Harga Minyak Melemah, Pasar Khawatir Pasokan Berlebih

Harga Minyak Melemah, Pasar Khawatir Pasokan Berlebih

Harga minyak dunia kembali melemah pada perdagangan awal pekan, Senin, di tengah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan global serta prospek meredanya konflik geopolitik utama. Tekanan pada harga minyak terutama dipicu oleh spekulasi bahwa perang antara Rusia dan Ukraina berpeluang menuju jalur diplomasi, yang dapat membuka kembali pasokan energi Rusia ke pasar global.

Mengutip laporan CNBC pada Selasa (16/12/2025), harga minyak mentah Brent tercatat turun 56 sen atau sekitar 0,92% dan ditutup di level USD 60,56 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal Amerika Serikat juga mengalami pelemahan sebesar 62 sen atau 1,08% ke posisi USD 56,82 per barel.

Sepanjang pekan lalu, kedua kontrak minyak utama tersebut telah mencatatkan penurunan tajam lebih dari 4%. Penurunan ini mencerminkan meningkatnya ekspektasi pasar akan terjadinya surplus minyak global pada 2026, seiring dengan proyeksi pasokan yang diperkirakan tumbuh lebih cepat dibandingkan permintaan. Sejumlah lembaga energi internasional sebelumnya juga menilai bahwa pertumbuhan permintaan minyak global mulai melambat akibat perlambatan ekonomi di beberapa negara besar serta transisi energi yang semakin agresif.

Di sisi pasokan, tekanan harga semakin diperkuat oleh laporan penurunan signifikan ekspor minyak Venezuela. Penurunan ini terjadi setelah Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker pada pekan lalu serta menjatuhkan sanksi tambahan terhadap perusahaan pelayaran dan kapal yang terlibat dalam perdagangan minyak dengan negara produsen minyak Amerika Latin tersebut. Langkah ini dinilai sebagai upaya AS untuk memperketat tekanan ekonomi dan politik terhadap pemerintahan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.

Meski demikian, pelemahan harga minyak tidak berlangsung terlalu dalam. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Venezuela, yang berpotensi mengganggu pasokan minyak global dalam jangka pendek. Pemerintah AS dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk mencegat lebih banyak kapal pengangkut minyak Venezuela, sebuah langkah yang dapat memperketat suplai di pasar internasional jika eskalasi terus berlanjut.

Pasar juga masih mencermati sikap negara-negara OPEC dan sekutunya (OPEC+) terkait kebijakan produksi minyak ke depan. Sejumlah analis memperkirakan OPEC+ berpotensi melakukan penyesuaian produksi tambahan apabila harga minyak terus berada di bawah tekanan, guna menjaga stabilitas pasar dan pendapatan negara-negara produsen.

Ke depan, pergerakan harga minyak diperkirakan akan tetap volatil, dipengaruhi oleh kombinasi faktor geopolitik, arah kebijakan sanksi AS, perkembangan konflik Rusia-Ukraina, serta data ekonomi global yang menentukan prospek permintaan energi. Investor dan pelaku pasar kini cenderung bersikap hati-hati sambil menunggu sinyal yang lebih jelas mengenai keseimbangan pasokan dan permintaan minyak dunia pada tahun mendatang.