Bitcoin Naik ke $108K Saat Ketegangan Perang Mulai Mereda

Bitcoin Naik ke $108K Saat Ketegangan Perang Mulai Mereda

Bitcoin Kembali ke Atas $108.000 Setelah Ketegangan Timur Tengah Mereda

Pada 16 Juni, harga Bitcoin (BTC) naik kembali ke atas $108.000 setelah kekhawatiran akan perang di Timur Tengah mulai mereda. Hal ini terjadi setelah muncul laporan bahwa Iran bersedia membuka jalur negosiasi dengan AS dan Israel.

Bitcoin sempat turun di bawah level tersebut pada 12 Juni, saat ketegangan antara Israel dan Iran meningkat. Kini, harga BTC berhasil pulih.

Menurut laporan dari Bitfinex Alpha, pergerakan harga ini disebut sebagai fase konsolidasi sehat dalam tren naik jangka panjang. Penurunan sebelumnya hanya sekitar 9%, yang dianggap wajar dalam siklus saat ini, di mana rata-rata penurunan adalah 7%.

Pada 13 Juni, Indeks Fear & Greed sempat masuk ke zona “Fear” (takut). Namun, laporan menyebut bahwa tingkat penurunan ini masih tergolong biasa, karena terjadi pada sekitar 41% sesi perdagangan dalam siklus ini.

Saat artikel ini dibuat, harga Bitcoin tercatat di $108.621,47, naik 3,32% dalam 24 jam terakhir.

Bitcoin Masih Bergerak di Dalam Range Harga

Sejak pertengahan Mei, harga Bitcoin bergerak naik-turun di antara level $102.000 hingga rekor tertinggi bulan Januari sekitar $109.590.

Antara 9 hingga 12 Juni, BTC sempat naik 4,7% dan hampir menyentuh $112.000. Namun, harga langsung turun setelah muncul kabar serangan Israel ke Iran, yang membuat investor keluar dari aset berisiko seperti minyak, saham, dan crypto.

Tekanan jual meningkat, dengan Net Taker Volume turun menjadi minus $197 juta — level terendah sejak 6 Juni. Laporan menyebut hal ini biasanya menjadi tanda bahwa tekanan jual terbesar telah berlalu dan investor besar mulai mengakumulasi kembali.

Risiko Penurunan Terbatas

Meskipun aliran jual masih terlihat sejak 12 Juni, harga spot Bitcoin tetap mampu rebound. Laporan menyebut ada support kuat di kisaran $102.000–$103.000. Selama harga tetap di atas zona ini, berarti minat beli masih menyerap tekanan jual dari akun-akun momentum.

Namun, jika Bitcoin tidak bisa menembus level $109.590 secara meyakinkan, maka harga kemungkinan akan tetap bergerak dalam range ini, menyulitkan strategi breakout jangka pendek.

Dari sisi makro, kondisi global masih mempengaruhi pasar. Harga minyak naik karena ketegangan geopolitik, dan imbal hasil obligasi AS juga meningkat — kondisi ini biasanya memperketat likuiditas dan menekan aset berisiko seperti crypto.

Meski begitu, laporan menyebut bahwa penurunan Bitcoin kali ini masih relatif ringan, dan minat beli kembali muncul dengan cepat, menunjukkan permintaan yang kuat di baliknya.

Arah Selanjutnya untuk Bitcoin?

Kondisi pasar saat ini berbeda dengan pola “double top” yang memicu crash besar di tahun 2021. Ketakutan memang muncul cepat, tapi leverage di pasar saat ini lebih rendah, yang membuat koreksi lebih terkendali.

Jika tidak ada guncangan eksternal yang besar, maka fase koreksi bisa berlangsung lebih singkat.

Dengan narasi halving yang masih aktif dan aliran dana dari ETF Bitcoin yang terus masuk, sentimen tetap positif. Para trader kini menunggu untuk melihat apakah harga bisa menembus di atas $109.590 atau malah turun untuk menguji kembali support di $103.000.

Selama belum ada breakout atau breakdown yang jelas, Bitcoin kemungkinan akan terus bergerak dalam range ini — memberikan peluang trading jangka pendek dan akumulasi bertahap bagi investor jangka panjang.