Jetstar Asia Bangkrut, PHK 500 Karyawan

Jetstar Asia Bangkrut, PHK 500 Karyawan

Jetstar Asia Tutup Operasi Akhir Juli 2025: Industri Penerbangan Asia Kehilangan Pemain Kunci

Singapura – Maskapai penerbangan berbiaya rendah Jetstar Asia, yang berbasis di Singapura, secara resmi mengumumkan akan menghentikan seluruh operasionalnya pada 31 Juli 2025. Langkah ini menandai akhir dari lebih dari dua dekade kiprah maskapai tersebut di kawasan Asia Tenggara. Keputusan ini menjadi pukulan besar bagi industri penerbangan regional dan akan berdampak langsung pada lebih dari 500 karyawan yang kehilangan pekerjaan.

Jetstar Asia, yang merupakan anak perusahaan dari Qantas Group Australia dan memiliki saham mayoritas dari Westbrook Investments Singapura, telah beroperasi sejak 2004. Maskapai ini dikenal sebagai pionir dalam menghadirkan model layanan penerbangan berbiaya rendah (low-cost carrier) yang terjangkau namun andal di pasar Asia.


Alasan Penutupan: Tekanan Finansial dan Persaingan Ketat

Mengutip laporan dari BBC dan Reuters, Jetstar Asia mengalami tekanan keuangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Faktor-faktor utama yang mendorong keputusan penutupan antara lain:

  • Kenaikan tajam biaya operasional, termasuk harga bahan bakar avtur dan biaya layanan bandara.

  • Tarif bandara yang meningkat, terutama di Singapura dan destinasi utama lain seperti Jepang dan Indonesia.

  • Persaingan ketat dari maskapai penerbangan murah lainnya di kawasan Asia, seperti AirAsia, Scoot, dan VietJet.

Akibat tekanan ini, Jetstar Asia diproyeksikan merugi hingga A$35 juta (sekitar Rp370 miliar) pada tahun keuangan yang berakhir Juni 2025. Dari total 20 tahun beroperasi, maskapai ini hanya membukukan keuntungan dalam enam tahun.

Keputusan ini, menurut Qantas Group, merupakan bagian dari strategi pengalihan sumber daya ke pasar domestik Australia dan Selandia Baru yang dianggap lebih stabil dan menguntungkan.


Dampak terhadap Karyawan dan Operasi

Penutupan Jetstar Asia akan berdampak besar terhadap lebih dari 500 pegawai, termasuk staf penerbangan, teknisi, dan tenaga layanan pelanggan. Qantas menyatakan akan menawarkan dukungan transisi, termasuk pesangon, pelatihan ulang, dan bantuan penempatan kerja. Sejumlah karyawan juga akan diberi kesempatan untuk pindah ke posisi baru dalam jaringan Jetstar dan Qantas di Australia dan Selandia Baru.

Adapun 13 unit pesawat Airbus A320 milik Jetstar Asia akan dialihkan untuk memperkuat rute domestik Qantas dan Jetstar di Australia.


Dampak kepada Penumpang

Seluruh penumpang yang terdampak oleh penutupan ini dijanjikan akan mendapatkan pengembalian dana penuh untuk tiket yang telah dibeli. Jetstar Asia menyarankan agar penumpang segera menghubungi layanan pelanggan atau mengunjungi situs web resmi untuk mengajukan klaim.

Namun, menurut kebijakan terbaru Jetstar, tipe tiket tertentu, seperti yang dibeli dalam bundel promo atau diskon, mungkin memiliki batas waktu klaim tertentu. Penumpang disarankan untuk mengajukan klaim sebelum tanggal keberangkatan mereka agar memenuhi syarat pengembalian penuh.


Reaksi Industri: Tantangan LCC di Asia

Penutupan Jetstar Asia menjadi peringatan bagi maskapai berbiaya rendah lain di Asia. Meski sektor penerbangan kembali bangkit pascapandemi COVID-19, tantangan seperti:

  • Volatilitas harga bahan bakar

  • Ketatnya regulasi dan tarif bandara

  • Kenaikan permintaan namun marjin keuntungan yang tipis

telah membuat banyak maskapai melakukan konsolidasi atau mengurangi frekuensi penerbangan.

Beberapa analis industri melihat penutupan ini sebagai indikasi bahwa model bisnis low-cost carrier (LCC) memerlukan pembaruan, terutama dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan perilaku konsumen yang berubah cepat.


Apa Selanjutnya?

Sementara Jetstar Asia akan berhenti beroperasi, Jetstar Airways Australia dan Jetstar Japan akan terus beroperasi seperti biasa. Qantas menyatakan komitmennya untuk tetap melayani pasar Asia melalui jalur alternatif, meski tidak ada rencana saat ini untuk mengganti Jetstar Asia dengan entitas baru.

Langkah ini juga memberi ruang bagi maskapai regional lainnya untuk mengisi kekosongan pasar di rute-rute penting seperti Singapura–Jakarta, Singapura–Bangkok, dan Singapura–Manila.


Penutup

Penutupan Jetstar Asia menandai berakhirnya sebuah era dalam dunia penerbangan Asia Tenggara. Dari menjadi pelopor layanan murah hingga harus menghentikan operasinya karena tekanan ekonomi, kisah Jetstar Asia mencerminkan dinamika keras yang dihadapi industri penerbangan modern. Bagi banyak penumpang, maskapai ini telah menjadi bagian dari perjalanan mereka selama lebih dari dua dekade — dan kepergiannya akan meninggalkan jejak tersendiri dalam sejarah penerbangan regional.