Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I-2025 Capai 4,87%

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I-2025 Capai 4,87%

Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,87% di Kuartal I 2025, Dipicu Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 4,87% pada kuartal I 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Pertumbuhan ini mencerminkan kelanjutan tren pemulihan ekonomi nasional meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal seperti ketidakpastian global dan fluktuasi harga komoditas.

PDB Mencapai Rp 5.665,9 Triliun

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal I 2025 tercatat sebesar Rp 5.665,9 triliun, sementara PDB atas dasar harga konstan (mengacu pada tahun dasar 2010) mencapai Rp 3.264,5 triliun.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 adalah sebesar 4,87% bila dibandingkan dengan kuartal I 2024. Angka ini menunjukkan keberlanjutan momentum pemulihan ekonomi pascapandemi,” kata Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/5/2025).

Pola Musiman di Awal Tahun

Amalia menjelaskan bahwa secara kuartalan (quarter-to-quarter), ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 0,83%, yang menurutnya merupakan hal yang lazim terjadi di kuartal pertama setiap tahunnya.

“Setiap awal tahun, aktivitas ekonomi cenderung melambat dibandingkan kuartal IV tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pola musiman, seperti berakhirnya musim belanja akhir tahun dan periode transisi anggaran pemerintah,” jelas Amalia.

Sektor Pertambangan Terkontraksi, Sektor Jasa dan Manufaktur Menopang Pertumbuhan

Dari sisi lapangan usaha, hampir seluruh sektor ekonomi mencatatkan pertumbuhan positif secara tahunan, kecuali sektor pertambangan yang mengalami kontraksi sebesar 1,23% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh penurunan harga batu bara global dan perlambatan permintaan dari Tiongkok, yang selama ini menjadi pasar utama ekspor komoditas Indonesia.

Sementara itu, sektor jasa—terutama transportasi, pergudangan, dan informasi—tumbuh pesat di atas 6%, mencerminkan pemulihan mobilitas masyarakat dan aktivitas digital yang semakin tinggi. Industri pengolahan juga mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 4,14%, menunjukkan stabilitas sektor manufaktur sebagai tulang punggung ekonomi nasional.

Konsumsi Rumah Tangga dan Investasi Jadi Pendorong Utama

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tetap menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan PDB, dengan pertumbuhan sebesar 4,91% (yoy). Ini ditopang oleh inflasi yang relatif terkendali dan daya beli masyarakat yang mulai pulih.

Selain itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi juga tumbuh sebesar 4,32%, didorong oleh peningkatan investasi pada sektor konstruksi dan alat transportasi. Pemerintah juga melaporkan bahwa penanaman modal asing (PMA) mengalami peningkatan sebesar 8,5% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Meskipun ekonomi Indonesia tumbuh cukup solid, BPS mencatat bahwa ketidakpastian global masih menjadi tantangan yang harus diwaspadai. Ketegangan geopolitik, kebijakan suku bunga tinggi di Amerika Serikat, dan fluktuasi harga minyak mentah dunia masih berpotensi memberikan tekanan pada sektor eksternal Indonesia.

Untuk menjaga momentum pertumbuhan, pemerintah terus mendorong reformasi struktural dan percepatan proyek-proyek strategis nasional, termasuk pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri.

Proyeksi ke Depan

Ekonom memproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 5,1–5,3% pada tahun 2025 secara keseluruhan, seiring dengan membaiknya kinerja ekspor, stabilnya konsumsi domestik, dan meningkatnya kepercayaan investor.

“Kunci utama untuk mempertahankan pertumbuhan adalah menjaga stabilitas makroekonomi, mendorong daya saing industri, dan memastikan program bantuan sosial tepat sasaran agar konsumsi masyarakat tetap kuat,” kata ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro.