Harga Minyak Tergelincir Imbas Kekhawatiran Resesi

Harga Minyak Turun di Tengah Ketidakpastian Global, Namun Tetap Catat Kenaikan Mingguan
Harga minyak mentah mengalami penurunan pada perdagangan Jumat, 28 Maret 2025, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa perang tarif dagang yang direncanakan oleh Amerika Serikat (AS) dapat memicu resesi global. Meskipun demikian, harga minyak masih mencatat kenaikan mingguan selama tiga minggu berturut-turut, didorong oleh tekanan AS terhadap anggota OPEaC seperti Venezuela dan Iran.
Penurunan Harga Minyak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Mengutip CNBC pada Sabtu (29/3/2025), harga minyak mentah Brent berjangka turun 40 sen atau 0,5 persen menjadi USD 73,63 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengalami penurunan lebih besar, yaitu 56 sen atau 0,8 persen, menjadi USD 69,36 per barel.
Sentimen negatif di pasar energi dipicu oleh rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengumumkan tarif timbal balik terhadap berbagai impor pada 2 April 2025. Para investor semakin khawatir bahwa eskalasi perang dagang ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan menekan permintaan minyak mentah. Analis dari JPMorgan mencatat bahwa ketidakpastian kebijakan AS menjadi faktor utama yang membebani sentimen pasar.
Tekanan AS terhadap OPEC dan Dampaknya pada Produksi Minyak
Selama beberapa pekan terakhir, tekanan AS terhadap negara-negara anggota OPEC, terutama Venezuela dan Iran, semakin meningkat. Pemerintahan Trump terus memperketat sanksi terhadap kedua negara ini dalam upaya membatasi ekspor minyak mereka.
Pada Senin pekan ini, Trump mengumumkan tarif dagang baru sebesar 25 persen bagi calon pembeli minyak mentah Venezuela, hanya beberapa hari setelah AS memperketat sanksi terhadap impor minyak Iran oleh China. Analis Barclays, Amarpreet Singh, mengungkapkan bahwa langkah-langkah ini dapat memperburuk penurunan produksi minyak mentah Venezuela, yang diperkirakan turun sebesar 200.000 barel per hari pada tahun 2025.
Selain itu, AS juga terus menekan Iran melalui sanksi tambahan, yang menyebabkan ekspor minyak negara tersebut semakin terbatas. Iran, yang sebelumnya mampu mengekspor lebih dari 2 juta barel per hari sebelum sanksi diberlakukan, kini hanya dapat mengirimkan sekitar 600.000 barel per hari ke beberapa negara yang masih bersedia membeli minyaknya, termasuk China dan beberapa negara Eropa melalui mekanisme perdagangan khusus.
Tren Mingguan: Kenaikan Harga Minyak di Tengah Volatilitas Pasar
Meskipun harga minyak mengalami penurunan pada Jumat, secara keseluruhan, minyak mentah tetap mencatat kenaikan mingguan. Brent naik 1,9 persen dalam sepekan, sedangkan WTI bertambah 1,6 persen. Sejak mencapai titik terendah multi-bulan pada awal Maret, harga minyak Brent telah mengalami kenaikan lebih dari 7 persen, sementara WTI pulih lebih dari 6 persen.
Analis memperkirakan bahwa fluktuasi harga minyak masih akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang, mengingat ketegangan geopolitik yang belum mereda. Konflik di Timur Tengah, ketidakstabilan politik di Venezuela, serta kebijakan energi yang tidak menentu dari AS akan terus menjadi faktor utama yang memengaruhi pasar minyak global.
Penurunan Stok Minyak Mentah AS dan Implikasinya
Di sisi lain, laporan dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 3,3 juta barel menjadi 433,6 juta barel pekan lalu. Penurunan ini jauh lebih besar dibandingkan perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 956.000 barel.
Data ini menunjukkan bahwa permintaan minyak di AS tetap tinggi, meskipun ada kekhawatiran resesi. Beberapa analis berpendapat bahwa penurunan stok minyak ini dapat memberikan dukungan bagi harga minyak dalam beberapa pekan mendatang, terutama jika produksi AS tidak mampu menutupi permintaan domestik yang terus meningkat.
Prospek Pasar Minyak ke Depan
Para pelaku pasar kini menunggu keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, terkait kebijakan produksi mereka dalam pertemuan mendatang. OPEC+ sebelumnya telah memangkas produksi guna menstabilkan harga minyak, dan langkah-langkah selanjutnya dari organisasi ini akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak dalam jangka pendek.
Selain itu, perhatian juga tertuju pada kebijakan Federal Reserve AS terkait suku bunga. Jika bank sentral AS memutuskan untuk menurunkan suku bunga guna meredam dampak perang dagang, hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak global.
Dengan berbagai faktor yang memengaruhi pasar minyak, investor dan analis akan terus memantau perkembangan lebih lanjut dalam beberapa pekan mendatang untuk menentukan arah pergerakan harga minyak yang lebih pasti.
0 Comments