Mengapa Ringgit Malaysia Bisa Jadi Mata Uang Terbaik di Asia?

Mengapa Ringgit Malaysia Bisa Jadi Mata Uang Terbaik di Asia?

Ringgit Jadi Mata Uang Terbaik di Asia, Pemerintah Malaysia Terapkan Disiplin Fiskal dan Reformasi Ekonomi

Disiplin fiskal, reformasi subsidi, serta pengelolaan ekonomi nasional yang lebih sistematis telah mendorong mata uang Ringgit Malaysia mencatatkan kinerja terbaik di kawasan Asia. Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim, seperti dikutip dari The Star, Selasa (19/11/2025).

Menurut Anwar, penguatan Ringgit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sinyal positif bahwa kebijakan ekonomi pemerintah mulai menunjukkan hasil nyata. “Penguatan Ringgit ini sangat menggembirakan dan mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap arah kebijakan ekonomi nasional,” ujarnya.

Ringgit Menguat Signifikan dalam Setahun

Hingga 14 November 2025, Ringgit mengalami kenaikan sebesar 8,2%, menjadi salah satu mata uang dengan performa terbaik di Asia. Berdasarkan data dari TradingEconomics, Ringgit berada di level 4.1675 per dolar AS, menguat 0,29% dari sesi perdagangan sebelumnya.

Sepanjang Oktober hingga November 2025, Ringgit menguat 1,38%, dan secara tahunan melonjak 6,76%, mengalahkan mata uang regional lainnya seperti Baht Thailand, Rupiah Indonesia, dan Won Korea Selatan.

Beberapa analis juga mencatat bahwa stabilitas Ringgit didukung oleh kenaikan ekspor komoditas utama Malaysia seperti minyak sawit, minyak mentah, dan elektronik—serta meningkatnya arus modal asing ke sektor keuangan dan manufaktur.

Reformasi Subsidi: Fokus pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Anwar menjelaskan bahwa penguatan mata uang Malaysia tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan sistem subsidi yang lebih terarah (targeted subsidies). Pemerintah menghentikan subsidi yang dianggap tidak efektif dan lebih berfokus pada bantuan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

“Itulah sebabnya subsidi terarah, seperti untuk bahan bakar RON95, memberikan dampak positif terhadap Ringgit. Kebijakan ini tidak hanya membantu fiskal negara, tetapi juga memperbaiki persepsi global terhadap ekonomi Malaysia,” ujar Anwar.

Selain RON95, pemerintah juga mulai menerapkan subsidi terarah pada listrik, gas rumah tangga, serta bantuan tunai bersyarat melalui program Sumbangan Tunai Rahmah (STR).

Peran BUMN dan Investor Pemerintah Kian Kuat

Selain reformasi fiskal, Anwar juga menegaskan pentingnya peran perusahaan investasi terkait pemerintah (GLIC) dan badan usaha milik negara (GLOC) dalam pembangunan nasional. Ia mencontohkan negara seperti Korea Selatan dan Inggris yang berhasil memanfaatkan BUMN untuk memperkuat struktur ekonomi nasional dan mendukung inovasi.

“Kebijakan ini terbukti berhasil di banyak negara maju. Karena itu, keputusan kami tidak keliru meskipun sebagian ekonom dalam negeri sempat meragukannya,” tegas Anwar.

Beberapa perusahaan seperti Khazanah Nasional, Permodalan Nasional Berhad (PNB), dan Employees Provident Fund (EPF) juga mulai meningkatkan investasi di sektor kesehatan, pariwisata halal, energi terbarukan, dan digital economy.

Sektor Jasa dan Investasi Semakin Meningkat

Penguatan Ringgit juga membawa dampak positif terhadap sektor jasa dan investasi, termasuk perbankan, pariwisata, logistik, dan teknologi digital. Meningkatnya nilai Ringgit dinilai mampu menurunkan biaya impor dan menstabilkan inflasi, sehingga memperkuat daya beli masyarakat.

Menurut data Bank Negara Malaysia (BNM), tingkat inflasi Malaysia kini berada di kisaran 2,5% hingga 3%, relatif stabil dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang mendorong masuknya investasi asing langsung (FDI), terutama dari Jepang, Uni Emirat Arab, dan Uni Eropa.

Tantangan ke Depan

Meski performa Ringgit positif, Anwar mengingatkan bahwa Malaysia masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti pemulihan global yang belum merata, ketergantungan pada komoditas ekspor, serta risiko geopolitik yang dapat mengganggu stabilitas perdagangan internasional.

Namun, pemerintah optimistis bahwa dengan disiplin fiskal, reformasi subsidi, dan integrasi ekonomi berbasis digital, Malaysia dapat menjaga pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan kepercayaan global terhadap Ringgit.