Rupiah Dibuka Perkasa, Ini Prediksi Pergerakannya Hari Ini (21 Oktober 2025)

Rupiah Dibuka Perkasa, Ini Prediksi Pergerakannya Hari Ini (21 Oktober 2025)

Rupiah Perkasa di Tengah Harapan Redanya Ketegangan AS–China dan Antisipasi Keputusan BI

Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan kekuatannya pada pembukaan perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 7 poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.568 per dolar AS, dibandingkan posisi penutupan sebelumnya di level Rp16.575 per dolar AS.

Penguatan tipis ini menandai tren positif yang mulai terlihat sejak akhir pekan lalu, ketika pelaku pasar global kembali berani mengambil posisi pada aset-aset berisiko di tengah meredanya ketegangan geopolitik dan ekspektasi positif terhadap pertemuan bilateral Amerika Serikat dan China.

Dampak Pertemuan Trump–Xi terhadap Sentimen Pasar

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa penguatan rupiah kali ini tidak terlepas dari optimisme investor terhadap rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Pertemuan kedua pemimpin tersebut disebut akan berlangsung dalam waktu dekat, kemungkinan di Korea Selatan.

“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS di tengah harapan investor bahwa tensi perdagangan antara China dan Amerika Serikat akan mereda. Investor melihat pertemuan antara Trump dan Xi sebagai sinyal positif bagi stabilitas ekonomi global,” ujar Lukman dikutip dari Antara, Selasa (21/10/2025).

Mengutip laporan Anadolu Agency, Presiden Trump menyampaikan bahwa dirinya telah menerima undangan resmi untuk mengunjungi China dan berencana melakukan kunjungan tersebut pada awal tahun depan. Dalam pernyataannya, Trump menyebut harapan untuk mencapai “kesepakatan yang adil dan saling menguntungkan” dengan Beijing, terutama terkait isu perdagangan dan rantai pasok mineral langka — sektor strategis yang selama ini menjadi sumber gesekan antara kedua negara.

Lukman menilai, meskipun kecil kemungkinan akan ada terobosan besar atau kesepakatan konkret, pasar tetap menyambut baik langkah diplomatik tersebut. “Investor cukup puas jika pertemuan itu menghasilkan suasana yang lebih kondusif, tanpa eskalasi baru,” katanya.

Faktor Domestik: BI Diprediksi Tahan Suku Bunga

Selain faktor eksternal, pelaku pasar domestik juga tengah menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada Rabu (22/10/2025). Para analis memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan BI-Rate di level 6,25 persen, sejalan dengan fokus bank sentral menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan global.

Kebijakan suku bunga BI saat ini dinilai cukup atraktif bagi investor asing karena memberikan imbal hasil riil yang tinggi dibandingkan negara-negara kawasan. Meski demikian, BI juga perlu berhati-hati mengimbangi antara upaya menjaga stabilitas nilai tukar dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

“Jika BI memberikan sinyal dovish atau menurunkan proyeksi inflasi, maka rupiah berpotensi menguat lebih jauh, karena pasar akan menilai stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga,” ujar Lukman.

Data Ekonomi AS dan Harga Komoditas Juga Jadi Penentu

Dari sisi eksternal, pelaku pasar juga memantau data inflasi Amerika Serikat yang akan dirilis akhir pekan ini. Data tersebut menjadi petunjuk penting bagi arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) ke depan. Jika inflasi menunjukkan tanda-tanda melandai, peluang pemangkasan suku bunga pada kuartal pertama 2026 semakin terbuka — yang bisa memberikan dorongan tambahan bagi penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Selain itu, kenaikan harga komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti batu bara, minyak sawit (CPO), dan nikel turut memberikan sentimen positif bagi neraca perdagangan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD 3,2 miliar pada September 2025, menandai surplus ke-53 secara berturut-turut sejak 2021.

Proyeksi Nilai Tukar Rupiah

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut — mulai dari potensi redanya ketegangan geopolitik, arah kebijakan BI, hingga data ekonomi AS — Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak stabil di kisaran Rp16.500–Rp16.600 per dolar AS dalam jangka pendek.

Namun, ia mengingatkan bahwa volatilitas masih mungkin terjadi apabila hasil pertemuan AS–China tidak sesuai ekspektasi pasar atau data ekonomi AS menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan.

“Secara keseluruhan, prospek rupiah masih positif selama Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas pasar valas dan menjaga kepercayaan investor,” pungkasnya.