Perjuangan Yono Bakrie: Dulu Hidup dengan Rp900 Ribu Sebulan, Kini Jadi Bintang Film “Pesugihan Sate Gagak”

Perjuangan Yono Bakrie: Dulu Hidup dengan Rp900 Ribu Sebulan, Kini Jadi Bintang Film “Pesugihan Sate Gagak”

Perjalanan Yono Bakrie: Dari Kos Murah di Jakarta Hingga Wajah di Poster Film “Pesugihan Sate Gagak”

Di balik gemerlap poster film “Pesugihan Sate Gagak” yang menampilkan wajah komika Yono Bakrie, tersimpan kisah panjang perjuangan yang penuh lika-liku. Popularitas yang kini dirasakannya bukan hasil instan, melainkan buah dari kerja keras dan keberanian untuk bertahan di tengah kerasnya kehidupan Ibu Kota.

Yono Bakrie mengingat jelas bagaimana perjalanan itu dimulai. Saat pertama kali mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 2021, ia datang dengan mimpi besar namun dengan bekal yang sangat terbatas. Kala itu, ia hanya bermodal semangat dan uang pas-pasan.

“Se-nol apa, gambarannya adalah ketika baru merantau ke Jakarta, gaji satu setengah juta dan ngekos harga 600 ribu. Sisanya ya Rp900 ribu untuk hidup sebulan di Jakarta,” kenang Yono saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (14/10/2025).

Meski hidup dalam keterbatasan, Yono tidak pernah kehilangan rasa ingin tahunya terhadap dunia hiburan, terutama stand-up comedy. Ia mengaku rasa penasaran itulah yang menjadi bahan bakar utama untuk terus melangkah.

Awal Mula di Dunia Komedi

Ketertarikan Yono terhadap dunia komedi bermula dari tontonan-tontonan stand-up yang viral di media sosial pada akhir 2010-an. Ia melihat banyak anak muda bisa mengubah keresahan sehari-hari menjadi tawa yang bermakna. Dari situlah Yono mulai mencoba menulis materi sendiri, lalu nekat tampil di panggung kecil di daerah asalnya sebelum akhirnya berani merantau ke Jakarta.

Di Ibu Kota, perjuangan Yono tidak mudah. Ia harus berhadapan dengan persaingan ketat dan kerasnya hidup metropolitan. Namun, di tengah semua tantangan itu, ia menemukan komunitas Stand Up Indo sebagai rumah kedua yang membantu dirinya tumbuh.

“Terlebih ada Ardit juga yang sudah di Jakarta, banyak yang bantuin. Stand Up Indo juga bantuin—Aziz, Erwin, Pandji, Radit, Ernest—semua yang terlibat di Stand Up Indo itu membantu regenerasi komika,” ujarnya.

Berkat bimbingan para senior dan dukungan sesama komika, Yono mulai dikenal lewat penampilannya yang khas: humor sederhana, dekat dengan keseharian, namun menyentuh. Ia sering membawakan materi tentang perjuangan hidup anak rantau dan kehidupan kelas menengah di kota besar, yang membuat banyak penonton merasa relate.

Dari Panggung Komedi ke Dunia Film

Setelah bertahun-tahun tampil di berbagai panggung dan acara televisi, kesempatan besar datang ketika Yono dilirik oleh rumah produksi untuk terlibat dalam film “Pesugihan Sate Gagak”. Film horor-komedi itu menjadi debut layar lebarnya dan menandai langkah baru dalam kariernya di dunia hiburan.

Kesempatan ini, menurut Yono, adalah bukti bahwa kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. “Kalau dulu saya cuma bisa nonton film orang lain di kosan pakai HP kecil, sekarang malah wajah saya ada di posternya. Itu rasanya luar biasa banget,” ujarnya sambil tersenyum.

Konsisten dan Merendah di Tengah Popularitas

Kini, di tengah kesibukannya menjalani tur stand-up dan promosi film, Yono tetap berusaha membumi. Ia kerap membagikan kisah perjuangannya di media sosial, bukan untuk pamer, tapi untuk memotivasi anak muda yang sedang berjuang merantau.

“Orang sering lihat hasilnya aja. Padahal di balik itu ada masa di mana saya makan nasi sama tempe tiap hari, tidur di kamar sempit, dan hampir pulang kampung karena uang habis. Tapi kalau kita yakin, semua bisa dilewati,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Yono juga aktif mendukung regenerasi komika muda di daerah, dengan sering menjadi mentor dalam ajang open mic dan workshop komedi. Ia percaya bahwa dunia komedi Indonesia akan terus tumbuh jika para senior mau membantu yang baru mulai.

Pesan untuk Anak Muda

Menutup ceritanya, Yono Bakrie memberi pesan sederhana namun dalam:

“Kalau kamu punya mimpi, jangan takut gagal. Kadang hidup di Jakarta keras banget, tapi kerasnya itu yang bikin kita kuat. Saya nggak nyangka dari gaji satu setengah juta, sekarang bisa main film. Jadi, jangan berhenti berusaha.”

Kini, Yono bukan lagi sekadar anak rantau dengan uang pas-pasan. Ia telah menjadi simbol ketekunan dan kerja keras bagi banyak orang — bukti bahwa dari kesederhanaan pun, mimpi besar bisa tumbuh dan jadi nyata.