IHSG Naik 4,5% dalam Sepekan, Nilai Pasar Saham Tembus Rp15.234 Triliun
IHSG Melonjak 4,5% di Akhir Oktober 2025, Investor Asing Kembali Serbu Pasar Saham
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan tajam pada pekan perdagangan 20–24 Oktober 2025. Penguatan ini menjadi salah satu yang paling signifikan dalam beberapa bulan terakhir, menandakan kembalinya kepercayaan investor terhadap pasar saham domestik di tengah ketidakpastian global.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Sabtu (25/10/2025), IHSG menguat 4,5% ke level 8.271,72, dibanding posisi pekan sebelumnya di 7.915,65. Kenaikan tersebut sekaligus mengakhiri tren penurunan IHSG selama dua pekan berturut-turut.
Kapitalisasi pasar juga melonjak 3,31%, dari Rp14.746 triliun menjadi Rp15.234 triliun, mencerminkan meningkatnya minat beli di hampir seluruh sektor saham, terutama saham berkapitalisasi besar (blue chip).
Investor Asing Kembali Masuk
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan bahwa kenaikan IHSG kali ini didukung oleh arus masuk dana asing yang cukup besar. Sepanjang pekan tersebut, investor asing tercatat melakukan net buy sebesar Rp 4,23 triliun di pasar reguler.
“Penguatan IHSG diiringi dengan meningkatnya volume pembelian, terutama di sektor perbankan, teknologi, dan komoditas,” kata Herditya.
Meski demikian, secara akumulatif sepanjang tahun 2025, investor asing masih mencatat net sell Rp 47,31 triliun. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa aksi jual asing mulai melambat sejak akhir kuartal III, seiring perbaikan stabilitas rupiah dan ekspektasi penurunan suku bunga global pada 2026.
Sentimen yang Mendorong Kenaikan
Menurut Herditya, ada beberapa faktor utama yang memengaruhi pergerakan IHSG pekan ini:
-
Rilis Data Ekonomi China
China, sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, melaporkan perbaikan indeks manufaktur dan stabilnya tingkat suku bunga. Hal ini memberi sentimen positif pada pasar Asia, termasuk Indonesia, karena prospek ekspor komoditas membaik. -
Kebijakan Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
Bank Indonesia memutuskan untuk menahan BI Rate di level 4,75%, sesuai ekspektasi pasar. Keputusan ini dianggap tepat karena membantu menjaga stabilitas rupiah di tengah volatilitas global tanpa menghambat pertumbuhan kredit. -
Rilis Kinerja Emiten Kuartal III 2025
Sejumlah emiten besar, seperti sektor perbankan, telekomunikasi, dan energi, mencatat hasil kinerja yang solid. Misalnya, laba bersih bank-bank BUMN tumbuh rata-rata di atas 15% secara tahunan (year-on-year), yang turut mendorong optimisme pelaku pasar. -
Pelemahan Rupiah dan Harga Emas Dunia
Nilai tukar rupiah sempat melemah ke level Rp15.800 per dolar AS, namun tekanan tersebut diimbangi dengan penguatan harga saham berbasis ekspor dan sektor pertambangan. Di sisi lain, harga emas dunia turun ke sekitar US$2.340 per ons, yang mendorong rotasi dana investor ke aset berisiko seperti saham.
Aktivitas Perdagangan Menurun
Meski IHSG naik tajam, aktivitas transaksi di bursa justru mengalami penurunan.
-
Rata-rata frekuensi transaksi harian turun 12,91% menjadi 2,36 juta kali transaksi, dari 2,71 juta pekan sebelumnya.
-
Nilai transaksi harian merosot 18,85% menjadi Rp22,28 triliun, sementara volume perdagangan juga turun 19,70% menjadi 30,47 miliar saham.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kenaikan IHSG lebih didorong oleh pembelian di saham-saham unggulan dengan nilai besar, bukan oleh peningkatan volume transaksi keseluruhan.
Prospek IHSG ke Depan
Melihat arah pasar ke depan, sejumlah analis memperkirakan IHSG masih memiliki ruang penguatan terbatas hingga akhir Oktober. Faktor yang berpotensi memengaruhi di antaranya adalah:
-
Data inflasi domestik Oktober 2025,
-
Proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV,
-
Dan dinamika harga minyak global yang mulai melemah ke bawah US$80 per barel.
“Selama IHSG mampu bertahan di atas level support 8.100, peluang penguatan menuju 8.350 masih terbuka,” ujar Herditya.
Selain itu, para investor juga mulai menantikan keputusan kebijakan fiskal pemerintah terkait penyaluran stimulus tambahan dan penyesuaian pajak sektor digital, yang bisa menjadi katalis baru bagi pasar saham.
Kesimpulan
Kenaikan IHSG sebesar 4,5% dalam sepekan menandai kembalinya optimisme pasar modal Indonesia. Dukungan dari investor asing, stabilnya kebijakan moneter, serta kinerja positif sejumlah emiten menjadi kombinasi yang mengangkat kepercayaan pelaku pasar.
Meski tantangan global seperti fluktuasi rupiah dan ketidakpastian ekonomi AS masih membayangi, prospek jangka menengah IHSG dinilai tetap positif — terutama jika pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berada di atas 5% dan inflasi terjaga dalam kisaran 2,5–3%.
1 Comments
* * * $3,222 deposit available! Confirm
02 Nov 2025, 06:40