BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sentuh 4,6-5,4% pada 2025

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sentuh 4,6-5,4% pada 2025

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2025 Capai 4,6–5,4%, Ditopang Konsumsi Domestik dan Ekspor

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan berada dalam kisaran 4,6% hingga 5,4%, seiring membaiknya aktivitas ekonomi domestik dan peningkatan kinerja sektor eksternal. Proyeksi ini mencerminkan optimisme terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional, meskipun ketidakpastian global masih membayangi.

Sementara itu, menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencapai 5,12% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2025 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,01% yoy, menandakan adanya tren akselerasi dalam pemulihan ekonomi nasional.

Konsumsi dan Investasi Jadi Motor Penggerak

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa dari sisi pengeluaran, Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II ditopang oleh penguatan konsumsi rumah tangga dan investasi, serta peningkatan ekspor-impor yang menunjukkan geliat perdagangan global.

"Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% yoy, didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat terutama selama momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur sekolah,” jelas Ramdan dalam keterangan resminya, Selasa (5/8/2025).

Sementara itu, investasi (PMTB) mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 6,99% yoy, menunjukkan minat investor yang tetap kuat, baik dari sektor domestik maupun asing. Ramdan menyebut pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan realisasi penanaman modal, khususnya pada sektor infrastruktur, energi terbarukan, dan manufaktur.

Namun demikian, konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 0,33% yoy, seiring dengan normalisasi belanja negara setelah lonjakan signifikan pada tahun 2024 yang dipengaruhi oleh pelaksanaan Pemilu dan belanja stimulus pasca-pandemi.

Ekspor dan Sektor Jasa Pariwisata Semakin Menguat

Salah satu pendorong pertumbuhan adalah ekspor, yang mencatatkan kenaikan sebesar 10,67% yoy. Hal ini ditopang oleh permintaan dari negara mitra utama seperti Tiongkok, India, dan Amerika Serikat yang tetap kuat. Selain itu, sektor jasa, khususnya pariwisata, turut memberikan kontribusi signifikan melalui peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara, yang melonjak lebih dari 25% dibandingkan tahun lalu, menurut data Kemenparekraf.

Kebangkitan sektor pariwisata ini menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi daerah seperti Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian wilayah Sulawesi, yang sangat bergantung pada devisa pariwisata.

Di sisi lain, impor juga tumbuh, mencerminkan membaiknya permintaan domestik terhadap barang konsumsi dan bahan baku industri. “Pertumbuhan impor ini mengindikasikan kegiatan produksi dan konsumsi di dalam negeri mulai kembali ke tingkat pra-pandemi,” ujar Ramdan.

Semua Sektor Usaha Tumbuh Positif

Dari sisi Lapangan Usaha (LU), seluruh sektor mencatatkan pertumbuhan positif. Tiga sektor utama yang menjadi penopang pertumbuhan adalah:

  • Industri Pengolahan, yang terus tumbuh seiring pemulihan rantai pasok global dan peningkatan produksi ekspor;
  • Perdagangan, yang menguat akibat konsumsi dalam negeri dan arus barang yang lebih lancar;
  • Informasi dan Komunikasi, yang mendapat dorongan dari transformasi digital di berbagai sektor, termasuk UMKM.

Sektor lain seperti pertanian, transportasi dan pergudangan, serta konstruksi juga menunjukkan perbaikan signifikan, seiring dengan peningkatan belanja masyarakat dan investasi pemerintah dalam pembangunan infrastruktur daerah.

Pertumbuhan Ekonomi Merata di Seluruh Wilayah

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 tercatat lebih tinggi di seluruh wilayah dibandingkan kuartal sebelumnya. Wilayah Jawa masih menjadi pusat pertumbuhan utama karena kontribusinya terhadap PDB nasional mencapai lebih dari 57%, namun pertumbuhan paling cepat terjadi di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) dan Bali-Nusa Tenggara (Balinusra).

Ramdan menambahkan bahwa pemerataan pembangunan dan investasi di luar Pulau Jawa mulai menunjukkan hasil, terutama melalui penguatan ekonomi daerah berbasis sumber daya lokal dan sektor pariwisata.

Tantangan ke Depan: Global dan Domestik

Meski proyeksi BI tetap optimis, beberapa tantangan masih perlu diwaspadai, antara lain:

  • Ketidakpastian ekonomi global akibat potensi kenaikan suku bunga lanjutan oleh Federal Reserve AS;
  • Volatilitas harga komoditas global, khususnya energi dan pangan;
  • Risiko geopolitik seperti konflik di Timur Tengah yang bisa mengganggu rantai pasok dan pasar ekspor.

Dari sisi domestik, tantangan lainnya adalah menjaga stabilitas inflasi, memperkuat daya beli masyarakat, serta memastikan kelancaran transisi pemerintahan pasca-Pemilu 2024.

Penutup

Dengan dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi, serta dorongan dari sektor konsumsi dan ekspor, ekonomi Indonesia menunjukkan fondasi yang kokoh untuk terus tumbuh pada 2025. Namun, sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku usaha tetap krusial agar target pertumbuhan 5,4% dapat tercapai dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat.