Neraca Pembayaran Indonesia Alami Defisit USD 6,7 Miliar di Kuartal II 2025

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II 2025: Tetap Terjaga di Tengah Ketidakpastian Global
1. Defisit Neraca Pembayaran Terkendali
Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pada kuartal II 2025, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat defisit sebesar USD 6,7 miliar, meningkat dibandingkan defisit sekitar USD 0,8 miliar pada kuartal sebelumnya. Peningkatan ini mencerminkan adanya tekanan pada transaksi modal dan finansial, terutama akibat aliran keluar modal asing dari surat utang domestik.
2. Defisit Transaksi Berjalan Sedikit Melebar
Transaksi berjalan pada periode ini mencatat defisit sebesar USD 3,0 miliar atau setara dengan 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit USD 0,2 miliar atau 0,1% PDB pada kuartal I 2025. Lonjakan defisit tersebut dipengaruhi oleh pembayaran dividen dan bunga surat utang luar negeri yang meningkat sesuai pola musiman pada kuartal kedua.
3. Cadangan Devisa Masih Solid
Pada akhir Juni 2025, posisi cadangan devisa Indonesia mencapai USD 152,6 miliar, kemudian sedikit menurun menjadi USD 152,0 miliar pada akhir Juli. Meski menurun tipis, angka tersebut tetap sangat tinggi dan memadai untuk membiayai 6,1–6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Level ini jauh melampaui standar kecukupan internasional yang hanya sekitar 3 bulan impor, sehingga dinilai cukup kuat dalam menopang stabilitas eksternal dan makroekonomi.
4. Kinerja Komponen Transaksi
-
Neraca perdagangan nonmigas masih membukukan surplus, meski lebih rendah dari kuartal sebelumnya, dipengaruhi pelemahan harga komoditas dan melambatnya permintaan global.
-
Neraca migas mengalami perbaikan dengan defisit yang lebih kecil, seiring turunnya harga minyak dunia.
-
Pendapatan primer tertekan oleh meningkatnya pembayaran bunga utang dan dividen kepada investor asing.
-
Pendapatan sekunder justru meningkat, ditopang remitansi pekerja migran Indonesia serta bantuan luar negeri.
5. Transaksi Modal dan Finansial
Di sisi lain, transaksi modal dan finansial mencatat defisit sekitar USD 5,2 miliar. Defisit ini terutama dipicu oleh:
-
Investasi portofolio yang mengalami aliran keluar modal asing dari pasar surat utang domestik akibat ketidakpastian global.
-
Namun, investasi langsung (FDI) masih mencatat surplus, menunjukkan bahwa prospek ekonomi Indonesia tetap menarik bagi investor asing.
-
Komponen “lainnya” juga membukukan surplus, didorong penarikan pinjaman luar negeri oleh sektor swasta.
6. Proyeksi dan Kebijakan ke Depan
Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan sepanjang 2025 akan tetap terkendali di kisaran 0,5%–1,3% dari PDB. Stabilitas cadangan devisa, dukungan dari surplus neraca perdagangan nonmigas, serta arus masuk investasi langsung asing akan menjadi penopang utama.
Untuk memperkuat ketahanan eksternal, BI menekankan pentingnya sinergi kebijakan antara moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Langkah-langkah seperti stabilisasi nilai tukar rupiah, menjaga suku bunga yang adaptif, serta memperkuat sistem pembayaran digital seperti QRIS juga terus diperkuat.
0 Comments