Bullish (Didukung Peter Thiel) Ajukan IPO Senilai Rp68 Triliun di Tengah Perubahan Kebijakan Kripto AS

Bullish Incar Valuasi Rp69 Triliun Lewat IPO di AS
Bullish, platform pertukaran kripto yang didukung oleh miliarder Peter Thiel, berencana melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Amerika Serikat dengan target valuasi hingga $4,23 miliar (sekitar Rp69 triliun). Informasi ini tercantum dalam dokumen resmi yang diajukan pada 4 Agustus.
Perusahaan ini akan melepas sekitar 20,3 juta saham dengan kisaran harga $28–$31 per saham, dan berpotensi mengumpulkan dana hingga $629 juta (sekitar Rp10,2 triliun), menurut laporan Reuters.
Angka ini jauh di bawah target valuasi Bullish sebelumnya, yaitu $9 miliar pada 2021 saat mencoba merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC). Rencana itu gagal pada 2022 karena ketidakpastian regulasi kripto di AS.
Kini, Bullish mencoba lagi, didukung oleh situasi regulasi yang lebih ramah terhadap aset digital di bawah pemerintahan Trump. Salah satu faktornya adalah disahkannya GENIUS Act, undang-undang pertama di level federal yang mengatur stablecoin, yang kembali memicu minat investor terhadap saham-saham kripto.
Dipimpin oleh mantan Presiden Bursa Efek New York, Thomas Farley, Bullish menyatakan bahwa sebagian besar dana dari IPO akan dikonversi menjadi stablecoin yang didukung dolar AS, bekerja sama dengan penerbit token yang telah diregulasi. Ini mencerminkan tren baru di kalangan perusahaan kripto yang mulai menaruh cadangan dalam bentuk dolar digital yang legal.
Meski mencatat kerugian sebesar $349 juta pada kuartal pertama 2025—kebanyakan karena penurunan harga aset kripto—para investor diyakini akan lebih fokus pada efisiensi operasional dan potensi profit dari bisnis inti bursa Bullish.
IPO ini akan dipimpin oleh bank-bank besar seperti J.P. Morgan, Jefferies, dan Citigroup. Saham Bullish akan diperdagangkan di Bursa Efek New York dengan kode “BLSH.”
Langkah Bullish ini terjadi hanya beberapa hari setelah Coinbase, bursa kripto publik terbesar, melaporkan penurunan laba akibat lesunya volume perdagangan. Meski begitu, sentimen investor mulai beralih ke strategi jangka panjang di sektor aset digital.
0 Comments