Bos Mercedes Toto Wolff Jual Sebagian Saham ke Miliarder AS, Nilai Tim Pecahkan Rekor

Bos Mercedes Toto Wolff Jual Sebagian Saham ke Miliarder AS, Nilai Tim Pecahkan Rekor

Mercedes F1 Cetak Sejarah Baru: Saham Terjual, Valuasi Tembus Rekor, dan Masa Depan Teknologi Balap

Tim Mercedes-AMG Petronas Formula 1 kembali mencuri perhatian, bukan karena prestasi di lintasan balap, melainkan karena langkah bisnis besar yang berpotensi mengubah peta kekuatan F1. CEO sekaligus Team Principal Mercedes, Toto Wolff, resmi menjual 15% saham miliknya kepada miliarder Amerika Serikat, George Kurtz, sekaligus pendiri dan CEO perusahaan keamanan siber global CrowdStrike.

Langkah ini mengguncang dunia bisnis karena secara tidak langsung menetapkan valuasi baru untuk tim Mercedes F1, yang kini mencapai sekitar USD 6 miliar atau Rp 99 triliun. Ini menjadi salah satu valuasi tertinggi dalam sejarah tim Formula 1 dan menandakan bahwa F1 bukan lagi sekadar olahraga otomotif, tetapi juga bisnis hiburan, data, dan teknologi kelas dunia.

Nilai Transaksi dan Posisi Wolff

Toto Wolff sebelumnya memiliki sekitar 33% saham tim Mercedes F1, bersama Mercedes-Benz dan perusahaan energi Inggris, INEOS. Dari penjualan 15% sahamnya, Wolff diperkirakan meraup sekitar USD 300 juta atau lebih dari Rp 5 triliun. Meski melepas sebagian kepemilikan, Wolff menegaskan bahwa ia tetap menjalankan peran sebagai CEO dan Team Principal serta masih memiliki saham signifikan di dalam tim.

Wolff menjelaskan bahwa penjualan ini bukan sekadar transaksi finansial, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat tim di era Formula 1 modern yang semakin berorientasi teknologi, data, dan inovasi.

George Kurtz: Lebih dari Investor, Pembalap dan Ahli Teknologi

George Kurtz bukan sekadar investor dan pebisnis, tetapi juga seorang pembalap ketahanan profesional. Ia pernah berpartisipasi dalam ajang bergengsi seperti 24 Hours of Le Mans dan 12 Hours of Sebring. Kombinasi antara kemampuan teknis, pengalaman balap, dan kepemimpinan bisnis membuatnya dianggap sosok ideal untuk membawa Mercedes ke era baru.

Setelah akuisisi sahamnya, Kurtz tidak hanya menjadi pemegang saham, tetapi juga bergabung dalam komite pengarah strategis tim bersama Toto Wolff, Ola Källenius (CEO Mercedes-Benz Group), dan Sir Jim Ratcliffe (pemilik INEOS). Kurtz juga ditunjuk sebagai penasihat teknologi, memperkuat transformasi tim Mercedes F1 sebagai perusahaan data-driven.

Menurut Wolff, Kurtz adalah figur dengan latar belakang unik: seorang pebisnis teknologi, pembalap, dan duta Mercedes-AMG. Kombinasi ini semakin relevan karena masa depan Formula 1 kini bertumpu pada analitik data, kecerdasan buatan, efisiensi energi, dan keamanan informasi.

Transformasi Formula 1: Dari Balapan Menjadi Bisnis Teknologi

Langkah Kurtz menambah bukti bahwa industri Formula 1 kini berubah. Nilai tim F1 tidak lagi hanya diukur dari performa mobil dan sponsor, tetapi dari aset teknologi, hak siar global, analitik data, hingga strategi ekspansi ke pasar digital dan Amerika Serikat.

Beberapa faktor yang membuat valuasi tim F1 melonjak drastis:

  • Popularitas F1 di Amerika Serikat meningkat tajam sejak hadirnya serial dokumenter Netflix “Drive to Survive”.

  • Model bisnis baru F1 menghasilkan pendapatan stabil dari hak siar, sponsor global, hingga penjualan merchandise dan lisensi.

  • Batasan biaya (cost cap) yang diperkenalkan sejak 2021 menjadikan tim F1 lebih efisien dan menguntungkan.

  • Investasi teknologi energi dan AI, termasuk aplikasi data untuk pengembangan mobil produksi dan teknologi ramah lingkungan.

Toto Wolff menyebut tim F1 kini bukan hanya tim balap, tetapi juga perusahaan hiburan, teknologi, dan manufaktur berteknologi tinggi.

Posisi Mercedes di Era Baru F1

Meskipun mengalami penurunan performa pada beberapa musim terakhir sejak perubahan regulasi aerodinamis tahun 2022, Mercedes tetap memiliki reputasi kuat dengan delapan gelar konstruktor beruntun dari 2014 hingga 2021. Tim juga masih menjadi salah satu yang paling menguntungkan di grid, bahkan masuk daftar tim olahraga dengan pendapatan paling stabil di dunia.

Masuknya Kurtz diyakini akan mempercepat integrasi teknologi keamanan siber, data analitik, dan perangkat komputasi super di struktur operasional tim, termasuk dalam pengembangan mobil, strategi balap, dan infrastruktur digital.

F1 Tidak Hanya Balapan — Ada Drama Hukum dan Bisnis Global

Di saat dunia bisnis F1 bergairah, industri ini juga tengah diguncang isu hukum besar. Pengadilan tinggi Inggris mengizinkan gugatan mantan pembalap Ferrari, Felipe Massa, terhadap FIA, Formula One Management, dan Bernie Ecclestone untuk terus berlanjut. Massa mengklaim bahwa gelar juara dunia F1 tahun 2008 seharusnya menjadi miliknya, menyusul kasus Crashgate di Grand Prix Singapura.

Jika gugatan ini berhasil dan membuka kembali rekonstruksi klasemen musim 2008, ini akan menjadi salah satu konflik hukum terbesar dalam sejarah Formula 1. Dampaknya bisa sangat luas terhadap regulasi, reputasi lembaga, dan kemungkinan kompensasi keuangan.

Kesimpulan

  • Penjualan saham Wolff kepada Kurtz bukan hanya transaksi finansial, tetapi langkah strategis memperkuat masa depan Mercedes F1.

  • Valuasi tim yang mencapai hampir Rp 100 triliun menandai transformasi F1 sebagai bisnis teknologi dan data, bukan hanya olahraga.

  • George Kurtz membawa kombinasi unik: pembalap, pengusaha teknologi, dan pemimpin strategis global.

  • Formula 1 kini memasuki era baru: kolaborasi teknologi, ekspansi pasar, dan semakin menarik investor kelas dunia.

  • Di sisi lain, drama hukum dan regulasi menunjukkan bahwa Formula 1 tidak hanya berlangsung di trek, tetapi juga di ruang sidang dan ruang rapat bisnis.