Rupiah Dibuka Perkasa Lawan Dolar AS, Cek Prediksinya Hari Ini

Rupiah Dibuka Perkasa Lawan Dolar AS, Cek Prediksinya Hari Ini

Rupiah Menguat Tipis di Tengah Kekhawatiran Fiskal AS, Tekanan terhadap Dolar Meningkat

Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Jumat pagi, 23 Mei 2025. Berdasarkan data pasar spot, rupiah dibuka naik sebesar 8 poin atau 0,05 persen ke level Rp16.320 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.328 per dolar.

Penguatan rupiah ini terjadi seiring tekanan terhadap dolar AS yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi fiskal Amerika Serikat. Menurut analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, sentimen pasar saat ini cenderung menghindari dolar AS akibat kekhawatiran mengenai kesehatan fiskal negara tersebut. “Rupiah dan mata uang Asia pada umumnya menguat terhadap dolar AS, yang pagi ini tertekan cukup dalam akibat kekhawatiran fiskal di AS,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dikutip dari Antara.

Penurunan Peringkat Utang AS Tekan Dolar

Salah satu faktor utama yang menekan dolar AS adalah penurunan peringkat utang pemerintah AS oleh lembaga pemeringkat Moody's. Pada pekan ini, Moody’s resmi menurunkan peringkat utang jangka panjang AS dari Aaa menjadi Aa1, mencerminkan meningkatnya risiko fiskal dan ketidakpastian politik di negara tersebut.

Dalam pernyataannya, Moody’s menyoroti tren defisit fiskal tahunan yang terus membesar dan meningkatnya beban pembayaran bunga sebagai alasan utama di balik penurunan peringkat. Lembaga itu memperkirakan defisit fiskal AS akan melebar dari 6,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2024 menjadi hampir 9 persen pada 2035, jika tidak ada perubahan signifikan dalam kebijakan fiskal.

Langkah Moody’s tersebut memperkuat kekhawatiran bahwa AS bisa menghadapi tekanan ekonomi yang lebih dalam, termasuk potensi resesi, terutama di tengah kebijakan suku bunga tinggi dari Federal Reserve dan ekspektasi inflasi yang masih tinggi.

Dampak Terhadap Pasar Keuangan Global

Penurunan peringkat ini berdampak luas terhadap pasar keuangan global. Indeks dolar AS (DXY) tercatat melemah ke level 103,27 pada Jumat pagi, turun sekitar 0,4 persen dari hari sebelumnya. Pelemahan ini memberikan ruang bagi mata uang lain, termasuk rupiah, yen Jepang, won Korea Selatan, dan yuan China, untuk menguat.

Sementara itu, pasar obligasi AS juga merespons negatif. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun sempat melonjak ke atas 4,6 persen sebelum kembali turun ke kisaran 4,5 persen. Investor global kini semakin berhati-hati dalam memegang aset-aset berbasis dolar.

Respons Domestik dan Prospek Rupiah

Di sisi domestik, penguatan rupiah juga ditopang oleh meningkatnya aliran dana asing ke pasar obligasi Indonesia menjelang pengumuman data neraca perdagangan dan cadangan devisa terbaru pekan depan. Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 6,25 persen dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar dan menahan tekanan inflasi.

Namun, analis memperingatkan bahwa penguatan rupiah masih bersifat terbatas dan rentan terhadap sentimen global. “Sentimen fiskal AS memang memberi angin segar bagi rupiah, namun volatilitas pasar tetap tinggi dan potensi koreksi masih terbuka lebar, terutama jika The Fed kembali memberi sinyal hawkish dalam pertemuan mendatang,” tambah Lukman.

Outlook Jangka Menengah

Dalam jangka menengah, nilai tukar rupiah kemungkinan akan bergerak dalam kisaran Rp16.250 hingga Rp16.400 per dolar AS, dengan arah pergerakan yang sangat tergantung pada dinamika global, termasuk perkembangan kebijakan moneter AS, harga komoditas, serta arus modal asing.

Konsensus pelaku pasar menyebutkan bahwa tekanan terhadap dolar AS bisa berlanjut jika pemerintah dan Kongres AS gagal menunjukkan komitmen kuat untuk menurunkan defisit dan menstabilkan beban utang. Hal ini bisa menjadi peluang bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, untuk menunjukkan ketahanan relatif dalam menghadapi ketidakpastian global.