Pemangkasan Suku Bunga The Fed di Depan Mata, Rupiah Menguat?

Pemangkasan Suku Bunga The Fed di Depan Mata, Rupiah Menguat?

Ketidakpastian arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi sorotan global, terutama setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan secara signifikan. Sementara itu, Ketua The Fed, Jerome Powell, tetap mempertahankan sikap hati-hati, menunggu data inflasi dan ketenagakerjaan yang lebih solid sebelum mengambil langkah kebijakan lanjutan.

Desakan Presiden Trump dan Respons The Fed

Pada 12 Juni 2025, Presiden Trump mengkritik Ketua The Fed, Jerome Powell, dengan menyebutnya sebagai "numbskull" karena dianggap terlalu lambat dalam menurunkan suku bunga acuan. Trump menilai bahwa pemangkasan suku bunga sebesar dua poin persentase dapat menghemat biaya bunga federal hingga $600 miliar per tahun. Meskipun demikian, Trump menegaskan bahwa ia tidak akan memecat Powell, namun berencana untuk menggantinya ketika masa jabatan Powell berakhir pada Mei 2026. Trump juga menekankan bahwa meskipun inflasi menunjukkan penurunan, suku bunga tinggi masih membebani sektor-sektor ekonomi seperti real estat dan kartu kredit .

Di sisi lain, Jerome Powell tetap mempertahankan sikap hati-hati. Ia menyatakan bahwa meskipun data inflasi menunjukkan penurunan, The Fed perlu menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai dampak kebijakan perdagangan dan fiskal sebelum mengambil keputusan. Powell menekankan pentingnya menjaga independensi The Fed dalam mengambil keputusan kebijakan moneter .

Proyeksi Pasar dan Dampaknya terhadap Negara Berkembang

Meskipun peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 18 Juni 2025 dinilai kecil, pasar mulai memproyeksikan kemungkinan penurunan suku bunga pada semester kedua tahun ini. Jika skenario ini terjadi, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh ekonomi AS, tetapi juga oleh negara berkembang seperti Indonesia.

Arus Modal Masuk ke Indonesia

Analisis tim riset Finex menunjukkan bahwa penurunan suku bunga The Fed berpotensi menciptakan arus modal masuk ke negara-negara dengan imbal hasil lebih tinggi, termasuk Indonesia. Hal ini dapat memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta meningkatkan minat terhadap obligasi pemerintah dan instrumen investasi lokal lainnya. Menurut Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan, penurunan suku bunga AS cenderung meningkatkan likuiditas dan memicu pergeseran portofolio investor, memberikan ruang bagi penguatan rupiah dan peluang baru bagi pelaku pasar Indonesia .

Kebijakan Bank Indonesia dan Respons Pasar

Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah proaktif dengan memangkas suku bunga acuan pada September 2024. Langkah ini diharapkan dapat menarik arus modal asing ke pasar obligasi dan saham Indonesia, serta mendukung penguatan rupiah. Analis dari Robeco Group, DBS Bank, dan Standard Chartered Bank menyatakan bahwa keputusan BI tersebut menunjukkan kepercayaan terhadap kondisi likuiditas global yang mendukung, serta memberikan ruang bagi investor untuk meningkatkan alokasi investasi di Indonesia .

Risiko dan Tantangan

Meskipun ada potensi manfaat dari arus modal masuk, terdapat juga risiko terkait dengan arus modal yang bersifat spekulatif atau "hot money". Arus modal seperti ini dapat menyebabkan volatilitas nilai tukar dan harga aset, serta meningkatkan risiko inflasi jika tidak dikelola dengan hati-hati . Oleh karena itu, penting bagi BI dan pemerintah Indonesia untuk terus memantau dan mengelola kondisi ekonomi domestik dan eksternal agar dampak dari kebijakan moneter global dapat dimitigasi dengan efektif.

Kesimpulan

Ketidakpastian kebijakan moneter AS, terutama terkait dengan keputusan The Fed mengenai suku bunga, memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia. Meskipun ada potensi manfaat dari arus modal masuk dan penguatan rupiah, risiko terkait dengan volatilitas pasar dan inflasi tetap perlu diwaspadai. Oleh karena itu, koordinasi yang erat antara kebijakan moneter BI, kebijakan fiskal pemerintah, dan respons terhadap dinamika ekonomi global sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.