Industri Makanan dan Minuman Tumbuh 6%, Lebih Cepat dari Ekonomi Nasional: Tanda Sektor Ini Tahan Krisis?

Industri Makanan dan Minuman Tumbuh 6%, Lebih Cepat dari Ekonomi Nasional: Tanda Sektor Ini Tahan Krisis?

Industri Makanan dan Minuman Tumbuh 6% di 2025, Tangguh Hadapi Gejolak Ekonomi

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) mencatat bahwa industri makanan dan minuman (mamin) di Indonesia terus menunjukkan ketangguhannya. Sepanjang tahun 2025, sektor ini berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 6%, mengungguli pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan berada di kisaran 5%.

“Industri makanan dan minuman ini merupakan salah satu sektor penting bagi ekonomi nasional. Alhamdulillah, tahun ini kami mencatat pertumbuhan sekitar 6%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Khrisma Fitriasari, Komite Bidang Kebijakan Publik dan Hubungan Antar Lembaga GAPMMI, dalam rapat Panja Perlindungan Konsumen bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (10/7/2025).

Sektor Mamin Jadi Penopang Ekonomi Nasional

Pertumbuhan ini memperkuat posisi sektor mamin sebagai salah satu motor utama perekonomian Indonesia. Industri ini tergolong sektor esensial karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat—yaitu makanan dan minuman—sehingga permintaan relatif stabil, bahkan di tengah tekanan global seperti inflasi, fluktuasi harga bahan baku, hingga pelemahan ekonomi dunia.

GAPMMI menekankan bahwa konsistensi permintaan domestik, terutama dari kelas menengah yang terus berkembang, menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan industri ini. Selain itu, inovasi produk, perluasan pasar, dan penetrasi digital melalui platform e-commerce juga berperan penting dalam memperluas jangkauan industri makanan dan minuman ke berbagai wilayah.

Investasi dan Ekspor Ikut Tumbuh

Tak hanya dari sisi domestik, sektor mamin juga menarik minat investor asing dan lokal. Menurut data Kementerian Investasi/BKPM, sektor industri makanan dan minuman menjadi penyumbang terbesar ketiga dalam total investasi sektor manufaktur di Indonesia selama semester pertama 2025. Investasi ini tidak hanya mengalir ke pabrik pengolahan besar, tetapi juga ke pelaku UMKM dan startup berbasis teknologi pangan.

Dari sisi ekspor, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia meningkat sebesar 8,3% (year-on-year) pada semester pertama 2025, dengan tujuan utama ke negara-negara ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika.

Tantangan dan Harapan

Meski menunjukkan performa yang kuat, sektor mamin tetap menghadapi sejumlah tantangan. Harga bahan baku seperti gula, gandum, dan minyak nabati yang masih bergejolak akibat situasi geopolitik dan perubahan iklim global menjadi perhatian utama pelaku industri. Selain itu, tantangan logistik, khususnya untuk distribusi di wilayah timur Indonesia, juga masih menjadi hambatan pertumbuhan merata.

GAPMMI berharap pemerintah terus memberikan dukungan konkret melalui insentif fiskal, kemudahan perizinan, dan pembangunan infrastruktur distribusi. Khrisma juga menekankan pentingnya kolaborasi antara regulator dan pelaku industri dalam menjaga keberlanjutan dan daya saing sektor ini di kancah global.

Pemerintah Dorong Peningkatan Nilai Tambah

Sebagai bentuk dukungan, Kementerian Perindustrian terus mendorong pelaku industri makanan dan minuman untuk meningkatkan nilai tambah produk, salah satunya melalui penggunaan bahan baku lokal dan pengembangan produk berbasis kesehatan dan keberlanjutan (sustainability). Inisiatif seperti Industri Hijau dan Sertifikasi Produk Halal juga dipercepat untuk mendukung ekspor dan akses pasar global.


Dengan prospek pertumbuhan yang masih terbuka lebar, industri makanan dan minuman diharapkan terus menjadi sektor andalan yang tangguh, inklusif, dan adaptif dalam menghadapi dinamika ekonomi ke depan.