Momentum Hari Tani, BRI Dukung Pertanian Lewat Pembiayaan dan Program Pemberdayaan

Pertanian: Tulang Punggung Ketahanan Ekonomi Indonesia
Sektor pertanian masih memegang peran strategis dalam menjaga ketahanan ekonomi dan pangan Indonesia. Menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional tercatat sebesar 13,83 % pada Triwulan II 2025, menjadikannya sektor kedua terbesar setelah industri pengolahan yang berada di angka 18,67 %.
Dalam periode yang sama, nilai tambah sektor pertanian naik signifikan — dari sekitar Rp 361,5 triliun (Triwulan I 2025) menjadi Rp 410,4 triliun (Triwulan II 2025). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dalam sektor ini tidak hanya karena peningkatan luas lahan, tetapi juga karena produktivitas yang semakin efektif melalui dukungan kebijakan dan teknologi.
Secara pertumbuhan, “Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan” mencatat lonjakan 13,53 % yoy pada kuartal ini, jauh melampaui angka pertumbuhan sebelumnya, yaitu 9,74 %.
Sementara itu, dalam Triwulan I 2025, ekonomi nasional tumbuh sebesar 4,87 % (year-on-year), dan sektor pertanian menjadi salah satu pendorong utama di sisi produksi — tumbuh 10,52 % dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi keseluruhan, sektor pertanian menyumbang sekitar 1,1 persen poin — lebih tinggi dibanding industri pengolahan (0,93), perdagangan (0,66), dan sektor informasi-komunikasi (0,53) pada kuartal tersebut.
Fakta-fakta tersebut menunjukkan tren positif: sektor pertanian tidak sekadar stabil, melainkan berkontribusi aktif dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus memperkuat ketahanan pangan di tengah tantangan global.
Momentum Hari Tani Nasional: BRI Tegaskan Komitmen
Setiap 24 September, Indonesia memperingati Hari Tani Nasional sebagai momentum refleksi dan apresiasi terhadap para petani—baik dari sisi produktivitas maupun kesejahteraan sosial-ekonomi. Di tahun 2025, momentum ini juga dimanfaatkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) untuk mempertegas perannya sebagai mitra strategis pertanian.
Direktur Micro BRI, Akhmad Purwakajaya, menyampaikan bahwa peringatan Hari Tani Nasional beriringan dengan semangat Asta Cita swasembada pangan yang menjadi bagian dari visi pemerintahan Presiden Prabowo—yaitu memastikan Indonesia mandiri secara pangan. Menurutnya:
“BRI terus berkomitmen agar petani dapat tumbuh lebih produktif, inklusif, dan berkelanjutan. Peran tersebut diwujudkan melalui pembiayaan, pemberdayaan digitalisasi layanan, hingga kemitraan dengan berbagai pihak guna memperkuat rantai pasok pertanian.”
Inisiatif Strategis BRI
Beberapa langkah nyata yang diambil BRI dalam mendukung sektor pertanian antara lain:
-
Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk petani
Berdasarkan data BRI per Agustus 2025, sektor pertanian menjadi penerima KUR terbesar, dengan total penyaluran mencapai Rp 50,95 triliun, setara dengan 44,58 % dari total KUR BRI sebesar Rp 114,28 triliun. Akses modal semacam ini sangat penting agar petani dapat memperluas usaha, membeli sarana produksi, dan mengembangkan inovasi. -
Program Klaster Usaha — “Klasterku Hidupku”
BRI membentuk kelompok usaha mikro berdasarkan sektor, lokasi geografis, dan kedekatan sosial antarpelaku usaha. Sampai saat ini, jumlah klaster usaha binaan telah mencapai 41.217 kelompok secara nasional. Sekitar 47,63 % dari klaster tersebut berasal dari sektor pertanian, disusul industri dan perdagangan. Contoh konkret telah tampak di Merauke, di mana petani yang tergabung dalam klaster usaha berhasil meningkatkan produktivitas lewat pendampingan intensif dari pihak BRI. -
Ekspansi layanan inklusif melalui AgenBRILink
Untuk menjangkau petani di pelosok, BRI memperkuat jaringan AgenBRILink, yang memungkinkan petani membuka rekening, menabung, dan melakukan transaksi keuangan dasar. Agen ini juga berperan sebagai agen edukasi digital, memperkenalkan aplikasi seperti BRImo dan QRIS agar petani makin terbiasa dengan layanan keuangan digital. -
Asuransi Pertanian melalui BRI Insurance (BRINS)
Untuk memperkuat proteksi terhadap risiko gagal panen dan bencana alam, BRINS meluncurkan produk asuransi pertanian yang dirancang khusus bagi petani. Selain itu, BRINS turut memberikan paket sembako dan asuransi kecelakaan diri “Proteksiku” sebagai bentuk kepedulian langsung kepada komunitas petani. Kehadiran program asuransi ini diharapkan menjadi solusi nyata agar petani tidak terbebani kerugian besar saat musim gagal panen atau cuaca ekstrem. -
Kredit langsung ke sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
Hingga September 2024, BRI (unit bank saja) telah menyalurkan kredit senilai Rp 199,83 triliun untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Langkah ini menunjukkan bahwa dukungan BRI terhadap sektor pertanian bukan sekadar janji dalam momentum, tetapi sudah berjalan konsisten dalam jangka panjang.
