Pemerintah Harus Lakukan Ini Demi Dongkrak Daya Beli

Pemerintah Harus Lakukan Ini Demi Dongkrak Daya Beli

Pemerintah Indonesia kembali meluncurkan stimulus fiskal tahap kedua senilai Rp24,44 triliun yang dijadwalkan disalurkan pada Juni hingga Juli 2025. Langkah ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan memperkuat daya beli masyarakat, yang merupakan kontributor utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.


Rincian Stimulus Fiskal Tahap Kedua

Stimulus kali ini dirancang untuk memberikan dampak langsung kepada masyarakat, terutama menjelang libur sekolah yang dimulai pada akhir Juni. Beberapa komponen utama dari stimulus ini antara lain:

  • Diskon Listrik 50%: Sebanyak 79,3 juta rumah tangga akan menerima potongan tarif listrik sebesar 50% selama dua bulan.

  • Bantuan Pangan: 18,3 juta keluarga miskin akan mendapatkan bantuan pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

  • Transfer Tunai: Pekerja berpendapatan rendah akan menerima transfer tunai untuk meningkatkan daya beli mereka.

  • Asuransi Kecelakaan Kerja: Diskon premi asuransi kecelakaan kerja bagi pekerja di sektor padat karya.

  • Diskon Transportasi: Potongan harga tiket pesawat, kereta api, dan transportasi laut, serta tarif tol jalan raya selama periode libur sekolah.

Pemerintah berharap langkah-langkah ini dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dan III 2025. 


Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2025: 4,87%

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87% secara tahunan (year-on-year), angka terendah dalam tiga tahun terakhir di luar masa pandemi. Penurunan ini disebabkan oleh lemahnya konsumsi rumah tangga, yang hanya tumbuh 4,89%, serta menurunnya investasi dan belanja pemerintah. Namun, sektor pertanian mencatatkan pertumbuhan yang solid, terutama pada komoditas padi dan jagung. 


Konsumsi Rumah Tangga: Tren Penurunan

Meskipun ada faktor musiman seperti Ramadan dan Idulfitri serta berbagai insentif pemerintah, dampaknya terhadap konsumsi rumah tangga belum signifikan. Porsi konsumsi rumah tangga yang menyumbang 54,53% terhadap PDB hanya tumbuh 4,89% yoy, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap daya beli masyarakat masih tinggi. Terlebih lagi, stimulus yang baru dimulai pertengahan tahun membuat dampaknya belum langsung terasa di sektor konsumsi.


Indikator Ekonomi Lainnya

  • Inflasi: Pada Januari 2025, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,76% secara tahunan (year-on-year), yang pertama kali terjadi sejak Maret 2000. Deflasi ini mencerminkan adanya tekanan pada permintaan domestik.

  • Investasi: Pertumbuhan investasi pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 2,12%, angka terendah dalam dua tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi masih belum optimal.

  • Standar Hidup Layak: BPS mencatat bahwa standar hidup layak di Indonesia adalah Rp1,02 juta per bulan. Namun, banyak pekerja yang penghasilannya masih di bawah angka tersebut, terutama di sektor informal.


Prospek Ekonomi 2025

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 berada dalam kisaran 4,7–5,5%. Proyeksi ini didasarkan pada optimisme terhadap pemulihan permintaan domestik dan dampak positif dari stimulus fiskal yang sedang dijalankan. 


Kesimpulan

Stimulus fiskal tahap kedua yang diluncurkan pemerintah merupakan langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat daya beli masyarakat. Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, diperlukan sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan struktural. Pemerintah diharapkan dapat terus memantau dan mengevaluasi dampak dari kebijakan ini untuk memastikan pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.