Serangan Israel ke Situs Nuklir Iran Sebabkan Bitcoin Turun 5%, Tak Dianggap Aset Aman oleh Investor

Serangan Israel ke Situs Nuklir Iran Sebabkan Bitcoin Turun 5%, Tak Dianggap Aset Aman oleh Investor

Bitcoin Gagal Jadi Aset Safe Haven Saat Ketegangan Israel-Iran Meningkat

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali mengguncang pasar kripto. Harga Bitcoin anjlok lebih dari 5% pada Jumat pagi, turun dari level tertinggi lokal $108.000 pada Kamis menjadi sekitar $103.000, menyusul serangan udara besar-besaran Israel ke wilayah Iran. Pergerakan ini menyoroti ketidakmampuan Bitcoin untuk bertahan sebagai "safe haven" dalam kondisi krisis global.

Bitcoin Gagal Menjadi Aset Perlindungan

  • Pergerakan Pasar: Bitcoin tertekan bersamaan dengan aset berisiko lainnya, meskipun selama ini banyak narasi yang menyebut BTC sebagai “emas digital”.
  • Realitas Pasar: Respons pasar menunjukkan bahwa Bitcoin masih dipandang sebagai aset berisiko tinggi, bukan perlindungan saat gejolak geopolitik.
  • Likuidasi Besar-Besaran: Lebih dari $1,1 miliar posisi di pasar kripto dilikuidasi dalam 24 jam terakhir, memperparah tekanan jual.
  • Kesimpulan: Bitcoin belum berfungsi sebagai lindung nilai jangka pendek dalam krisis. Meskipun punya pasokan tetap dan argumen anti-inflasi, faktor likuiditas dan psikologi pasar masih mendominasi pergerakannya.

Minyak dan Emas Bergerak Naik

  • Minyak Mentah: Harga Brent dan WTI melonjak lebih dari 10% karena kekhawatiran gangguan pasokan dari wilayah Teluk.
  • Emas: Menguat sekitar 1% karena investor beralih ke aset tradisional yang dianggap aman.
  • Kesimpulan: Minyak dan emas tetap menjadi alat ukur krisis yang andal. Kenaikan harga minyak juga mengindikasikan potensi inflasi global.

Investor Institusional dan Reaksi Portofolio

  • Portofolio Seimbang: Investor besar yang menyimpan Bitcoin dalam portofolio campuran kemungkinan melepas sebagian posisi untuk mengurangi eksposur risiko.
  • Tekanan Jual Mekanis: Likuidasi massal lebih mencerminkan reaksi teknikal dan manajemen risiko dibandingkan dengan perubahan fundamental aset.
  • Kesimpulan: Saat volatilitas meningkat, institusi cenderung mengurangi aset spekulatif seperti kripto, sehingga Bitcoin cenderung ikut terjual seperti saham teknologi berisiko tinggi.

Dampak Ekonomi dan Inflasi

  • Kekhawatiran Inflasi: Kenaikan harga energi bisa memicu inflasi global, yang pada akhirnya akan memengaruhi kebijakan suku bunga bank sentral.
  • Pasar Saham: Bursa Asia dibuka melemah karena kekhawatiran eskalasi konflik.
  • Aset Safe Haven Tradisional: Potensi arus masuk ke dolar AS, obligasi pemerintah, dan emas bisa semakin besar.

Respons Politik Dunia

  • Operasi Rising Lion: Israel mengklaim menargetkan fasilitas militer dan nuklir Iran, termasuk kompleks pengayaan uranium di Natanz.
  • Reaksi Internasional: PBB dan Inggris menyerukan deeskalasi, sementara AS menyatakan tidak terlibat langsung meski mengetahui rencana serangan.
  • Kekhawatiran Balasan Iran: Potensi serangan balasan terhadap pangkalan AS di Irak atau Suriah bisa memperburuk situasi.

Yang Perlu Diperhatikan Investor Kripto:

  • Apakah Iran Akan Membalas? Ini akan menjadi pemicu utama pergerakan pasar berikutnya.
  • Pergerakan BTC Selanjutnya: Apakah Bitcoin bisa pulih dan kembali dilihat sebagai lindung nilai makro?
  • Harga Minyak dan Dampaknya ke Stablecoin: Kenaikan harga energi bisa berdampak pada stabilitas nilai fiat dan permintaan stablecoin berbasis dolar.
  • Volatilitas Pasar Kripto Lanjutan: Jika konflik meluas, pasar kripto bisa menghadapi gelombang likuidasi lanjutan.

Kesimpulan Akhir

Krisis ini adalah ujian nyata bagi peran Bitcoin dalam lanskap investasi global. Dalam jangka panjang, Bitcoin tetap menawarkan nilai sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan sistem keuangan terpusat. Namun dalam jangka pendek, dampak geopolitik masih memicu aksi jual dan koreksi tajam, menandakan Bitcoin belum sepenuhnya matang sebagai aset safe haven sejati.