Harga Minyak Naik Jadi USD 68,80 karena Serangan Ukraina ke Rusia

Harga Minyak Dunia Naik karena Ketegangan Geopolitik dan Prospek Sanksi Baru
Harga minyak mentah global kembali menguat pada penutupan perdagangan Senin, 25 Agustus 2025, didorong oleh ketegangan geopolitik yang memicu kekhawatiran terhadap pasokan energi dari Rusia—khususnya akibat serangkaian serangan Ukraina ke infrastruktur energi serta ancaman sanksi baru dari Amerika Serikat.
Harga minyak Brent berjangka naik sebesar USD 1,07 atau 1,58 % menjadi USD 68,80 per barel, sementara WTI (West Texas Intermediate) meningkat USD 1,14 atau 1,79 %, mencapai USD 64,80 per barel.
Secara teknikal, harga minyak saat ini mendekati level resistensi, yang bisa membuka peluang kenaikan lebih lanjut jika momentum terus berlanjut.
Faktor-faktor Pemicu Kenaikan
-
Serangan Ukraina terhadap Infrastruktur Energi Rusia
Ukraina mempererat tekanan dengan memperluas serangan drone ke fasilitas penting Rusia. Beberapa serangan besar dilaporkan mengenai terminal ekspor bahan bakar Ust-Luga dan kilang Novoshakhtinsk yang berkapasitas sekitar 100.000 barel per hari. Gangguan ini menimbulkan kekhawatiran adanya hambatan pasokan jangka pendek di pasar global. -
Ancaman Sanksi AS terhadap Rusia dan Pembeli Minyaknya
Presiden AS Donald Trump menegaskan akan menjatuhkan sanksi tambahan jika tidak ada kemajuan dalam negosiasi damai Ukraina–Rusia dalam dua minggu ke depan. Ia juga mengancam akan memberlakukan tarif sangat tinggi terhadap negara yang tetap membeli minyak Rusia, termasuk India dan China. Selain itu, sejumlah legislator AS mendorong pengesahan Sanctioning Russia Act of 2025, yang memungkinkan tarif hingga 500 % terhadap pembeli minyak Rusia. -
Optimisme Pelonggaran Kebijakan Moneter AS
Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga bisa dilakukan pada pertemuan September. Hal ini mendorong sentimen positif di pasar komoditas, termasuk minyak, karena biaya pinjaman yang lebih rendah berpotensi meningkatkan permintaan energi. -
Surplus Pasokan dari OPEC+
OPEC+ telah melonggarkan pemangkasan produksi sejak April 2025 dan diperkirakan menambah pasokan sekitar 548.000 barel per hari pada Agustus dan September. Surplus ini bisa menekan harga dalam jangka menengah, meski untuk saat ini sentimen geopolitik masih menjadi penggerak utama pasar.
Pergerakan Harga pada Selasa, 26 Agustus 2025
Pada Selasa pagi, harga minyak sempat terkoreksi tipis setelah kenaikan tajam sehari sebelumnya. Harga Brent turun USD 0,16 (−0,23 %) menjadi USD 68,64, sementara WTI melemah USD 0,16 (−0,25 %) ke USD 64,64 per barel.
Namun, analis menilai tren risiko masih lebih condong ke arah kenaikan, apalagi jika harga WTI mampu menembus dan bertahan di atas level USD 65 per barel.
Tambahan Konteks & Dampak Lainnya
-
Volume Perdagangan: Kontrak minyak Light Sweet Crude turun ke sekitar 415 ribu kontrak, menunjukkan sikap hati-hati investor.
-
Sikap India: Meski ada ancaman tarif dari AS, India menegaskan akan tetap membeli minyak dari sumber dengan harga terbaik demi keamanan energinya. Sikap ini berpotensi mengurangi efektivitas sanksi Barat terhadap Rusia.
-
Proyeksi Harga: Survei analis memperkirakan harga rata-rata minyak tahun ini akan bertahan di kisaran Brent USD 67–68 dan WTI USD 64–65, meski risiko penurunan tetap ada jika pasokan OPEC+ meningkat signifikan atau permintaan global melambat.
Kesimpulan
Kenaikan harga minyak global saat ini lebih banyak dipengaruhi faktor geopolitik, khususnya serangan Ukraina ke infrastruktur energi Rusia dan ancaman sanksi tambahan dari Amerika Serikat. Dukungan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed semakin memperkuat sentimen positif.
Namun, pasar masih menghadapi tantangan dari sisi suplai, terutama jika produksi OPEC+ terus meningkat. Arah harga minyak ke depan akan sangat bergantung pada keseimbangan antara ketegangan geopolitik dan dinamika fundamental pasokan-permintaan global.
0 Comments