FTX Masih Tidak Bayar Pengguna di Nigeria dan China, Tapi Tambah Payoneer ke Daftar Pembayaran

FTX Masih Tidak Bayar Pengguna di Nigeria dan China, Tapi Tambah Payoneer ke Daftar Pembayaran

FTX Tambahkan Payoneer sebagai Opsi Pembayaran bagi Kreditor

FTX, bursa kripto yang telah bangkrut, menambahkan Payoneer sebagai opsi baru untuk membayar kembali para kreditor atau pengguna yang terkena dampak, menurut pernyataan pada 10 Juni.

Payoneer adalah perusahaan pembayaran global yang beroperasi di lebih dari 190 negara. Perusahaan ini akan membantu FTX menyalurkan dana kepada pengguna, selain mitra yang sudah ada yaitu BitGo dan Kraken.

Mulai 30 Mei 2025, pengguna bisa memilih Payoneer untuk menerima pembayaran mereka. Namun, jika memilih opsi ini, mereka tidak akan menerima pembayaran langsung dalam bentuk dolar AS. Sebagai gantinya, FTX akan mengirim dana ke Payoneer, lalu Payoneer akan mentransfer dana tersebut ke rekening bank yang dipilih pengguna. Nilai yang diterima tetap sama dengan jumlah yang menjadi hak pengguna, meskipun dalam bentuk mata uang yang berbeda.

Langkah ini adalah bagian dari rencana restrukturisasi FTX untuk menyelesaikan pembayaran kepada para kreditor. Hingga saat ini, FTX telah mengembalikan sekitar $7 miliar kepada para kreditor—sekitar $1,8 miliar di tahap pertama dan $5 miliar di tahap kedua. Pengguna ritel dengan jumlah klaim kecil sebagian besar sudah menerima pembayaran penuh, tetapi kreditor dengan klaim lebih dari $50.000 masih belum mendapatkan pelunasan penuh.

Beberapa Negara Masih Belum Terjangkau

Meskipun Payoneer telah ditambahkan, masih banyak pengguna FTX yang belum bisa menerima pembayaran. Thomas Braziel, ahli klaim FTX dari 117 Partners, mengatakan bahwa metode baru ini paling membantu pengguna di negara seperti India, Indonesia, Jepang, dan beberapa negara bagian di AS yang sebelumnya terkendala regulasi kripto.

Namun, pengguna dari negara seperti China, Rusia, Mesir, dan Nigeria masih belum termasuk dalam proses pembayaran ini. Ini menjadi masalah serius karena, misalnya, pengguna dari China menyumbang sekitar 8% dari total klaim FTX.

Kondisi ini menunjukkan bahwa proses pengembalian dana FTX secara global masih belum merata, dan menimbulkan pertanyaan soal keadilan dan transparansi selama proses berlanjut.