Tantangan dan Peluang untuk Ke Depan
Meski tren positif terlihat jelas, sektor pertanian dan upaya dukungan institusi seperti BRI tetap menghadapi tantangan:
-
Ketergantungan pada cuaca dan iklim ekstrem: Perubahan iklim global (curah hujan tidak menentu, suhu ekstrem) bisa menghancurkan panen dan mengganggu rantai pasok. Proteksi asuransi pertanian menjadi semakin krusial.
-
Fragmentasi lahan & skala usaha kecil: Banyak petani Indonesia masih bercocok tanam di lahan kecil dan tersebar, sehingga efektivitas skala ekonomi sulit dicapai.
-
Adopsi teknologi yang masih terbatas: Meskipun sudah ada program digitalisasi, penetrasi teknologi pertanian—seperti sensor tanah, irigasi pintar, aplikasi agronomi real time—masih relatif rendah di banyak daerah.
-
Rantai pasok & infrastruktur logistik: Biaya distribusi, penyimpanan pascapanen, dan kemajuan infrastruktur jalan/transportasi masih menjadi hambatan serius bagi petani agar produk mereka bisa mencapai pasar dengan margin yang baik.
Namun, di balik tantangan itu muncul peluang besar:
-
Modernisasi pertanian lewat lembaga baru: Misalnya, Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BrMP) yang dibentuk sebagai unit di bawah Kementerian Pertanian, bertanggung jawab dalam engineering, diseminasi, dan pemanfaatan teknologi pertanian modern.
-
Dorongan kebijakan pangan nasional & investasi sektor pertanian: Pemerintah semakin menempatkan pertanian sebagai sektor strategis dalam dokumen-dokumen perencanaan nasional, sehingga potensi dukungan anggaran dan regulasi semakin terbuka.
-
Kolaborasi lintas sektor & kemitraan swasta: BRI, institusi keuangan lain, startup agritech, pemerintah daerah, dan lembaga riset dapat membentuk ekosistem yang saling mendukung—misalnya pembiayaan bersama, sistem pasar digital, atau sistem informasi komoditas berbasis data.
-
Potensi ekspor komoditas bernilai tambah: Indonesia memiliki keunggulan untuk ekspor produk hortikultura, kopi spesial, cokelat, rempah-rempah, dan hasil olahan pertanian bernilai tinggi—apabila kualitas dan rantai pasok bisa ditingkatkan.
Kesimpulan
Peran sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tetap kokoh — bukan hanya sebagai sumber pangan, tetapi juga sebagai penyumbang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional. Data kuartalan terbaru menunjukkan bahwa pertanian tidak lagi marginal; kontribusi produksi dan pertumbuhannya memainkan peran dominan.
Momentum Hari Tani Nasional 2025 menjadi kesempatan strategis bagi BRI untuk memperkuat komitmennya melalui berbagai program: pemberian KUR, klaster usaha, layanan inklusif melalui AgenBRILink, serta kolaborasi asuransi pertanian melalui BRINS. Inisiatif-inisiatif tersebut diharapkan bisa memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.
Ke depan, agar pertanian Indonesia bisa tumbuh lebih maju dan berkelanjutan, dukungan dari semua pemain—pemerintah, lembaga keuangan, swasta, komunitas, dan petani sendiri—harus makin sinergis. Dengan strategi yang tepat, penggunaan teknologi, dan komitmen jangka panjang, pertanian bisa menjadi fondasi utama bagi Indonesia yang lebih mandiri dan sejahtera.
0 Comments