BI Prediksi Kredit Bank Tumbuh 8%-11% di 2025, Ini Alasannya

BI Prediksi Kredit Bank Tumbuh 8%-11% di 2025, Ini Alasannya

BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Kredit 2025 Menjadi 8–11%

Bank Indonesia (BI) telah merevisi proyeksi pertumbuhan kredit perbankan tahun 2025 menjadi 8–11%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di kisaran 11–13%. Revisi ini mempertimbangkan sejumlah faktor global dan domestik:

  • Permintaan kredit yang melemah, seiring perlambatan konsumsi dan investasi rumah tangga.

  • Risiko global, termasuk ketidakpastian tarif AS dan volatilitas geopolitik.

  • Preferensi bank untuk menyimpan likuiditas melalui surat berharga, bukan menyalurkan ke sektor riil.

Kondisi sampai Mei 2025

  • Per Mei, kredit tumbuh 8,43% YoY, melambat dari 8,88% YoY (April). Ini adalah laju terendah sejak Juni 2023

  • Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat: dari 5,51% (Jan) menjadi 4,29% (Mei) 

  • Bank masih cukup likuid. BI menyediakan instrumen likuiditas, termasuk insentif KLM senilai Rp 370 triliun (April), serta pembelian SBN dan optimalisasi SRBI–SVBI/SUVBI

Sektor Dominan

  • Kredit investasi tumbuh 13,74% YoY (Mei).

  • Modal kerja: 4,94%, dan kredit konsumsi: 8,82%

  • Menariknya:

    • Kredit syariah naik 9,19%.

    • UMKM hanya tumbuh 2,17%

  • Sektor dengan dorongan tertinggi: industri/manufaktur, layanan sosial, dan transportasi. Masih perlu dorongan pada: perdagangan, pertanian, konstruksi .


Kebijakan Dorongan BI

1. Makroprudensial & Likuiditas

BI terus memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif:

  • Insentif KLM ditingkatkan dari 4% menjadi 5% DPK sejak 1 April 2025, dengan penyaluran Rp 370 triliun, khusus ke sektor prioritas seperti UMKM, pertanian, perumahan, dan hijau 

  • Memperketat Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) untuk memperkuat sumber dana luar bank 

  • Operasi pasar aktif: SRBI turun dari Rp 923 triliun ke Rp 869 triliun (Mei), SVBI mencapai US$ 1,97 miliar, SUVBI US$ 306 juta 

  • Komitmen pembelian SBN oleh BI mencapai Rp 96,4 triliun hingga 20 Mei 

2. Koordinasi Kebijakan Moneter & Fiskal

BI menjaga suku bunga acuan di 5,50% (7-day reverse repo) sejak Juni 18, 2025, dan siap melanjutkan pelonggaran bila inflasi tetap low dan nilai tukar stabil 

Perry Warjiyo mendesak bank-bank komersial menurunkan suku bunga pinjaman agar kredit bisa lebih murah dan lebih banyak disalurkan 

Pemerintah mendukung dengan paket stimulus US$ 1,5 miliar seperti subsidi transportasi, bantuan langsung tunai dan pangan (Juni-Juli)


Outlook dan Tantangan

Pertumbuhan ekonomi 2025 diperkirakan berada di kisaran 4,6–5,4%, dengan modal perbaikan di paruh kedua 2025 . BI mencatat inflasi akhir Mei hanya 1,6% YoY, sangat rendah dan memperkuat ruang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut. Ekonom memperkirakan potensi penurunan hingga 50 bps di semester II 

Tantangan utama:

  • Permintaan kredit domestik yang belum menggeliat, terutama dari UMKM dan sektor perdagangan.

  • Reservasi likuiditas bank masih tinggi, membuat dana mengalir ke surat berharga.

  • Risiko global seperti tarif dagang, geopolitik, dan tekanan valuta asing harus diwaspadai.


Rekomendasi & Langkah Selanjutnya

Aksi BI / Pemerintah / Bank Tujuan
BI lanjutkan pelonggaran moneter Turunkan biaya pinjaman, dorong konsumsi/investasi
Bank turunkan bunga kredit Mendukung UMKM, konsumsi, dan investasi riil
Pemerintah alirkan stimulus Jaga daya beli masyarakat
Perluas akses kredit sektor kecil UMKM, pertanian, perdagangan
Optimalkan KLM & RPLN Perkuat likuiditas dan pendanaan bank

 


Kesimpulan Tambahan

  • BI merevisi turun proyeksi kredit 2025 ke 8–11%, mencerminkan kondisi ekonomi yang belum pulih optimal.

  • Kendati permintaan melambat, kinerja kredit investasi dan konsumsi masih moderat.

  • Kombinasi kebijakan akomodatif dari BI dan stimulus fiskal pemerintah bertujuan merangsang pemulihan ekonomi di paruh kedua tahun ini.