Rupiah Melemah, IHSG Terkoreksi, dan Emas Antam Menembus Rekor Baru

Pada Selasa, 9 September 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah lebih dari 1%, mencapai kisaran Rp16.488–Rp16.500 per USD. Pelemahan tajam ini terpicu oleh langkah Presiden Prabowo Subianto yang secara mendadak memecat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Kepergiannya mengejutkan pasar, karena Sri Mulyani dikenal sebagai simbol kredibilitas dan disiplin fiskal Indonesia.

Sebagai respons untuk mencegah krisis, Bank Indonesia segera turun tangan, melakukan intervensi di pasar valuta asing dan membeli obligasi pemerintah jangka panjang untuk meredam tekanan pelemahan, setelah muncul kepanikan di pasar obligasi.

Dampak ke IHSG: Indeks Terkoreksi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terpukul akibat gejolak politik dan pelemahan rupiah. IHSG ditutup menurun sekitar 1,28%–1,62%, bergerak di kisaran 7.748–7.767. Penurunan ini dipicu aksi jual oleh investor asing dengan nilai net sell yang diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah.

Sebelumnya, pada Senin (8 September), IHSG sempat menguat sekitar 0,58% ke level 7.912,5–7.913 saat sesi pertama, didorong oleh sektor tambang dan saham-saham seperti ANTM, PSAB, dan MDKA. Namun, penguatan itu berbalik arah tajam setelah muncul kabar reshuffle kabinet yang mengejutkan pasar.

Emas: Aset Aman yang Terus Melaju

Sementara itu, emas Antam mencatat harga tertinggi baru. Pada Selasa (9 September), harga jual emas Antam naik menjadi Rp2.086.000 per gram, rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Di sisi lain, harga emas UBS dan Galeri24 di Pegadaian juga melejit: UBS menjadi Rp2.095.000 dari Rp2.075.000 per gram, dan Galeri24 mencapai Rp2.052.000 dari sebelumnya Rp2.050.000 per gram. Namun, harga emas Antam di Pegadaian dilaporkan stabil di Rp2.143.000 per gram.

Kenaikan harga emas ini menunjukkan bahwa investor mencari aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik yang melanda Indonesia.