Pengusaha Muda Bali Go Internasional Lewat Fashion Digital dan Dukungan Pameran BRI

Dari Keisengan Pandemi menuju Industri Fashion Bernilai Cerita: Perjalanan Haluan Bali
Awal Mula yang Tak Terduga
Haluan Bali muncul dari sebuah keisengan di masa pandemi COVID-19. Pada tahun 2020, pendirinya—Defria Kirana, seorang perempuan lulusan teknologi informasi—merancang jaket yang tidak hanya nyaman dan stylish, tetapi juga ingin menghadirkan semangat positif di tengah suasana kelabu saat itu. Dengan pola buatan tangan yang khas bertema Nusantara serta palet warna cerah eye-catching, jaket pertama ini langsung menonjolkan estetika unik yang kemudian menjadi tanda khas Haluan Bali.
Perluasan Koleksi dan Inovasi Teknologi Digital
Tak hanya jaket—seiring pertumbuhan brand, produk Haluan Bali berkembang mencakup kemeja, outerwear, celana, dress, kaos, hingga tas, semuanya dengan ciri khas sentuhan tradisi dan nuansa modern.
Pada 2021, lahirlah konsep inovatif “Baju Bisa Bicara”. Lewat teknologi Augmented Reality (AR), desain pakaian bisa di-scan dan menampilkan video interaktif yang menceritakan kisah budaya Indonesia di balik motif tersebut. Dengan cara ini, setiap busana bukan sekadar pakaian, melainkan medium storytelling yang hidup.
Pilar Digital & Ekspansi Pasar
Brand yang berdiri sejak 2019/2020 ini kini memiliki tiga pilar digital utama: cetak digital, teknologi AR, dan distribusi digital melalui media sosial dan e-commerce.
Haluan Bali juga telah berhasil menembus pasar internasional, mulai dari Australia, Jepang, hingga Belanda. Penjualan rata-rata mencapai lebih dari 100 produk per bulan, dengan omzet yang tumbuh signifikan—dari sekitar Rp100 juta hingga hampir menyentuh Rp900 juta.
Komunitas Warga HALU & Ekosistem Kreatif
Haluan Bali memiliki komunitas pelanggan aktif yang disebut “Warga Halu”, jumlahnya kini telah melampaui 8.000 orang. Menariknya, mereka bahkan memiliki “KTP komunitas” sebagai bentuk identitas dan keterlibatan eksklusif.
Selain itu, Haluan Bali tengah menyiapkan visi besar membangun “Rumah Halu”—sebuah ekosistem yang mencakup ritel, produksi, komunitas, dan pusat kolaborasi teknologi serta fashion di Bali.
Komitmen Terhadap Keberlanjutan & Pemberdayaan Sosial
Pada awalnya Haluan Bali masih menggunakan bahan seperti polyester. Namun kini brand ini telah bertransformasi menuju penggunaan bahan ramah lingkungan seperti kain organik dan juga memanfaatkan limbah tekstil dalam semangat zero waste.
Lebih dari sekadar label fesyen, Haluan Bali juga memberdayakan perempuan di Jimbaran dan sekitarnya dengan melibatkan mereka dalam proses produksi, pemasaran, hingga pengembangan komunitas. Semangat sosial inilah yang membuat Haluan Bali tumbuh bukan hanya sebagai brand, melainkan juga ruang pemberdayaan.
Dukungan Institusional & Tantangan ke Depan
Pada 2023, Defria Kirana meraih Juara Harapan 1 dalam Program Pengusaha Muda BRILIaN, sebuah pengakuan penting atas potensi dan inovasi brand ini.
Pada Agustus 2025, Haluan Bali tampil di UMKM EXPO(RT) dengan dukungan BRI, memperluas panggungnya ke audiens yang lebih luas. Dukungan ini juga menjadi upaya nyata untuk membuka akses pasar dan mempercepat pertumbuhan UMKM kreatif di Indonesia.
Meski begitu, sejumlah panelis menilai bahwa di masa depan Haluan Bali perlu memperkuat aspek perencanaan strategis dan proyeksi bisnis agar dapat menarik investor besar. Selain itu, mereka menyarankan agar ekspansi fisik seperti pembangunan Rumah Halu dilakukan secara bertahap supaya tidak terbebani biaya operasional tinggi.
0 Comments