Perang Tarif AS-China Memanas, Ini Deretan Saham yang Untung dan Merosot di Wall Street

Wall Street Bergejolak Usai Pengumuman Tarif Impor Resiprokal oleh Presiden Trump, Investor Cemas Hadapi Risiko Resesi
Pasar saham Amerika Serikat atau Wall Street mengalami gejolak signifikan sejak Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor resiprokal pada awal April 2025. Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran pelaku pasar akan meningkatnya ketegangan dagang global, khususnya dengan mitra-mitra utama seperti Tiongkok dan Uni Eropa.
Mengutip Forbes, Sabtu (12/4/2025), sejak pengumuman kebijakan tersebut pada 2 April hingga penutupan pasar Jumat, 11 April 2025, indeks S&P 500 telah terkoreksi lebih dari 5%. Data dari FactSet menunjukkan bahwa sekitar 90% atau 450 dari 500 saham yang terdaftar dalam indeks tersebut mengalami penurunan selama periode tersebut. Ini merupakan salah satu koreksi terburuk dalam beberapa bulan terakhir.
Faktor Penyebab: Ketidakpastian Global dan Kekhawatiran Resesi
Analis menilai gejolak ini dipicu oleh kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, ketidakpastian dalam pendapatan perusahaan, dan potensi resesi di tengah meningkatnya proteksionisme. “Pasar masih mencari pijakan di tengah ketegangan perdagangan yang belum terselesaikan, ketidakpastian pendapatan, dan hambatan ekonomi makro,” kata Mark Hackett, Chief Market Strategist dari Nationwide.
Kebijakan tarif resiprokal tersebut memicu kekhawatiran akan pembalasan dagang dari negara mitra, yang dapat mengganggu rantai pasokan global dan menurunkan profitabilitas perusahaan multinasional AS.
Sektor Kesehatan Jadi Pelindung
Meskipun sebagian besar sektor merugi, beberapa saham justru mencatatkan penguatan. Saham di sektor perawatan kesehatan mendominasi daftar penguat, karena dinilai tahan terhadap gejolak ekonomi. Saham UnitedHealth Group, perusahaan asuransi kesehatan terbesar di AS, melonjak 15% setelah pemerintah mengumumkan peningkatan signifikan dalam rencana pembiayaan Medicare Advantage untuk tahun fiskal mendatang.
Saham perusahaan lain di sektor ini juga mengalami kenaikan, seperti Elevance Health (induk perusahaan Anthem) yang naik 3%, dan CVS Health (induk Aetna) yang menguat 2%.
Saham Bertahan di Tengah Ancaman Resesi
Di luar sektor kesehatan, saham-saham perusahaan yang menjual barang kebutuhan pokok atau barang dengan harga terjangkau juga mengalami kenaikan. Saham Ross Stores naik 8%, saham TJX Companies (induk TJ Maxx) menguat 3%, dan Walmart mencatat kenaikan sebesar 4%. Analis menilai bahwa perusahaan-perusahaan ini cenderung lebih stabil dalam menghadapi resesi karena konsumen beralih ke produk berharga murah saat kondisi ekonomi menekan daya beli.
Industri Pertahanan Ikut Terdongkrak
Menariknya, saham di sektor pertahanan juga menunjukkan tren positif. Ini sebagian besar karena meningkatnya anggaran pertahanan dalam proposal anggaran federal 2026 dan kekhawatiran geopolitik yang mendorong permintaan terhadap peralatan militer. Saham General Dynamics naik 1%, Huntington Ingalls melesat 6%, Lockheed Martin bertambah 5%, L3 Harris melonjak 5%, Northrop Grumman naik 5%, dan Palantir Technologies, perusahaan perangkat lunak analitik yang banyak digunakan oleh lembaga keamanan nasional, turut naik 1%.
Update Tambahan: Reaksi Internasional dan Proyeksi Pasar
Beberapa negara mitra dagang utama AS, termasuk Tiongkok dan Jerman, telah mengisyaratkan kemungkinan pembalasan tarif jika kebijakan Trump tidak dicabut atau dinegosiasikan ulang. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) juga telah menyampaikan keprihatinan dan menyerukan dialog antarnegara untuk menghindari eskalasi konflik dagang yang dapat merugikan perekonomian global.
Di sisi lain, The Federal Reserve masih mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,50% dan menyatakan akan terus memantau dinamika pasar dan data ekonomi sebelum mengambil keputusan kebijakan selanjutnya. Beberapa ekonom memperkirakan bahwa jika gejolak ini terus berlanjut, The Fed bisa saja mempertimbangkan penyesuaian kebijakan lebih cepat dari yang direncanakan sebelumnya.
Kesimpulan: Pasar Menanti Kepastian
Investor saat ini berada dalam posisi menunggu dan waspada. Selama belum ada kejelasan arah kebijakan perdagangan AS dan tanggapan dari mitra internasional, volatilitas diperkirakan akan tetap tinggi. Meskipun beberapa sektor menunjukkan ketahanan, risiko sistemik akibat kebijakan unilateral dan ketegangan geopolitik menjadi momok yang menekan sentimen pasar secara keseluruhan.
0 Comments