Harga Emas Cetak Rekor Baru, Tembus US$4.100 per Troy Ounce

Harga Emas Cetak Rekor Baru, Tembus US$4.100 per Troy Ounce

Emas Catat Rekor Tertinggi di Tengah Ketegangan Perdagangan dan Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed

Harga emas global kembali menorehkan sejarah baru setelah menembus level psikologis yang selama ini dianggap mustahil. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta optimisme pasar terhadap langkah pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).


Harga Emas Melejit ke Rekor Baru

Pada perdagangan Senin, 13 Oktober 2025, harga emas dunia melonjak 2,31% menjadi US$ 4.110,12 per troy ons, berhasil menembus level psikologis US$ 4.000 dan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Memasuki Selasa, 14 Oktober 2025, hingga pukul 06.15 WIB, harga emas di pasar spot sedikit melemah 0,08% ke posisi US$ 4.106,87 per troy ons, menandakan adanya koreksi tipis setelah reli besar sehari sebelumnya. Dalam perdagangan intraday, harga sempat menyentuh US$ 4.116,77 per troy ons sebelum kembali terkoreksi ringan.

Secara keseluruhan, harga emas telah naik sekitar 56% sepanjang tahun 2025, menjadikannya salah satu aset dengan kinerja terbaik di tengah ketidakpastian ekonomi global.


Faktor Pendorong Lonjakan Harga Emas

Kenaikan tajam harga emas ini tidak terjadi secara kebetulan. Sejumlah faktor besar menjadi pendorong utama reli yang luar biasa ini:

  1. Ketegangan Perdagangan AS–Tiongkok
    Perselisihan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia kembali memanas. AS dikabarkan akan memberlakukan tarif tambahan pada produk teknologi Tiongkok, sementara Beijing menyiapkan langkah balasan. Ketidakpastian ini mendorong investor global beralih ke aset aman seperti emas.

  2. Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed
    Pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuan satu hingga dua kali lagi tahun ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ekspektasi ini menekan imbal hasil obligasi AS, sehingga membuat emas — yang tidak memberikan bunga — menjadi lebih menarik.

  3. Pembelian Emas oleh Bank Sentral
    Bank sentral di berbagai negara, terutama di Asia dan Timur Tengah, terus memperbesar cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari dolar AS. Pembelian besar-besaran ini ikut menjaga permintaan dan menahan harga emas di level tinggi.

  4. Pelemahan Dolar AS
    Indeks dolar melemah terhadap mata uang utama dunia. Karena emas dihargai dalam dolar, pelemahan ini membuat harga emas relatif lebih murah bagi investor dengan mata uang lain, sehingga mendorong permintaan global.

  5. Ketidakpastian Geopolitik dan Risiko Ekonomi Global
    Konflik di Timur Tengah, perlambatan ekonomi Eropa, serta tekanan terhadap sektor teknologi AS menambah kekhawatiran investor. Kondisi ini memperkuat posisi emas sebagai aset lindung nilai di tengah situasi global yang tidak stabil.

  6. Lonjakan Permintaan di Pasar Logam Mulia
    Tidak hanya emas, harga perak juga menembus rekor tertinggi sepanjang masa. Terjadi fenomena “short squeeze” di pasar perak karena pasokan fisik yang terbatas, yang turut memperkuat sentimen positif terhadap seluruh logam mulia.


Prospek dan Risiko di Depan

Walaupun reli harga emas terlihat kuat, sejumlah analis memperingatkan potensi koreksi jangka pendek. Dari sisi teknikal, indikator seperti RSI menunjukkan bahwa pasar emas berada di zona overbought atau jenuh beli. Investor besar kemungkinan akan melakukan aksi ambil untung sebelum harga kembali menguat.

Selain itu, kebijakan moneter AS masih menjadi faktor utama yang diawasi. Jika data inflasi dan lapangan kerja menunjukkan penguatan ekonomi, The Fed bisa menunda pemangkasan suku bunga, yang berpotensi menekan harga emas dalam jangka pendek.

Namun secara fundamental, prospek emas tetap positif. Bank-bank besar seperti Bank of America memperkirakan harga emas bisa menembus US$ 5.000 per troy ons pada tahun 2026, dengan rata-rata harga tahunan sekitar US$ 4.400. Sementara itu, beberapa analis memperkirakan harga perak bisa mencapai US$ 65 per troy ons di tahun yang sama, meski dengan volatilitas yang lebih tinggi.


Dampak bagi Investor Indonesia

Kenaikan harga emas global otomatis berpengaruh terhadap harga emas dalam negeri. Harga emas batangan, logam mulia, dan perhiasan di pasar domestik ikut meningkat, seiring penguatan dolar terhadap rupiah.

Bagi masyarakat Indonesia, emas tetap menjadi pilihan investasi yang relatif aman di tengah fluktuasi ekonomi. Namun, investor disarankan untuk berhati-hati terhadap potensi koreksi harga jangka pendek dan tetap berinvestasi untuk jangka menengah hingga panjang.

Selain sebagai instrumen investasi, emas juga berfungsi sebagai pelindung nilai terhadap pelemahan mata uang dan inflasi yang terus meningkat di berbagai negara, termasuk Indonesia.


Kesimpulan

Pencapaian harga emas yang menembus US$ 4.100 per troy ons menegaskan posisi emas sebagai aset pelindung nilai utama di tengah ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter global yang longgar.

Meskipun volatilitas jangka pendek masih mungkin terjadi, tren jangka panjang menunjukkan potensi penguatan lanjutan, terutama jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunga dan ketegangan perdagangan AS–Tiongkok terus berlanjut.

Dengan berbagai faktor pendukung tersebut, emas diperkirakan masih akan bersinar hingga tahun 2026, dan bukan tidak mungkin menembus rekor baru di atas US$ 5.000 per troy ons.