Kerugian Investasi Bodong Tembus Rp 139,6 Triliun saat Opsi Menabung Kian Beragam

Kerugian Investasi Bodong Tembus Rp 139,6 Triliun saat Opsi Menabung Kian Beragam

Jakarta - Ketua Digital Financial Center (DFC) Universitas Indonesia Dede Suryanto menyoroti, laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat nilai kerugian masyarakat akibat investasi bodong mencapai Rp 139,67 triliun pada 2017-2023.

Dede mengingatkan masyarakat, Legal dan Logis (2L) harus selalu menjadi patokan dalam berinvestasi. Artinya, ketika berinvestasi harus memastikan agar perusahaan atau aplikasi investasinya telah berizin dan diawasi oleh regulator di sektor jasa keuangan. Begitu pula dengan logis, yang berarti wajib bisa mengambil keputusan dengan akal sehat. 

"Langkah 2L itu penting untuk selalu diperhatikan mengingat masih maraknya penawaran investasi bodong yang senantiasa mengintai kita, padahal telah merugikan masyarakat kita hingga mencapai Rp 139,67 triliun sampai tahun 2023 lalu," ujar Dede, Sabtu (30/3/2024).

Untuk diketahui, saat ini ada banyak cara dan metode yang digemari para investor untuk mencapai tujuan keuangan. Pertama, strategi the power of compounding yang digunakan oleh Warren Buffet, seorang investor legendaris yang menjadi panutan bagi banyak investor sedunia. 

Esensi dari the power of compounding adalah menginvestasikan kembali return investasi ke berbagai produk investasi. Kedua, strategi Dollar Cost Averaging (DCA) yang merupakan strategi investasi rutin dengan nominal berapapun tanpa mempedulikan kenaikan atau penurunan nilai investasi yang dimiliki.

Dede menyatakan, konsep menabung dulu dan kini sangat jauh berbeda. Dahulu, masyarakat mengartikan menabung sebagai investasi untuk menyisihkan uang secara rutin, dan menyimpannya di rekening tabungan atau deposito sebuah bank. 

"Namun, dewasa ini fungsi menabung telah bergeser dari sekedar menyimpan uang. Yang mana nilai uang kita lama-lama berkurang karena tergerus biaya administrasi, pajak dan tentu saja inflasi, kini beralih dengan menyimpannya dalam bentuk instrumen investasi yang relatif aman dan lebih menguntungkan, misalnya reksa dana," ungkapnya.

 

 

Source : https://www.liputan6.com/