Waspada, Harga Minyak Dunia Bisa Naik Tajam Kalau Selat Hormuz Ditutup

Waspada, Harga Minyak Dunia Bisa Naik Tajam Kalau Selat Hormuz Ditutup

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz: Dampak Global dan Analisis Terbaru

Analisis Ekonomi dari Unpad
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Yayan Satyakti, menegaskan bahwa potensi penutupan Selat Hormuz oleh Iran bisa menimbulkan gejolak besar di pasar energi global. Selat ini menjadi jalur penting sekitar 20% perdagangan minyak dunia

“Secara global, Selat Hormuz sangat krusial,” ujar Yayan kepada Liputan6.com (23 Juni 2025). Ia memperingatkan bahwa efek psikologis dan gangguan rantai pasok bisa mendorong harga minyak dunia ke USD 120–135 per barel .


Situasi Terkini – Agresi Terhadap Fasilitas Nuklir Iran

Sejak AS dan Israel melakukan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan (13–14 Juni 2025), ketegangan regional meningkat tajam. Parlemen Iran bahkan memilih untuk menutup Selat Hormuz—meskipun keputusan akhir masih di tangan Dewan Keamanan Nasional 

Namun berbagai kalangan menilai ancaman ini bersifat retoris. Sebagian besar analis menyatakan Iran tidak mungkin menutup selat dalam waktu lama karena efek blowback terhadap ekonominya sendiri dan ancaman respons militer global .


Pergerakan Harga dan Proyeksi Ekonomi

  • Harga Minyak: Setelah serangan, harga Brent sempat naik hingga +11%, menciptakan lonjakan volatilitas pasar 

  • Analisis Risiko: Jika selat ditutup walau hanya beberapa hari, Goldman Sachs memproyeksikan kenaikan harga hingga USD 110/barel; pada skenario penuh, Brent bisa menyentuh USD 120–150/barel 

  • Faktor Psikologis: Market risk premium—disebabkan oleh kekhawatiran akan gangguan pasokan—diperkirakan berkisar USD 5–15 per barel bahkan tanpa aksi nyata 


Implikasi untuk LNG, Gas, dan Rantai Global

  • LNG Global: Selain minyak, sekitar 21% pasokan LNG global (terutama dari Qatar dan UAE) melewati Selat Hormuz. Penutupan selat dapat mengakibatkan defisit besar, terutama untuk Asia (70% impor dari Qatar) 

  • Logistik Laut: Potensi penutupan akan memaksa kapal-kapal dialihkan lewat Tanjung Harapan, menambah waktu perjalanan 7–14 hari dan menaikkan biaya $1–3 per barel .

  • Kapal Tanker dan Asuransi: Premi asuransi naik drastis, sementara operator tanker mulai menerapkan procedural rerouting di perairan Teluk serta Laut Merah .


Keseimbangan Risiko – Siapa Paling Dirugikan?

  • China, Uni Eropa, dan AS merupakan negara yang paling terpukul bila pasokan terhenti: sekuritas global akan terguncang, inflasi melambung .

  • Meski demikian, Iran juga terpukul: sebagian besar ekonominya bergantung ekspor minyak via selat itu.

  • Uni Eropa khususnya sangat rentan, dengan sebagian industri gas dan listrik bergantung kepada LNG dari kawasan tersebut .


Respons Potensial Dunia

  • Respons Militer dan Politik: AS menyebut penutupan selat akan “economic suicide” bagi Iran dan memperingatkan respons militer internasional jika terjadi penutupan

  • Pengejaran Alternatif: OPEC+ memiliki cadangan surplus sekitar 5 juta bph, namun kapasitas tambahan ini terbatas jika krisis makin parah 

  • Peta Jalan Diplomasi: AS, China, dan Rusia mengimbau de-eskalasi; Dewan Keamanan PBB pun telah menggelar sidang darurat .


Kesimpulan & Outlook

Skenario Risiko Dampak Harga
Penutupan Retoris (<7 hari) Gangguan pasar sementara & premium psikologis +USD 5–15
Penutupan Sementara (1–4 minggu) Kekhawatiran global pada minyak & LNG + rerouting USD 100–120 for Brent
Blokade Berkepanjangan Inflasi tinggi, gangguan perdagangan & kebangkitan militer Kemungkinan USD 150+

 

Yayan Satyakti menegaskan: "Walaupun penutupan ini sepertinya tidak akan berlangsung lama, efek psikologis dan gangguan rantai pasok mampu mendorong harga hingga USD 120–135/barel." Ini konsisten dengan proyeksi Goldman Sachs dan Rabobank


Pantauan Mendatang

  1. Keputusan final Dewan Keamanan Nasional Iran.

  2. Perkembangan serangan balasan AS atau Israel.

  3. Data real-time harga minyak, LNG, dan premi asuransi tanker.

  4. Reaksi pasar keuangan global, termasuk yield obligasi dan mata uang negara berkembang.