The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan
The Fed Pangkas Suku Bunga Lagi, Tapi Pemangkasan Selanjutnya Belum Pasti
Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve atau The Fed) kembali memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakan yang digelar 28–29 Oktober 2025. Ini menjadi pemangkasan kedua sepanjang tahun 2025, menandakan langkah hati-hati The Fed dalam menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan inflasi yang belum sepenuhnya reda.
Dalam keputusan tersebut, suku bunga acuan The Fed turun sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,75%–4,00%. Meski begitu, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga lebih lanjut belum dapat dijamin, mengingat kondisi ekonomi yang belum jelas akibat keterbatasan data dan perbedaan pandangan di antara para pejabat bank sentral.
Perdebatan Internal dan Tantangan Data Ekonomi
Powell menjelaskan, perbedaan pandangan di antara 19 pejabat The Fed saat ini sangat tajam. Sebagian menganggap ekonomi AS masih cukup kuat untuk menahan suku bunga pada level sekarang, sementara sebagian lainnya khawatir perlambatan ekonomi bisa menjadi lebih dalam jika kebijakan moneter terlalu ketat.
Situasi semakin rumit karena penutupan sebagian aktivitas pemerintah AS (government shutdown) membuat sejumlah data ekonomi penting—seperti tingkat pengangguran, penjualan ritel, dan data upah—tidak dapat diperbarui. Kondisi ini membuat The Fed “berjalan dalam kabut”, sebagaimana diungkapkan Powell, karena keputusan moneter harus dibuat tanpa gambaran penuh mengenai kondisi ekonomi terkini.
Alasan The Fed Memotong Suku Bunga
Pemangkasan suku bunga kali ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan utama:
-
Pertumbuhan ekonomi melambat. Aktivitas ekonomi AS berkembang dalam kecepatan moderat, sementara pertumbuhan lapangan kerja mulai menurun.
-
Inflasi masih tinggi. Meskipun inflasi telah menurun dari puncaknya pada 2023, tingkat inflasi inti masih di atas target 2%.
-
Ketidakpastian global meningkat. Konflik geopolitik di Timur Tengah dan fluktuasi harga energi menambah risiko bagi prospek ekonomi global.
-
Kondisi pasar tenaga kerja melemah. Jumlah pekerjaan baru menurun dalam beberapa bulan terakhir, sedangkan tingkat pengangguran sedikit naik.
Selain memangkas suku bunga, The Fed juga mengumumkan penghentian kebijakan pengetatan kuantitatif (quantitative tightening) mulai 1 Desember 2025. Artinya, bank sentral akan berhenti mengurangi kepemilikan aset-aset keuangannya, seperti surat utang pemerintah dan sekuritas berbasis hipotek.
Reaksi Pasar dan Dunia Usaha
Keputusan pemangkasan suku bunga awalnya disambut positif oleh pelaku pasar. Indeks saham utama AS sempat menguat, namun berbalik melemah setelah komentar hati-hati dari Powell yang menegaskan bahwa langkah pemangkasan berikutnya belum tentu terjadi pada Desember.
Data dari CME FedWatch menunjukkan peluang penurunan suku bunga lagi pada Desember turun menjadi sekitar 65%, dari sebelumnya mendekati 90%. Pasar obligasi juga bereaksi dengan kenaikan imbal hasil (yield), sementara dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama dunia.
Bagi dunia usaha, penurunan suku bunga ini diharapkan dapat menurunkan biaya pinjaman, mendorong investasi, dan menjaga daya beli konsumen. Namun banyak pelaku bisnis tetap berhati-hati karena prospek permintaan masih bergantung pada kestabilan inflasi dan arah kebijakan moneter berikutnya.
Dampak Global dan Implikasinya bagi Indonesia
Kebijakan moneter The Fed selalu berdampak luas terhadap ekonomi global. Pemangkasan suku bunga biasanya menekan nilai dolar AS dan mendorong aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Bagi Indonesia, keputusan ini berpotensi mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas moneter tanpa tergesa-gesa menaikkan suku bunga. Investor asing juga cenderung kembali masuk ke pasar obligasi dan saham domestik, yang dapat memperkuat cadangan devisa dan likuiditas pasar.
Namun, risiko tetap ada. Jika inflasi di AS kembali meningkat, The Fed bisa saja menghentikan siklus pelonggaran atau bahkan menaikkan suku bunga lagi. Hal ini akan menimbulkan volatilitas di pasar keuangan global dan mempengaruhi arus modal ke negara-negara berkembang.
Prospek ke Depan
The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan berikutnya pada 9–10 Desember 2025, dan pasar akan mencermati apakah bank sentral AS memiliki cukup data untuk mengambil langkah tambahan. Banyak analis memperkirakan bahwa The Fed akan lebih berhati-hati, menunggu data inflasi dan ketenagakerjaan terbaru sebelum memutuskan langkah lanjutan.
Sementara itu, ekonomi AS diperkirakan tumbuh sekitar 1,6% pada kuartal keempat 2025, lebih lambat dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya. Jika tren pelemahan berlanjut, peluang pemangkasan suku bunga tambahan pada awal 2026 bisa meningkat.
Kesimpulan
-
The Fed kembali memangkas suku bunga ke kisaran 3,75%–4% pada Oktober 2025.
-
Jerome Powell menegaskan pemangkasan selanjutnya belum pasti karena ketidakpastian data ekonomi.
-
Inflasi masih tinggi, pasar tenaga kerja melambat, dan ekonomi global menghadapi risiko baru.
-
Dampak positif mulai terasa di pasar keuangan global, termasuk potensi stabilisasi nilai tukar rupiah.
-
Semua pihak kini menantikan hasil rapat The Fed pada Desember 2025 sebagai penentu arah kebijakan moneter selanjutnya.
0 Comments