Saham RLCO Melonjak 34,52% di Hari Pertama di BEI
RLCO Resmi Melantai di BEI — Debut Saham Melonjak Tajam
Pada hari Senin, 8 Desember 2025, PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (kode saham RLCO) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham perdana RLCO langsung melesat, memecahkan rekor sebagai salah satu IPO dengan respons pasar paling antusias tahun ini.
Harga penawaran awal ditetapkan di Rp 168 per saham — tepat di batas atas dari rentang yang diumumkan dalam masa bookbuilding. Saat perdagangan perdana dibuka, saham RLCO melonjak 34,52% ke level Rp 226 per saham, menyentuh limit atas (auto‑reject atas / ARA).
Dengan langkah ini, RLCO menjadi emiten ke‑25 yang melantai di BEI sepanjang 2025.
Pembagian Saham, Dana IPO & Alokasi Dana yang Terencana
RLCO melepas sebanyak 625 juta saham kepada publik dalam IPO — setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pasca‑IPO. Total saham tercatat di BEI setelah IPO mencapai 3,125 miliar lembar, menjadikan kapitalisasi pasar awal perusahaan berada di kisaran Rp 525 — 530 miliar.
Dengan harga IPO Rp 168 per saham, RLCO menargetkan perolehan dana segar hingga Rp 105 miliar.
Dana IPO akan dialokasikan sebagai berikut:
-
56,33% untuk modal kerja — terutama untuk pembelian bahan baku yaitu sarang burung walet.
-
Sisanya, 43,67%, akan disetorkan sebagai penyertaan modal ke entitas anak, PT Realfood Winta Asia (RWA), yang juga digunakan untuk membeli bahan baku serupa.
Penjamin emisi efek dalam IPO ini adalah Samuel Sekuritas Indonesia, dan perusahaan telah memperoleh izin dari regulator (Otoritas Jasa Keuangan / OJK) pada 28 November 2025.
Mengapa IPO RLCO Menarik — Kinerja, Model Bisnis, dan Prospek
Sebelum IPO, RLCO telah menunjukkan pertumbuhan signifikan. Menurut laporan keuangan per 31 Mei 2025:
-
Penjualan meningkat dari sekitar Rp 156,76 miliar menjadi Rp 231,3 miliar.
-
Laba bersih naik tajam dari Rp 1,8 miliar menjadi Rp 12,38 miliar.
-
Total aset meningkat ke Rp 685,77 miliar, dengan ekuitas melonjak ke Rp 176,51 miliar (dari Rp 64,9 miliar), sementara liabilitas turun ke Rp 509,25 miliar.
Perusahaan pun telah melakukan transformasi bisnis: dari pengekspor sarang burung walet menjadi produsen produk konsumen (consumer health / superfood). Portofolio produk RLCO — melalui entitas anak — mencakup minuman berbasis sarang burung walet, kaldu tinggi protein, dan suplemen kolagen.
Mayoritas pendapatan RLCO berasal dari bisnis sarang burung walet: hingga Mei 2025, kontribusi lini ini mencapai sekitar 88,5% dari total pendapatan.
Dengan valuasi IPO, berdasarkan laporan riset pada 2025:
-
Price-to-Earnings Ratio (PER) diperkirakan sekitar 17,73×
-
Price-to-Book Value (PBV) sekitar 1,86×
Manajemen menyebut dana IPO dibutuhkan karena saat ini “tingkat utilitas pabrik masih belum optimal”. Dana segar diharapkan bisa memperkuat rantai pasok, terutama memastikan ketersediaan bahan baku — sarang burung walet — yang menjadi inti bisnis.
Eksportir Sarang Burung Walet — Jangkauan Pasar Internasional dan Peluang Ekspansi
Selain sebagai pengolah sarang burung walet dalam negeri, RLCO juga sudah merambah ke pasar ekspor. Perusahaan mengekspor sarang burung walet dan produk berbasis protein ke luar negeri — termasuk ke pasar di China, Hong Kong, dan Amerika Serikat.
Langkah IPO dipandang sebagai tonggak penting — tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi industri sarang walet di Indonesia — karena memberi ruang bagi RLCO untuk memperkuat posisi dalam rantai nilai (value‑chain), dari bahan baku, pengolahan, hingga produk konsumen dan ekspor.
Analis mencatat bahwa dengan struktur permodalan dan prospek ekspor seperti sekarang, RLCO memiliki daya tarik terutama jika manajemen mampu memaksimalkan ekspansi ke produk konsumen dan pasar ekspor.
Tantangan & Perhatian
Meskipun banyak hal positif, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:
-
Industri sarang walet rentan terhadap fluktuasi pasokan bahan baku — baik karena musim, regulasi, atau pasokan global. Karena sebagian besar dana IPO dialokasikan untuk bahan baku, manajemen harus menjaga keberlanjutan pasokan dan kualitas sarang burung walet.
-
Transformasi ke produk konsumen (superfood, suplemen, kaldu) menawarkan margin lebih tinggi — namun membutuhkan konsistensi dalam kualitas, branding, distribusi, serta kepatuhan regulasi makanan & minuman domestik dan ekspor.
-
Nilai valuasi (PER ~17,7×, PBV ~1,86×) memberi ruang ekspektasi pertumbuhan; jika ekspansi tidak berjalan sesuai rencana, bisa menimbulkan risiko bagi investor jangka menengah‑panjang.
Kesimpulan: IPO RLCO — Awal Baru untuk Industri Sarang Walet Indonesia
IPO RLCO bukan sekadar pencatatan di BEI — tetapi juga sinyal bahwa industri sarang burung walet di Indonesia tengah memasuki fase baru: dari usaha bahan baku & ekspor tradisional, menuju integrasi rantai nilai dengan produk konsumen berorientasi kesehatan dan pasar global.
Dengan kinerja keuangan yang kuat, prospek ekspor, dan strategi alokasi dana yang jelas, RLCO berada di posisi menarik — asalkan manajemen bisa menjaga pasokan, kualitas, dan eksekusi strategi ekspansi.
0 Comments