Di Balik Industri Kreator Bernilai Ratusan Miliar Dolar, Mayoritas Pelakunya Alami Kelelahan
Di Balik Gemerlap Ekonomi Kreator, Krisis Kelelahan Mengintai
Pada ajang CreatorWeek Macao 2025 yang digelar pada akhir Oktober, James Louderback — Editor dan CEO Inside the Creator LLC — menyoroti sisi lain dari pesatnya pertumbuhan ekonomi kreator global. Meski nilainya telah menembus ratusan miliar dolar, banyak kreator kini menghadapi tekanan besar dan kelelahan mental akibat tuntutan untuk terus menciptakan konten tanpa henti.
“Menurut studi Patreon awal tahun ini, 78 persen kreator mengalami kelelahan. Hal itu memengaruhi apa yang mereka kerjakan,” ujar Louderback di hadapan peserta CreatorWeek. Ia menggambarkan situasi ini sebagai konsekuensi dari sistem digital yang terus menuntut kreativitas baru setiap hari.
“Berapa banyak dari kalian yang merasa harus memberi makan mesin konten setiap hari? Itu melelahkan, bukan?” tambahnya.
Ekonomi Besar, Tekanan Lebih Besar
Louderback menjelaskan, industri kreator saat ini telah berkembang menjadi salah satu mesin ekonomi baru dunia. Di Amerika Serikat saja, terdapat sekitar 27 juta kreator, dan 11 juta di antaranya bekerja penuh waktu. Rata-rata penghasilan kreator penuh waktu diperkirakan mencapai USD 180.000 per tahun, atau sekitar Rp 2,9 miliar.
Secara global, nilai ekonomi kreator diperkirakan mencapai USD 500 miliar pada 2028, dan bisa menembus USD 600 miliar pada 2030, seiring meningkatnya jumlah kreator di Asia, Amerika Latin, dan Eropa.
Namun di balik angka fantastis tersebut, tantangan besar mulai muncul. Tekanan untuk selalu aktif di media sosial, menjaga keterlibatan audiens, dan mengikuti algoritma platform yang berubah-ubah membuat banyak kreator kehilangan keseimbangan hidup.
Burnout Jadi Ancaman Nyata
Fenomena kelelahan ini bukan sekadar isu kecil. Survei yang dilakukan oleh Patreon dan beberapa lembaga lain menunjukkan bahwa sebagian besar kreator digital mengalami burnout dalam satu tahun terakhir. Sebanyak 52 persen kreator mengaku pernah mengalami kelelahan ekstrem, sementara 37 persen bahkan mempertimbangkan untuk berhenti total dari profesinya.
Penyebab utamanya antara lain:
-
Kelelahan kreatif (creative fatigue) akibat harus terus memunculkan ide baru setiap hari.
-
Beban kerja berlebih karena harus mengelola seluruh proses produksi, mulai dari ide, perekaman, penyuntingan, hingga promosi.
-
Ketergantungan pada algoritma, yang membuat kreator merasa harus aktif 24 jam agar tidak kehilangan visibilitas.
-
Tekanan finansial, terutama bagi kreator kecil yang belum memiliki pendapatan tetap.
-
Kurangnya dukungan emosional, karena sebagian besar kreator bekerja sendiri tanpa tim pendamping.
Seorang kreator di Eropa menggambarkan situasi ini dengan jelas:
“Kamu tidak bisa menghentikan internet hanya karena sedang lelah. Jika kamu berhenti sejenak, algoritma akan membawa pengikutmu ke kreator lain.”
Kesenjangan Pendapatan dan Ketimpangan Industri
Meskipun ada kreator yang bisa meraup miliaran rupiah per tahun, kenyataannya sebagian besar hanya memperoleh pendapatan yang minim. Studi terbaru menunjukkan bahwa pendapatan di industri kreator mengikuti pola “power law” — sebagian kecil kreator mendapatkan penghasilan sangat besar, sementara mayoritas memperoleh jauh lebih sedikit.
Ketimpangan ini semakin memperburuk tekanan psikologis, karena banyak kreator merasa gagal hanya karena tidak mampu menyaingi figur besar yang telah lebih dulu populer.
Selain itu, di era globalisasi dan pertumbuhan pesat pasar Asia, persaingan pun semakin ketat. Kreator dari berbagai negara kini bersaing secara langsung di platform yang sama, dari YouTube hingga TikTok, menambah tekanan untuk tampil unik dan relevan setiap waktu.
Industri 24 Jam Tanpa Henti
Louderback menyebut, industri kreator kini bergerak dalam siklus tanpa henti — “24 jam tanpa jeda.” Tidak ada waktu istirahat yang jelas, karena algoritma platform bekerja terus menerus. Kreator yang berhenti sejenak untuk rehat justru berisiko kehilangan momentum dan penghasilan.
Kondisi ini menciptakan pola kerja yang mirip dengan gig economy ekstrem, di mana keberhasilan bergantung pada kecepatan adaptasi dan konsistensi. Akibatnya, banyak kreator mengalami stres, insomnia, dan gangguan mental akibat tekanan untuk selalu “on”.
Dampak dan Perubahan yang Mulai Terjadi
Tekanan besar ini akhirnya mendorong perubahan arah dalam ekosistem kreator.
Beberapa tren yang kini mulai terlihat:
-
Model bisnis direct-to-fan – Kreator mulai beralih dari ketergantungan algoritma menuju hubungan langsung dengan audiens melalui platform seperti Patreon, Substack, atau membership eksklusif.
-
Kesadaran akan kesehatan mental – Semakin banyak kreator yang secara terbuka membahas isu burnout dan berbagi strategi untuk menjaga keseimbangan hidup.
-
Kolaborasi lintas wilayah – Acara seperti CreatorWeek Macao menjadi wadah penting untuk mempertemukan kreator dari Asia dan Barat, membuka peluang kerja sama baru.
-
Dukungan platform dan brand – Beberapa perusahaan mulai menawarkan program kesejahteraan kreator dan dukungan psikologis untuk mencegah burnout.
Solusi Menuju Industri yang Lebih Sehat
Louderback menekankan bahwa masa depan industri kreator tidak hanya bergantung pada jumlah konten, tetapi pada kemampuan menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dan manusiawi.
Beberapa langkah yang disarankan untuk mengatasi burnout di kalangan kreator:
-
Menetapkan batas kerja yang realistis, termasuk waktu istirahat yang terjadwal.
-
Mendelegasikan pekerjaan teknis seperti editing atau manajemen komunitas agar kreator dapat fokus pada ide dan strategi.
-
Diversifikasi platform dan pendapatan untuk mengurangi tekanan dari satu sumber.
-
Membangun komunitas pendukung, baik antar kreator maupun dengan audiens yang lebih peduli terhadap kesejahteraan kreator.
-
Menumbuhkan budaya “quality over quantity”, agar kreator tidak terjebak dalam siklus produksi cepat tanpa arah.
Penutup
Dunia kreator memang menjanjikan kebebasan dan peluang besar, tetapi di balik itu tersimpan sisi gelap berupa kelelahan, stres, dan ketidakpastian. Louderback menegaskan bahwa industri ini baru akan benar-benar matang ketika kesejahteraan mental kreator dihargai sama tinggi dengan nilai ekonomi yang mereka hasilkan.
“Pertumbuhan industri kreator luar biasa,” ujarnya. “Namun, keberlanjutan sejati hanya bisa dicapai jika kita memastikan para kreator — manusia di balik layar — tetap sehat, bahagia, dan mampu berkreasi tanpa tekanan yang mematikan kreativitas mereka.”
0 Comments