Dolar Melemah, Rupiah Naik Sedikit ke Rp 16.706 per Dolar AS
Pada Senin pagi (24 November 2025) di Jakarta, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menunjukkan penguatan tipis. Dibuka di level Rp 16.706 per US$, naik sekitar 10 poin atau 0,06 % dari penutupan sebelumnya yang di kisaran Rp 16.716 per US$.
Pergerakan ini menunjukkan bahwa mata uang domestik Indonesia mendapatkan sedikit angin positif di tengah kondisi pasar global yang mulai mengalami perubahan sentimen.
Penopang Penguatan Rupiah
Beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai pengaruh positif terhadap rupiah antara lain:
-
Pemulihan sentimen global: Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyoroti bahwa kekhawatiran terkait gelembung (bubble) di sektor Artificial Intelligence (AI) pada pasar saham AS telah mulai mereda. Ketika investor merasa risiko gelembung berkurang, maka aliran modal ke aset berisiko seperti mata uang negara berkembang kemungkinan meningkat.
-
Harapan terhadap kebijakan moneter: Ada ekspektasi bahwa Federal Reserve (“The Fed”) dapat melakukan pemangkasan suku bunga pada Desember 2025. Harapan akan pelonggaran moneter di AS menjadikan dolar AS sedikit tertahan, sehingga rupiah relatif mendapat manfaat.
Catatan Risiko & Pembatas Penguatan
Meski penguatan tercatat, terdapat beberapa faktor yang membatasi laju rupiah:
-
Ketegangan geopolitik/regional: Meningkatnya ketegangan antara China dan Jepang dapat menimbulkan “risk off” (alih ke aset aman) dan membatasi penguatan rupiah.
-
Ekspektasi suku bunga AS yang mulai disesuaikan: Sebelumnya pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga AS hampir pasti, namun kini probabilitasnya turun ke kisaran ~60 %. Hal ini bisa menahan laju pelemahan dolar AS lebih lanjut.
-
Masih tingginya volatilitas kurs: Data 7 hari terakhir menunjukkan rupiah bergerak di rentang sekitar Rp 16.672 hingga Rp 16.764 per US$; artinya walau menguat tipis, pergerakan masih cukup fluktuatif.
Tren & Kondisi Pasar
Beberapa hal tambahan yang memberikan gambaran lebih luas:
-
Pada tahun 2025, rata-rata rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran ~Rp 16.452 per US$, dengan titik tertinggi mencapai ~Rp 17.465 per US$ pada bulan April.
-
Dalam seminggu terakhir, nilai tukar USD/IDR sempat berada di ~Rp 16.672 (terendah) hingga ~Rp 16.738 (tertinggi).
-
Pembukaan hari ini di level Rp 16.706 menunjukkan konsistensi bahwa rupiah berada “masih di level Rp 16.700-an” meskipun ada penguatan.
Prospek ke Depan
Berdasarkan kondisi saat ini, beberapa hal yang layak diperhatikan ke depan:
-
Bila sentimen global terus membaik—misalnya karena penurunan kekhawatiran gelembung teknologi atau sinyal pelonggaran dari The Fed—rupiah memiliki potensi untuk menguat lebih lanjut, dalam skenario “risk on”.
-
Namun, jika salah satu risiko terwujud (misalnya gelembung AI benar-benar pecah, atau ketegangan geopolitik meningkat), maka bisa terjadi pergeseran ke “risk off” yang membuat investor menghindar dari aset berisiko termasuk rupiah, sehingga mata uang bisa kembali melemah.
-
Penting juga untuk memantau kebijakan moneter domestik: Bank Indonesia (BI) harus menjaga keseimbangan antara mendukung rupiah dan menjaga daya saing ekonomi.
-
Dari sisi teknikal, analis memperkirakan kisaran pergerakan rupiah hari ini berada di Rp 16.660 hingga Rp 16.750 per US$.
Kesimpulan
Penguatan rupiah hari ini — meskipun tipis — mencerminkan bahwa pasar mulai mempertimbangkan faktor positif seperti meredanya kekhawatiran bubble AI dan kemungkinan pelonggaran suku bunga AS. Namun, rupiah masih menghadapi beberapa “rem” berupa geopolitik dan ketidakpastian kebijakan. Untuk investor, situasi ini berarti mata uang Indonesia masih ditopang oleh sentimen luar, tapi tetap rentan terhadap perubahan arah global.
0 Comments