The Fed Turunkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin, Ini yang Perlu Diperhatikan
The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga, Kini di Level Terendah dalam Tiga Tahun
Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunga acuan untuk ketiga kalinya pada tahun 2025. Suku bunga federal funds rate diturunkan sebesar 25 basis poin menjadi 3,50%–3,75%, menyentuh level terendah sejak 2022. Keputusan ini menandai upaya lanjutan The Fed untuk menyeimbangkan risiko inflasi yang masih tinggi dengan tanda-tanda pelemahan ekonomi AS.
Perpecahan Internal dan Ketidakpastian Kebijakan Selanjutnya
Keputusan pemangkasan bunga kali ini tidak berlangsung mulus — terdapat perpecahan internal di antara anggota Federal Open Market Committee (FOMC). Beberapa pembuat kebijakan menginginkan pemangkasan yang lebih agresif karena pasar tenaga kerja terlihat semakin melemah, sementara anggota lain berpendapat inflasi masih belum cukup terkendali untuk melanjutkan penurunan suku bunga.
Ini menjadi salah satu rapat The Fed dengan dissent terbanyak dalam beberapa tahun terakhir, menegaskan bahwa kondisi ekonomi saat ini berada di situasi yang rumit dan penuh tekanan.
Powell: “Kami Harus Menunggu dan Melihat”
Ketua The Fed Jerome Powell menekankan bahwa bank sentral membutuhkan waktu untuk mengevaluasi dampak tiga kali pemangkasan suku bunga pada tahun ini terhadap perekonomian AS.
Powell menyebut ekonomi menghadapi “situasi yang sangat menantang” karena dua indikator utama — inflasi dan tingkat pengangguran — bergerak berlawanan arah.
“Anda tidak bisa melakukan dua hal sekaligus. Kami harus menyeimbangkan risiko inflasi yang masih tinggi dan risiko pengangguran yang meningkat.”
Powell juga mengatakan The Fed berada pada posisi yang baik untuk bersikap hati-hati dan tidak terburu-buru. The Fed akan menunggu data masuk menjelang pertemuan berikutnya pada Januari 2026 sebelum memutuskan langkah lanjutan.
Prospek 2026: Satu Kali Pemangkasan Lagi?
Dalam proyeksi ekonomi terbaru, The Fed hanya memperkirakan satu kali pemangkasan bunga pada tahun 2026. Namun ini sangat bergantung pada:
-
Seberapa cepat inflasi bisa kembali ke target 2%.
-
Kondisi pasar tenaga kerja, yang mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
-
Dampak perlambatan ekonomi global.
-
Efek berkelanjutan dari tarif impor yang diberlakukan beberapa tahun terakhir.
Analis memperkirakan The Fed mungkin mengubah arah kebijakan jika inflasi turun lebih cepat atau jika pengangguran naik lebih tajam dari ekspektasi.
Pasar Keuangan Merespons, Tapi Masih Waspada
Pasar saham AS sempat menguat setelah pengumuman pemangkasan suku bunga, karena investor melihat peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Namun optimisme tersebut dibayangi kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi yang rapuh:
-
Pasar tenaga kerja menunjukkan penurunan perekrutan.
-
Pengeluaran konsumen melambat.
-
Produsen masih menghadapi tekanan biaya.
Beberapa pelaku pasar menyebut pemangkasan kali ini sebagai “hawkish cut” — pemangkasan bunga yang dilakukan dengan retorika hati-hati dan penuh peringatan.
Tantangan Ekonomi: Inflasi vs Pengangguran
The Fed harus menghadapi dua risiko besar yang bergerak ke arah berlawanan:
1. Inflasi Masih Di Atas Target
Meskipun inflasi inti mulai turun, harga kebutuhan pokok dan energi masih tinggi. Efek kebijakan tarif impor juga masih dirasakan dalam rantai pasok.
2. Pengangguran Mulai Naik
Data tenaga kerja terbaru menunjukkan tanda-tanda perlambatan rekrutmen, penurunan jam kerja, dan peningkatan klaim tunjangan pengangguran.
The Fed tidak bisa menurunkan bunga terlalu cepat karena inflasi bisa kembali naik, tetapi tidak bisa juga mempertahankan bunga terlalu tinggi karena pasar kerja bisa melemah lebih cepat.
Inilah dilema paling besar yang dihadapi Powell saat ini.
Dampak Global Termasuk ke Indonesia
Keputusan The Fed biasanya memicu reaksi berantai ke banyak bank sentral dunia, termasuk Asia Tenggara. Untuk Indonesia, dampak yang mungkin muncul antara lain:
-
Rupiah berpotensi menguat karena dolar melemah ketika suku bunga AS turun.
-
Arus modal asing kembali masuk ke pasar obligasi dan saham Indonesia.
-
Tekanan inflasi impor bisa mereda, terutama jika harga pangan dan energi global ikut stabil.
-
Bank Indonesia (BI) kemungkinan tetap berhati-hati dan tidak tergesa-gesa menurunkan suku bunga sebelum melihat arah kebijakan global secara lebih jelas.
Namun ekonom memperingatkan bahwa kondisi domestik — seperti inflasi pangan dan ketahanan fiskal — tetap menjadi faktor utama.
Kesimpulan: Kebijakan The Fed Masih Penuh Ketidakpastian
Pemangkasan suku bunga ketiga pada 2025 menunjukkan bahwa The Fed semakin khawatir terhadap pelemahan ekonomi AS. Namun dengan inflasi yang masih belum kembali ke target, jalan menuju pelonggaran yang lebih besar tidak akan mulus.
Bagi pasar global, 2026 berpotensi menjadi tahun yang penuh ketidakpastian, dengan arah kebijakan The Fed kemungkinan besar akan berubah-ubah mengikuti perkembangan data ekonomi.
0 Comments