Harga Minyak Merosot Tersengat Potensi Kenaikan Produksi OPEC+

Harga Minyak Dunia Turun Setelah Laporan OPEC+ Bahas Peningkatan Produksi Juli, Pasar Khawatirkan Kelebihan Pasokan
Harga minyak dunia mengalami penurunan pada perdagangan Kamis, 22 Mei 2025, menyusul laporan bahwa kelompok produsen minyak terbesar di dunia, OPEC+, tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi minyak mentah pada bulan Juli mendatang. Berita ini menimbulkan kekhawatiran pasar bahwa pasokan minyak global akan melebihi pertumbuhan permintaan, sehingga tekanan harga menjadi lebih besar.
Mengutip data dari CNBC, Jumat (23/5/2025), harga minyak jenis Brent turun sebesar 47 sen atau 0,72%, ditutup di level USD 64,44 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) juga melemah 37 sen atau 0,6%, dengan penutupan pada posisi USD 61,20 per barel. Penurunan ini menandai koreksi pasar setelah harga minyak sebelumnya mengalami tren penguatan didorong oleh kekhawatiran gangguan pasokan.
Menurut laporan Bloomberg, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ sedang melakukan diskusi intensif menjelang pertemuan resmi mereka pada 1 Juni 2025. Salah satu agenda utama adalah mempertimbangkan peningkatan produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari (bph) untuk bulan Juli. Namun, sampai saat ini belum ada keputusan final yang diambil, dan negosiasi masih berlangsung antara negara anggota.
“Kami melihat pasar mulai bereaksi terhadap indikasi bahwa OPEC+ mungkin menggeser strategi mereka dari upaya mempertahankan harga tinggi menuju fokus pada mempertahankan pangsa pasar mereka,” ujar Harry Tchiliguirian, Kepala Riset Pasar Energi di Onyx Capital Group. Menurut Tchiliguirian, langkah ini bisa menjadi sinyal bahwa OPEC+ siap menambah pasokan minyak secara agresif untuk merespon dinamika pasar global yang semakin kompleks.
Sejak awal tahun 2025, OPEC+ telah mulai mengakhiri fase pemangkasan produksi yang diberlakukan selama beberapa tahun terakhir guna menstabilkan harga minyak. Pada bulan Mei dan Juni, kelompok ini sudah menambah produksi secara bertahap. Proyeksi dari para analis memperkirakan bahwa OPEC+ dapat meningkatkan produksi hingga total 2,2 juta barel per hari pada akhir tahun, terutama menjelang bulan November, apabila keputusan di pertemuan Juni nanti menyetujui rencana kenaikan produksi tersebut.
Selain faktor OPEC+, harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh sejumlah kondisi lain. Salah satunya adalah data permintaan minyak global yang menunjukkan tanda perlambatan akibat melemahnya aktivitas ekonomi di beberapa negara utama konsumen energi seperti Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa. Data terbaru dari International Energy Agency (IEA) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini akan mencapai hanya sekitar 1,1 juta barel per hari, lebih rendah dibandingkan estimasi sebelumnya.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik yang selama ini menjadi pemicu fluktuasi harga minyak, seperti konflik di Timur Tengah dan sanksi terhadap beberapa negara produsen, kini mulai mereda. Kondisi ini turut menurunkan risiko gangguan pasokan yang sebelumnya membuat harga minyak melonjak.
Secara teknikal, para trader juga mencermati laporan stok minyak mentah mingguan dari American Petroleum Institute (API) dan Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) yang dirilis pekan ini. Data menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah di Amerika yang tidak sesuai ekspektasi pasar, sehingga menambah tekanan jual pada harga minyak.
Secara keseluruhan, sentimen pasar saat ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemungkinan kenaikan produksi oleh OPEC+, ketidakpastian permintaan dan kondisi ekonomi global tetap menjadi faktor utama yang mengendalikan pergerakan harga minyak dunia dalam beberapa bulan ke depan.
0 Comments