Jurusan Fabrikasi Logam di SMK Kudus Raup Rp 7 Miliar Setiap Tahun

SMK NU Ma’arif Kudus Jadi Contoh Penerapan Teaching Factory untuk Menjawab Tantangan Dunia Industri
Peningkatan kualitas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia terus menunjukkan progres signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dunia industri yang terus berkembang. Salah satu indikator kemajuan tersebut adalah implementasi sistem pembelajaran Teaching Factory (Tefa)—sebuah pendekatan pembelajaran berbasis produksi nyata yang menekankan kolaborasi langsung antara sekolah dan dunia kerja.
Salah satu sekolah yang berhasil menerapkan metode ini secara efektif adalah SMK NU Ma’arif Kudus, Jawa Tengah. Sekolah ini telah menjadikan Teaching Factory sebagai bagian integral dari kurikulum di bidang fabrikasi logam, dengan melibatkan tidak hanya para siswa tetapi juga guru dari berbagai kompetensi keahlian dalam aktivitas produksi langsung di lingkungan sekolah. Proses ini dirancang sedemikian rupa agar menyerupai suasana kerja di dunia industri sebenarnya.
Pembelajaran Langsung dari Dunia Nyata
Melalui pendekatan Teaching Factory, para siswa tidak hanya belajar secara teoritis, tetapi juga memperoleh pengalaman kerja nyata yang meningkatkan kemampuan hardskill seperti teknik pengelasan, pemotongan logam presisi, dan desain produk berbasis CAD/CAM, serta softskill seperti manajemen waktu, komunikasi tim, dan problem-solving. Pengalaman ini membekali mereka dengan kompetensi yang langsung relevan dengan kebutuhan industri.
Setiap proyek yang dikerjakan siswa dalam Teaching Factory juga terdokumentasi sebagai bagian dari portofolio pribadi mereka. Portofolio ini menjadi nilai tambah saat mereka melamar kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sekaligus menunjukkan kesiapan mereka menghadapi dunia kerja.
Kolaborasi dengan Djarum Foundation dan SMBC Indonesia
Teaching Factory fabrikasi logam di SMK NU Ma’arif Kudus merupakan bagian dari program DAYA, yang digagas oleh Djarum Foundation dan SMBC Indonesia sejak tahun 2019. Program ini tidak hanya fokus pada pembelajaran siswa, tetapi juga pada penguatan kapasitas guru serta penyediaan fasilitas dan peralatan berstandar industri internasional.
Dalam kurun waktu kurang dari enam tahun, inisiatif ini telah menghasilkan capaian yang impresif. Setiap tahun, Teaching Factory ini meluluskan sekitar 425 siswa kompeten di bidang fabrikasi logam, dengan tingkat keterserapan kerja mencapai lebih dari 85%, baik di sektor manufaktur nasional maupun internasional.
Beberapa alumni bahkan telah diterima bekerja di perusahaan-perusahaan besar seperti Astra Otoparts, Yamaha Motor Manufacturing, dan beberapa perusahaan di Jepang dan Korea Selatan melalui program magang luar negeri.
Transformasi Vokasi Jadi Pilar SDM Nasional
Menurut Direktur Utama SMBC Indonesia, Henoch Munandar, program ini sejalan dengan visi SMBC untuk menciptakan perubahan bermakna melalui dukungan terhadap pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
“Sebagai manifestasi visi SMBC Indonesia untuk memberikan perubahan yang lebih bermakna melalui DAYA, kami senantiasa menggandeng mitra dengan visi yang sama, seperti kolaborasi dengan Djarum Foundation. Kami percaya bahwa pendidikan vokasi memainkan peranan penting dalam menciptakan social value yang berkelanjutan dan bermakna, tidak hanya bagi siswa tetapi juga keluarga dan masyarakat sekitarnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (27/6/2025).
Djarum Foundation juga menegaskan komitmennya untuk terus memperluas cakupan program ini ke berbagai daerah lain di Indonesia. Saat ini, konsep Teaching Factory telah mulai direplikasi di lebih dari 20 SMK lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan, yang difasilitasi melalui pelatihan dan transfer teknologi dari SMK NU Ma’arif Kudus sebagai sekolah model.
Dukungan Pemerintah dan Tren Masa Depan
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga mendorong pengembangan Teaching Factory sebagai bagian dari implementasi Merdeka Belajar SMK Pusat Keunggulan. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dalam beberapa kesempatan menekankan pentingnya kolaborasi dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dengan SMK untuk menciptakan lulusan yang siap kerja dan berdaya saing global.
Ke depan, Teaching Factory tidak hanya terbatas pada bidang fabrikasi logam, namun juga diharapkan bisa dikembangkan ke sektor lain seperti teknologi informasi, agribisnis, otomotif, dan energi terbarukan, sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja nasional dan tren industri 4.0 serta 5.0.
0 Comments