IHSG Terus Cetak Rekor Baru, Dipengaruhi Suku Bunga Fed dan Kuatnya Rupiah

IHSG Terus Cetak Rekor Baru, Dipengaruhi Suku Bunga Fed dan Kuatnya Rupiah

IHSG Cetak Rekor Baru di 8.570, Didorong Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed dan Sentimen Domestik yang Solid

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatatkan sejarah baru dengan menembus level all time high di 8.570 pada penutupan perdagangan Senin (24/11/2025). Rekor ini memperpanjang tren penguatan pasar modal Indonesia yang telah bergerak positif sejak awal kuartal IV-2025, seiring meningkatnya minat investor terhadap aset berisiko serta stabilnya indikator ekonomi domestik.

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Katalis Utama

Secara eksternal, analis sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana, menegaskan bahwa katalis penguatan IHSG terutama berasal dari meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), pada Desember 2025.

“Pasar kini menilai probabilitas pemotongan sebesar 25 basis poin sudah mendekati 70 persen. Ekspektasi ini langsung memicu risk-on mode di pasar Asia, termasuk Indonesia,” jelas Hendra, Selasa (25/11/2025).

Ekspektasi tersebut muncul setelah sejumlah pejabat The Fed dalam beberapa pekan terakhir memberikan sinyal bahwa inflasi AS terus bergerak ke arah target 2 persen, sementara pertumbuhan ekonomi menunjukkan tanda moderasi. Data CPI AS Oktober 2025 yang turun ke 3,1 persen (yoy) serta melemahnya indeks tenaga kerja menjadi alasan tambahan yang memperkuat keyakinan pasar akan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Jika pemangkasan benar terjadi, ini akan menjadi fase baru setelah siklus kenaikan suku bunga agresif 2022–2023 yang sempat mengguncang pasar emerging markets

Rupiah Stabil dan Foreign Inflow Menguat

Selain sentimen global, faktor domestik juga memainkan peran penting. Kurs rupiah dalam sebulan terakhir menunjukkan penguatan konsisten dan stabil di kisaran Rp 15.300–15.450 per dolar AS, jauh lebih kuat dibandingkan rata-rata sepanjang semester I-2025.

Penguatan ini turut mendorong arus masuk modal asing (foreign inflow) ke pasar saham Indonesia. Data BEI menunjukkan bahwa net buy investor asing sepanjang November 2025 telah melampaui Rp 18 triliun, tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Hendra menambahkan:

“Di dalam negeri, stabilnya rupiah, derasnya foreign inflow, dan kuatnya kinerja emiten kuartal III menjadi alasan tambahan kenapa IHSG masih punya ruang untuk menguji level yang lebih tinggi.”

Kinerja Emiten Q3-2025 Jadi Penopang Sentimen

Laporan keuangan kuartal III-2025 dari mayoritas emiten sektor perbankan, batu bara, telekomunikasi, dan infrastruktur menunjukkan pertumbuhan laba yang solid. Bank-bank besar mencatat pertumbuhan laba bersih berkisar 9–14 persen (yoy), sementara emiten telekomunikasi dan teknologi melanjutkan ekspansi pelanggan dan pendapatan data.

Sektor konstruksi dan infrastruktur juga mulai menunjukkan pemulihan setelah pemerintah mempercepat realisasi belanja modal menjelang akhir tahun.

Konsistensi fundamental korporasi ini memperkuat keyakinan investor bahwa valuasi IHSG masih relatif menarik dibandingkan indeks regional seperti KOSPI atau SET.

Prospek IHSG Hingga Akhir Tahun

Melihat dinamika tersebut, Hendra menilai penguatan IHSG berpotensi berlanjut hingga penutupan 2025.

“Selama aliran dana asing tetap konsisten dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed tidak berubah, IHSG masih punya ruang untuk memperbarui rekor.”

Beberapa analis juga menyoroti bahwa window dressing — strategi umum menjelang akhir tahun — dapat semakin memperkuat minat beli pada saham-saham unggulan.

Analisis Teknikal: Target Baru 8.750–8.900

Secara teknikal, IHSG kini bergerak di atas zona resistance yang sebelumnya sulit ditembus pada level 8.450. Dengan momentum yang kuat, target jangka pendek IHSG berada di kisaran 8.750 hingga 8.900.

Jika sentimen positif tetap terjaga, peluang IHSG untuk menguji level psikologis 9.000 pada awal 2026 dinilai cukup besar.

Pelaku pasar kini mencermati dua hal utama: keputusan suku bunga The Fed pada FOMC Desember dan data ekonomi domestik seperti inflasi serta neraca dagang November.