Rupiah Anjlok Parah Hari Ini, Tengok Sejarahnya dari ORI hingga Simbol Kedaulatan Indonesia

Nilai Tukar Rupiah Tertekan, Mendekati Level Krisis 1998
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan signifikan pada perdagangan Selasa (25/3/2025). Pelemahan mata uang Garuda ini semakin mendekati level yang terjadi saat krisis moneter 1998, meskipun kondisi ekonomi saat ini berbeda dibandingkan dengan krisis pada masa itu.
Rupiah Terus Melemah di Tengah Sentimen Pasar
Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah melemah sebesar 42 poin atau 0,26 persen menjadi Rp 16.610 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.568 per dolar AS. Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global maupun domestik yang masih penuh ketidakpastian.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa kepercayaan investor terhadap bursa saham yang melemah turut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
"Pesimisme pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri tercermin dari pergerakan indeks saham Bursa Efek Indonesia (BEI), yang terus mengalami tekanan," ujarnya dikutip dari Antara.
Selain itu, faktor eksternal seperti penguatan indeks dolar AS juga memberikan dampak negatif terhadap rupiah. Pada pagi ini, indeks dolar AS mengalami kenaikan ke kisaran 104,30 dibandingkan hari sebelumnya di 104,10. Kenaikan ini menunjukkan bahwa mata uang AS semakin diminati sebagai aset safe haven di tengah gejolak pasar global.
Membandingkan dengan Krisis 1998
Sejarah mencatat bahwa nilai tukar rupiah anjlok hingga Rp 16.650 per dolar AS saat krisis moneter 1998. Pada masa itu, Indonesia mengalami tekanan ekonomi berat akibat berbagai faktor, termasuk ketidakstabilan politik, lemahnya fundamental ekonomi, serta spekulasi besar-besaran terhadap mata uang rupiah.
Sebelum krisis terjadi, rupiah masih bertahan di kisaran Rp 2.000 per dolar AS pada tahun 1996. Namun, pada Juni 1997, nilai tukarnya sudah melemah menjadi Rp 2.450 per dolar AS, sebelum akhirnya anjlok tajam akibat krisis finansial yang melanda kawasan Asia Tenggara.
Meskipun saat ini rupiah kembali mendekati level krisis 1998, kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan masa itu. Cadangan devisa yang lebih besar, sistem perbankan yang lebih stabil, serta kebijakan moneter yang lebih terjaga menjadi faktor yang dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah Saat Ini
Beberapa faktor utama yang menyebabkan tekanan pada rupiah saat ini antara lain:
- Kebijakan The Fed (Federal Reserve AS): Bank Sentral AS masih mempertahankan suku bunga tinggi untuk meredam inflasi, sehingga menarik aliran modal keluar dari negara berkembang seperti Indonesia.
- Ketidakpastian Global: Konflik geopolitik, termasuk ketegangan di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina, menambah sentimen negatif di pasar keuangan global.
- Defisit Perdagangan: Meskipun ekspor Indonesia tetap tumbuh, tekanan pada neraca perdagangan karena impor yang tinggi membuat keseimbangan nilai tukar menjadi rentan.
- Kekhawatiran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Domestik: Investor mencermati perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih menghadapi tantangan dari sektor konsumsi dan investasi.
Prospek Ke Depan dan Upaya Pemerintah
Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah mengambil beberapa langkah untuk menjaga stabilitas rupiah, termasuk melakukan intervensi di pasar valuta asing serta mempertahankan kebijakan suku bunga yang mendukung stabilitas makroekonomi.
Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan kepercayaan investor dengan mempercepat implementasi berbagai proyek strategis nasional dan meningkatkan investasi di sektor industri manufaktur serta infrastruktur.
Para analis memperkirakan bahwa dalam beberapa bulan ke depan, volatilitas rupiah masih akan tinggi, terutama jika The Fed tetap mempertahankan kebijakan suku bunga ketat dan ketidakpastian global masih berlanjut. Namun, dengan fundamental ekonomi yang lebih baik dibandingkan krisis 1998, diharapkan pelemahan rupiah saat ini masih dapat dikelola dengan baik.
Kesimpulan
Pelemahan nilai tukar rupiah saat ini menjadi perhatian utama, terutama karena telah mendekati level yang pernah terjadi pada krisis 1998. Namun, kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih kuat, dengan sistem keuangan yang lebih stabil dan cadangan devisa yang lebih besar. Dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia, diharapkan rupiah dapat kembali stabil dalam waktu dekat.
Pasar akan terus mencermati perkembangan kebijakan global dan domestik yang dapat memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Para pelaku usaha dan investor diharapkan tetap waspada dan mempersiapkan strategi untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi yang masih akan berlanjut.
2 Comments
Alice
26 Mar 2025, 10:02John
26 Mar 2025, 10:02