Berapa Harga Besi Bekas yang Diduga Jadi Rebutan Warga di Kasus Ledakan Amunisi Garut?

Berapa Harga Besi Bekas yang Diduga Jadi Rebutan Warga di Kasus Ledakan Amunisi Garut?

Keterlibatan Warga dalam Ledakan Amunisi Kedaluwarsa di Garut: Fakta Harga Besi Bekas dan Dampak Sosialnya

Ledakan amunisi kedaluwarsa yang terjadi di Garut, Jawa Barat, beberapa waktu lalu menewaskan sedikitnya 13 orang, yang terdiri dari 4 anggota TNI dan 9 warga sipil. Insiden tragis ini diduga bermula dari aktivitas peledakan amunisi oleh pihak militer yang kemudian memicu keterlibatan warga dalam proses pengambilan barang-barang bekas, terutama besi tua. Dugaan awal menyatakan warga tertarik pada besi bekas hasil ledakan tersebut sebagai sumber ekonomi, meski hingga kini belum ada keputusan final terkait keterlibatan mereka secara resmi dalam operasi tersebut.

Harga Besi Bekas: Kondisi Terbaru dan Pengaruhnya terhadap Warga

Salah satu faktor utama yang menarik warga ke lokasi ledakan adalah nilai ekonomis besi tua atau besi bekas yang dihasilkan dari amunisi yang diledakkan. Irda, seorang pemilik lapak besi tua di kawasan Batutulis, Kota Bogor, menjelaskan bahwa harga besi bekas saat ini sedang dalam kondisi rendah. Harga besi padat dijual sekitar Rp 4.000 per kilogram, jauh menurun dibandingkan beberapa waktu lalu.

“Buat besi padat itu Rp 4.000 per kilo. Ini harganya memang lagi turun,” ujarnya saat ditemui Liputan6.com, Rabu (15/5/2025).

Sandi, seorang pengepul besi tua lain di daerah yang sama, turut mengonfirmasi bahwa harga besi bekas memang sedang anjlok. Menurutnya, harga saat ini berkisar antara Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per kilogram, padahal dalam kondisi bagus, harga besi bisa mencapai Rp 6.000 per kilogram.

“Harga lagi hancur, merosot jauh, terutama jenis besi. Sekarang Rp 3.500-4.000 per kilogram, biasanya Rp 4.500-6.000 per kilogram,” ujar Sandi.

Faktor Penyebab Penurunan Harga Besi Bekas

Penurunan harga besi bekas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Penurunan Permintaan Industri: Banyak sektor industri yang mengurangi konsumsi besi bekas akibat fluktuasi ekonomi dan kebijakan pengurangan impor bahan baku.

  • Persaingan Ketat: Banyaknya pengepul dan penjual besi tua membuat harga menjadi kompetitif dan cenderung menurun.

  • Kualitas Besi: Besi hasil amunisi ledakan umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah sehingga harga jualnya juga lebih murah.

Dampak Sosial dan Ekonomi bagi Warga Lokal

Keterlibatan warga dalam pengambilan besi bekas dari lokasi ledakan sebenarnya mencerminkan kondisi ekonomi yang memaksa sebagian masyarakat mencari penghasilan alternatif dari barang-barang bekas. Dengan harga yang rendah, keuntungan yang didapat pun sangat terbatas, namun bagi sebagian warga, ini adalah salah satu cara untuk bertahan hidup di tengah keterbatasan ekonomi.

Pemerintah daerah dan aparat keamanan terus mengawasi situasi ini agar kejadian serupa tidak terulang, terutama demi menjaga keselamatan warga dan mencegah praktik ilegal yang berisiko tinggi.

Upaya Pemerintah dan TNI dalam Menangani Amunisi Kedaluwarsa

Pasca ledakan, pihak TNI dan pemerintah daerah meningkatkan pengawasan terhadap penyimpanan dan penanganan amunisi kedaluwarsa. Mereka juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar tidak mengambil barang-barang sisa peledakan tanpa izin, mengingat risiko keselamatan yang sangat tinggi.

Menurut keterangan resmi dari Kodim Garut, operasi peledakan amunisi kedaluwarsa akan dilakukan dengan standar keamanan yang lebih ketat, serta melibatkan tim khusus untuk mengamankan lokasi dari akses warga.

Kesimpulan

Insiden ledakan amunisi kedaluwarsa di Garut membuka sisi lain tentang bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang berimbas pada perilaku mereka dalam mencari penghidupan, termasuk dalam hal pengambilan besi bekas dari lokasi berbahaya. Penurunan harga besi bekas yang terus berlangsung menjadi tantangan tersendiri bagi warga yang menggantungkan hidup dari hasil penjualan barang bekas. Pemerintah dan TNI diharapkan terus meningkatkan edukasi dan pengamanan agar kejadian tragis serupa tidak terulang dan masyarakat bisa terhindar dari risiko berbahaya.