Prabowo: Hampir Semua Produk Ekspor Indonesia ke Eropa Kini Bebas Bea Masuk

Prabowo: Hampir Semua Produk Ekspor Indonesia ke Eropa Kini Bebas Bea Masuk

Indonesia dan Uni Eropa Sepakati Perjanjian CEPA: Hampir Semua Tarif Ekspor-Impor Jadi 0 Persen

Brussels, 14 Juli 2025 — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi mengumumkan penyelesaian perundingan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa. Pengumuman bersejarah ini disampaikan dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, di Kantor Komisi Eropa, Gedung Berlaymont, Brussels, pada Minggu (13/7).

Perundingan CEPA yang dimulai sejak 2016 akhirnya mencapai kesepakatan setelah melalui 17 putaran negosiasi intensif selama hampir satu dekade. Prabowo menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan terobosan besar dalam hubungan bilateral Indonesia-Uni Eropa, terutama dalam konteks perdagangan bebas dan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.

"Hari ini kami berhasil membuat terobosan, setelah berunding selama 10 tahun, kami merampungkan perjanjian ekonomi komprehensif (CEPA), yang pada intinya merupakan perjanjian pasar bebas. Kami telah menyepakati banyak poin penting yang akan saling mengakomodasi kepentingan ekonomi satu sama lain," ujar Presiden Prabowo.

Prabowo menambahkan bahwa kesepakatan ini pada dasarnya menghapus hampir semua tarif perdagangan barang antara Indonesia dan negara-negara anggota Uni Eropa. Artinya, sebagian besar produk ekspor-impor dari kedua belah pihak kini akan dikenakan tarif 0 persen, menciptakan potensi peningkatan signifikan dalam volume perdagangan.

Manfaat Ekonomi Besar untuk Indonesia

CEPA ini diperkirakan akan memberikan dampak besar terhadap ekspor Indonesia ke pasar Eropa, yang selama ini menghadapi hambatan tarif dan non-tarif yang cukup signifikan. Komoditas utama seperti minyak kelapa sawit, karet, tekstil, produk perikanan, kopi, dan produk furnitur kini memiliki peluang lebih besar untuk bersaing di pasar Eropa.

Menurut data Kementerian Perdagangan RI, nilai perdagangan Indonesia-Uni Eropa pada tahun 2024 mencapai sekitar USD 33 miliar, dengan nilai ekspor Indonesia sebesar USD 21 miliar dan impor sebesar USD 12 miliar. Dengan adanya CEPA, pemerintah menargetkan pertumbuhan perdagangan bilateral meningkat hingga 50 persen dalam lima tahun ke depan.

CEPA juga mencakup berbagai aspek selain perdagangan barang, termasuk jasa, investasi, perlindungan hak kekayaan intelektual, keberlanjutan lingkungan, dan standar ketenagakerjaan.

Dukungan Penuh dari Uni Eropa

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa António Costa menyambut antusias keberhasilan negosiasi ini. Mereka memuji sikap terbuka dan semangat dialog dari Indonesia yang dinilai penting bagi kerja sama ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

“Perjanjian ini bukan hanya tentang tarif. Ini adalah komitmen kita bersama terhadap perdagangan yang adil, berkelanjutan, dan mendukung transisi hijau serta digital,” ujar von der Leyen.

Ia juga menyoroti potensi kerja sama di bidang energi bersih dan teknologi digital, di mana Indonesia dinilai sebagai mitra strategis yang penting di kawasan Indo-Pasifik.

Langkah Selanjutnya: Ratifikasi dan Implementasi

Setelah perundingan selesai, langkah berikutnya adalah ratifikasi oleh parlemen masing-masing pihak — DPR RI dan Parlemen Eropa. Proses ini diharapkan dapat rampung dalam waktu 6–12 bulan ke depan, agar implementasi CEPA bisa dimulai paling lambat pada awal tahun 2026.

Kementerian Perdagangan menyatakan pihaknya telah menyiapkan peta jalan implementasi dan sosialisasi ke pelaku usaha nasional, khususnya UMKM, agar bisa memanfaatkan peluang yang dibuka oleh perjanjian ini.

Reaksi Pelaku Usaha dan Pengamat

Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid, menyambut baik kesepakatan ini. Menurutnya, CEPA akan mendorong peningkatan daya saing produk nasional dan mempercepat integrasi Indonesia ke dalam rantai pasok global.

Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari CSIS, Dr. Yose Rizal Damuri, menilai keberhasilan ini menunjukkan kemampuan diplomasi ekonomi Indonesia yang semakin matang. “Perjanjian CEPA ini bukan hanya soal tarif, tapi juga representasi posisi strategis Indonesia dalam geopolitik ekonomi global,” ujarnya.