Emas Jadi Biang Kerok Penyumbang Inflasi April 2025, Tertinggi dalam 20 Bulan

Emas Perhiasan dan Tarif Listrik Dorong Inflasi April 2025, BPS Ungkap Tren dan Penyebab Utamanya
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Pudji Ismartini, menyatakan bahwa kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi salah satu kontributor utama inflasi pada April 2025. Kelompok ini mencatatkan tingkat inflasi sebesar 2,46% dengan andil terhadap inflasi nasional sebesar 0,16%.
Emas Perhiasan Catat Inflasi Tertinggi dalam 20 Bulan
Pudji mengungkapkan bahwa komoditas emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar dalam kelompok ini. Harga emas perhiasan melonjak tajam, seiring dengan tren kenaikan harga emas dunia yang terus berlanjut dalam beberapa bulan terakhir. “Emas perhiasan mencatatkan inflasi tertinggi selama 20 bulan berturut-turut, menjadikannya komoditas dengan tren kenaikan paling konsisten dalam kelompok ini,” ujar Pudji dalam konferensi pers BPS pada Jumat (2/5/2025).
Lonjakan harga emas global dipicu oleh berbagai faktor, termasuk ketegangan geopolitik di Timur Tengah, kekhawatiran akan resesi global, serta pelemahan dolar AS yang mendorong investor untuk beralih ke aset safe haven seperti emas. Per 1 Mei 2025, harga emas dunia tercatat menembus angka USD 2.400 per troy ounce, mendekati rekor tertinggi sepanjang masa.
Kondisi ini berdampak langsung pada harga emas di dalam negeri, terutama untuk produk perhiasan yang semakin mahal di pasaran. Kenaikan ini bukan hanya berdampak pada sisi konsumsi rumah tangga, tetapi juga memengaruhi sektor perdagangan ritel perhiasan dan industri kerajinan emas.
Tarif Listrik Jadi Pendorong Utama Inflasi Nasional
Selain emas, tarif listrik menjadi komoditas dengan pengaruh paling signifikan terhadap inflasi bulan April 2025. Berdasarkan data BPS, tarif listrik mengalami inflasi sebesar 26,99%, dengan andil sebesar 0,97% terhadap inflasi nasional. Ini menjadikan tarif listrik sebagai penyumbang terbesar inflasi bulan tersebut.
Namun, Pudji mencatat bahwa meskipun tinggi, angka inflasi tarif listrik pada April ini lebih rendah dibandingkan Maret 2025. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh faktor kebijakan—khususnya berakhirnya diskon tarif 50% yang sebelumnya diberlakukan untuk pelanggan pascabayar selama beberapa bulan.
“Kebijakan diskon ini berakhir pada Maret 2025, sehingga tagihan listrik yang dibayarkan pada April kembali menggunakan tarif normal,” jelas Pudji. Kebijakan ini sebelumnya diberlakukan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah tekanan ekonomi global dan fluktuasi harga energi.
Dampak Lebih Luas terhadap Konsumsi dan Ekonomi
Kenaikan harga emas dan listrik menciptakan tekanan tambahan pada rumah tangga berpendapatan menengah dan rendah. Dalam situasi ini, daya beli masyarakat bisa semakin tergerus jika tidak diimbangi dengan langkah stabilisasi harga dari pemerintah.
Selain itu, inflasi pada komoditas-komoditas ini juga berdampak pada Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional yang menunjukkan tren kenaikan selama empat bulan berturut-turut sejak awal 2025. Ekonom memperkirakan bahwa jika tekanan harga dari komoditas energi dan logam mulia terus berlangsung, Bank Indonesia mungkin akan mempertimbangkan untuk menyesuaikan kebijakan suku bunga dalam waktu dekat.
Sementara itu, BPS mencatat bahwa sektor-sektor lain seperti transportasi, makanan jadi, serta perumahan dan perlengkapan rumah tangga juga memberikan andil terhadap inflasi, meskipun tidak sebesar tarif listrik dan emas perhiasan.
Proyeksi dan Respons Pemerintah
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan sedang mengevaluasi skema tarif listrik agar lebih adaptif terhadap fluktuasi harga energi global dan nilai tukar rupiah. Sementara itu, Bank Indonesia terus memantau perkembangan inflasi inti untuk menjaga stabilitas makroekonomi.
Di sisi lain, sektor perdagangan emas domestik juga diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan volatilitas harga global, termasuk dengan mendorong alternatif investasi logam mulia dalam bentuk digital yang lebih terjangkau.
Kesimpulan
Inflasi April 2025 mencerminkan dinamika kompleks antara faktor global dan kebijakan domestik. Dengan emas perhiasan dan tarif listrik sebagai pemicu utamanya, inflasi bulan ini menjadi cerminan dari tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga stabilitas harga di tengah ketidakpastian global. Pemerintah diharapkan terus mengambil langkah antisipatif untuk melindungi daya beli masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional.
0 Comments