Dolar AS Perkasa, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.502

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan pada perdagangan Senin ini di Jakarta. Rupiah melemah sebesar 66 poin atau 0,40 persen menjadi Rp 16.568 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.502 per dolar AS.
Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis oleh Bank Indonesia juga mengalami pelemahan, turun ke level Rp 16.561 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.501 per dolar AS.
Menurut pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, pelemahan rupiah kali ini disebabkan oleh meningkatnya kehati-hatian investor terhadap kebijakan tarif perdagangan AS yang berpotensi memicu ketidakstabilan ekonomi global.
"Pelaku pasar masih mencermati dampak dari kebijakan perdagangan yang akan diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump. Rencana penerapan tarif timbal balik yang lebih selektif mulai 2 April mendatang menimbulkan sentimen negatif di pasar," ujar Ibrahim, dikutip dari Antara, Senin (24/3/2025).
Donald Trump, dalam pernyataannya pada Minggu (16/3/2025), kembali menegaskan niatnya untuk memberlakukan tarif timbal balik dan sektoral pada awal April. Kebijakan ini diprediksi dapat memperburuk perang dagang yang sudah berlangsung dengan beberapa mitra dagang utama AS, termasuk Tiongkok dan Uni Eropa.
Meskipun demikian, masih ada ketidakpastian terkait seberapa besar komitmen Trump terhadap kebijakan tersebut. Sebelumnya, ia telah beberapa kali mengubah kebijakan tarif terhadap Kanada dan Meksiko, yang menyebabkan pasar tetap bersikap waspada.
Sebagai respons atas ancaman tarif baru AS, Tiongkok dan Uni Eropa telah bersiap untuk memberikan tindakan balasan. Para analis memperkirakan bahwa langkah ini dapat mengarah pada peningkatan hambatan perdagangan yang lebih luas, memperburuk kondisi ekonomi global yang saat ini sudah menghadapi tekanan dari ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi.
Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor domestik, seperti peningkatan impor bahan baku dan pembayaran utang luar negeri yang menekan likuiditas dolar di dalam negeri. Selain itu, investor juga masih menunggu langkah-langkah lebih lanjut dari Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
Ke depan, pasar akan terus mencermati perkembangan kebijakan perdagangan AS, respons dari negara mitra, serta langkah-langkah intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Jika tekanan terhadap rupiah terus berlanjut, bukan tidak mungkin Bank Indonesia akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga guna meredam pelemahan lebih lanjut.
0 Comments