Telkom Siapkan Pemisahan Bisnis Fiber Optik

Telkom Siapkan Spin-Off Bisnis Fiber Optik Rp 150 Triliun, Incar Investasi Global
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sedang mematangkan rencana besar dengan memisahkan unit bisnis infrastruktur fiber optik menjadi entitas baru bernama PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF). Nilai aset yang akan digarap oleh entitas ini ditaksir mencapai sekitar Rp 150 triliun.
Langkah spin-off atau pemisahan usaha ini merupakan bagian dari strategi transformasi bisnis Telkom Group, yang bertujuan memperkuat posisi perusahaan sebagai pemain utama di bidang infrastruktur digital, baik di Indonesia maupun Asia Tenggara.
Tahapan Spin-Off dan Target Waktu
Wakil Direktur Utama Telkom, Muhammad Awaluddin, menjelaskan bahwa proses spin-off akan dilakukan secara bertahap dan ditargetkan dapat mencapai tahap pertama pada akhir 2025, setelah memperoleh restu dari para pemegang saham.
“Saat ini secara bertahap Telkom sedang menyiapkan bisnis aset fiber tersendiri melalui anak usaha infraco atau Infranexia. Kami sudah melakukan sejumlah langkah awal, termasuk penguatan data serta identitas komersial PT TIF ini,” jelas Awaluddin dalam konferensi pers Pubex Live 2025, dikutip Sabtu (13/9/2025).
Lebih dari Sekadar Pemisahan Bisnis
Menurut Awaluddin, persiapan spin-off bukan hanya sekadar pemisahan entitas bisnis, tetapi juga menyangkut aspek yang lebih luas:
-
Pengamanan finansial agar TIF memiliki modal yang cukup kuat untuk mandiri.
-
Penataan tata kelola perusahaan (GCG) yang lebih transparan dan sesuai standar internasional.
-
Penguatan posisi spin-off sehingga mampu menarik minat investor institusional, baik dari dalam maupun luar negeri.
“Tujuan besar dari langkah ini adalah agar entitas baru tidak hanya berdiri sendiri, tetapi juga bisa menjadi magnet investasi jangka panjang,” tambahnya.
Pentingnya Fiber Optik dalam Ekonomi Digital
Fiber optik menjadi tulang punggung infrastruktur digital Indonesia. Saat ini, Telkom mengoperasikan lebih dari 180 ribu kilometer jaringan fiber optik yang menjangkau hampir seluruh wilayah Tanah Air, termasuk daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Dengan meningkatnya kebutuhan data akibat penetrasi internet, ledakan konten video, hingga adopsi teknologi 5G dan Internet of Things (IoT), kebutuhan akan jaringan fiber yang stabil dan berkapasitas tinggi diproyeksikan terus tumbuh signifikan.
Laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat pengguna internet di Tanah Air telah mencapai lebih dari 225 juta orang pada 2025, atau setara 81% dari populasi. Angka ini menjadi bukti bahwa permintaan infrastruktur digital akan semakin besar.
Prospek dan Daya Tarik Investor
Spin-off TIF juga sejalan dengan tren global di mana perusahaan telekomunikasi mulai memisahkan unit infrastruktur untuk menciptakan nilai tambah. Beberapa operator di Eropa dan Asia bahkan berhasil menarik investasi miliaran dolar dari dana pensiun maupun sovereign wealth fund yang memburu aset infrastruktur digital jangka panjang.
Analis pasar menilai langkah Telkom ini dapat membuka peluang kerja sama strategis dengan investor global, termasuk Mubadala Investment Company dari Uni Emirat Arab atau GIC dari Singapura yang sebelumnya sudah berinvestasi di sektor infrastruktur digital Asia.
Selain itu, TIF berpotensi bekerja sama dengan perusahaan menara telekomunikasi, data center, hingga penyedia layanan cloud untuk memperkuat ekosistem digital nasional.
Dampak terhadap Kinerja Telkom
Dengan adanya spin-off, Telkom sebagai induk dapat lebih fokus pada layanan digital, konten, dan solusi berbasis pelanggan, sementara TIF akan fokus menjadi “infrastructure backbone”. Pemisahan ini diharapkan meningkatkan efisiensi, mempercepat ekspansi jaringan, serta membuka ruang pendanaan alternatif tanpa terlalu membebani neraca Telkom Group.
Investor di pasar modal juga disebut mulai melirik potensi kenaikan valuasi Telkom usai spin-off, seiring terbentuknya dua entitas bisnis yang lebih ramping, fokus, dan transparan.
0 Comments