Pekerja TikTok Mogok Setelah PHK Besar-besaran

Pemogokan Pekerja TikTok di Berlin: Ironi di Balik "Efisiensi"
1. Kronologi Kejadian
Pada 23 Juli 2025, sekitar 150 pekerja dari departemen Trust and Safety TikTok Berlin—yaitu tim yang bertugas memoderasi konten berbahaya seperti ujaran kebencian, misinformasi, dan pornografi—melancarkan aksi mogok. Aksi ini terjadi setelah niat TikTok untuk mengganti seluruh tim dengan sistem kecerdasan buatan (AI) dan pekerja kontrak dianggap melecehkan kontribusi mereka.
Pimpinan serikat pekerja ver.di mengungkap bahwa permintaan mereka dalam negosiasi termasuk:
-
Pesangon setara tiga tahun gaji,
-
Perpanjangan masa pemberitahuan hingga 12 bulan,
-
Tunjangan transisi dan bantuan pelatihan ulang agar pekerja dapat beralih ke pekerjaan lain, terutama bagi mereka yang status residensinya di Jerman bergantung pada pekerjaan tersebut.
Namun, meskipun telah menempuh berbagai upaya, TikTok menolak untuk merundingkan permintaan tersebut.
2. Alasan TikTok dan Deretan Dampak
TikTok menyatakan bahwa restrukturisasi ini bertujuan untuk menyederhanakan alur kerja dan meningkatkan efisiensi, serta menegaskan komitmen mereka terhadap keamanan platform dengan investasi senilai sekitar 2 miliar dolar AS dalam bidang Trust and Safety pada tahun ini.
Namun muncul kekhawatiran serius:
-
AI tidak selalu akurat. Sistem ini kadang keliru menandai konten seperti perayaan Pride atau advokasi hak minoritas sebagai pelanggaran aturan, yang seharusnya tidak dihapus.
-
Studi akademis di Jerman menemukan bahwa AI cenderung kurang tegas memoderasi ujaran kebencian yang tersirat, namun justru berlebihan dalam menghapus konten yang sah, termasuk konten LGBTQIA+, minoritas agama, hingga kritik sosial.
-
Outsourcing kepada pekerja kontrak juga membawa risiko, terutama terkait dukungan kesehatan mental. Banyak pekerja kontrak tidak memiliki akses ke program perlindungan psikologis yang biasanya diberikan kepada karyawan tetap.
3. Protes Terus Berlanjut dan Resonansi Global
Aksi ini bukan yang pertama. Pada 17 Juli 2025, sekitar 50 pekerja sudah melakukan demonstrasi di depan kantor TikTok Berlin dengan membawa spanduk bertuliskan “We trained your machines – pay us what we deserve!”.
Aksi mogok ini menjadi langkah bersejarah karena termasuk salah satu pemogokan pertama yang dipimpin oleh pekerja platform media sosial di Jerman.
Secara global, TikTok sebelumnya sudah melakukan PHK serupa:
-
Di Belanda, seluruh tim moderasi sekitar 300 orang diberhentikan pada September 2024.
-
Di Malaysia, sekitar 500 pekerja diganti dengan AI pada Oktober 2024.
-
Awal tahun ini, beberapa wilayah di Asia, Timur Tengah, dan Afrika juga mengalami gelombang PHK dengan pola yang sama.
4. Risiko Hukum dan Regulasi
Di bawah Digital Services Act (DSA) Uni Eropa, platform seperti TikTok diwajibkan secara aktif mengawasi dan menghapus konten berbahaya secara proaktif. Jika AI yang digunakan terlalu sering salah dalam moderasi, hal ini berpotensi melanggar regulasi dan membahayakan keselamatan pengguna. Pelanggaran semacam ini bisa berujung pada denda besar dan kewajiban tambahan dari regulator.
5. Seruan dan Solidaritas
Selama aksi mogok, serikat pekerja ver.di menyoroti risiko yang lebih besar dari sekadar kehilangan pekerjaan. Banyak dari pekerja yang terdampak adalah warga negara asing, sehingga PHK dapat memengaruhi izin tinggal mereka di Jerman.
Mereka mendesak agar ada klausul perlindungan transisi dalam perjanjian PHK. Organisasi internasional seperti UNI Global Union juga menyatakan solidaritas, menegaskan bahwa para moderator adalah garis pertahanan penting melawan misinformasi dan konten kekerasan, serta menyerukan penghormatan terhadap profesionalisme mereka.
0 Comments