
Buterin mengakui bahwa teknologi ZK menyelesaikan banyak masalah penting, apalagi jika dibandingkan dengan sistem lama yang mewajibkan pengguna menunjukkan seluruh identitas legal mereka. Misalnya, jika sebuah aplikasi hanya ingin memastikan usia pengguna, maka seharusnya aplikasi tersebut tidak bisa mengakses nama lengkap atau alamat pengguna.
Namun, Buterin juga menyoroti beberapa masalah besar dari sistem identitas satu orang satu ID saat ini:
Masalah 1: Kurangnya Pseudonimitas (Anonimitas Online)
Banyak orang, terutama anak muda, biasa menggunakan beberapa akun online, misalnya akun utama dan akun pribadi/fake (seperti “finsta”). Tapi dalam sistem satu ID per orang, semua aktivitas online akan otomatis terhubung ke satu identitas publik, meskipun pakai ZK proof. Ini mengurangi kebebasan pengguna untuk memiliki identitas yang berbeda di dunia digital.
Masalah 2: Risiko Dipaksa Mengungkap Identitas
Meskipun sudah menggunakan ZK, pengguna tetap bisa dipaksa oleh pemerintah atau perusahaan untuk mengungkap identitas mereka. Contohnya, calon karyawan bisa saja diminta membuktikan identitasnya yang terhubung ke akun media sosial. Ini bisa menghilangkan fungsi privasi yang seharusnya dijaga oleh sistem.
Masalah 3: Tidak Semua Orang Bisa Mengakses
Beberapa orang tidak memiliki dokumen identitas resmi atau biometrik—seperti orang tanpa kewarganegaraan atau yang mengalami cedera pada wajah. Selain itu, data biometrik juga bisa dipalsukan atau dibajak, sehingga menimbulkan risiko keamanan tambahan.
Solusi: Identitas Pluralistik (Pluralistic Identity)
Buterin menyarankan untuk beralih ke sistem identitas pluralistik, yaitu sistem yang tidak bergantung pada satu pihak pusat untuk menerbitkan identitas digital.
Ia membagi sistem ini menjadi dua jenis:
1. Identitas Pluralistik Eksplisit (Berbasis Komunitas atau Social Graph)
- Pengguna membuktikan informasi (seperti usia atau status sebagai manusia) lewat pengakuan dari anggota komunitas lain.
- Pengguna bisa punya beberapa pseudonim (identitas online), masing-masing dengan histori dan jejak digital sendiri.
2. Identitas Pluralistik Implisit
- Pengguna bisa memakai berbagai jenis ID—seperti KTP, paspor, atau akun media sosial—untuk verifikasi.
- Sistem ini mengurangi kemungkinan seseorang dipaksa menunjukkan seluruh identitasnya.
Sistem identitas pluralistik juga lebih toleran terhadap kesalahan, dan lebih inklusif bagi mereka yang tidak memiliki dokumen resmi.
Peringatan Terakhir dari Buterin
Buterin mengingatkan bahwa jika satu sistem identitas menjadi terlalu dominan, maka sistem tersebut bisa kembali menjadi seperti sistem satu orang, satu ID—yang pada akhirnya mengancam privasi dan kebebasan pengguna di dunia digital.
0 Comments