Rp 24,04 Triliun Modal Asing Cabut dari Indonesia, Ada Apa?

Bank Indonesia Mencatat Aliran Modal Asing Keluar pada Pekan Kedua April 2025: Faktor Ekonomi Global dan Risiko Inflasi Memengaruhi Pasar
Bank Indonesia (BI) mencatatkan adanya aliran modal asing yang keluar pada pekan kedua bulan April 2025. Meskipun Indonesia terus berusaha memulihkan ekonomi pasca-pandemi, data menunjukkan bahwa pada tahun 2025, modal asing yang keluar dari pasar Indonesia masih cukup signifikan.
Aliran Modal Asing di Pekan Kedua April 2025
Direktur Eksekutif Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa berdasarkan data transaksi antara tanggal 8 hingga 10 April 2025, secara agregat nonresiden tercatat melakukan jual neto sebesar Rp24,04 triliun. Hal ini menggambarkan sebuah tekanan besar terhadap pasar modal Indonesia pada periode tersebut.
“Secara agregat, nonresiden tercatat jual neto Rp24,04 triliun. Akumulasi jual neto tersebut didorong oleh jual neto di pasar Surat Berharga Negara Indonesia (SRBI), Surat Berharga Negara (SBN), dan saham masing-masing sebesar Rp10,47 triliun, Rp7,84 triliun, dan Rp5,73 triliun,” jelas Ramdan, seperti dikutip dari situs resmi Bank Indonesia pada Minggu, 13 April 2025.
Tren Modal Asing yang Keluar pada Tahun 2025
Aliran modal asing keluar tersebut juga tercatat dalam data tahunan (ytd) hingga 10 April 2025. Berdasarkan data tersebut, Bank Indonesia melaporkan bahwa terdapat beli neto sebesar Rp7,11 triliun di pasar SRBI dan Rp13,05 triliun di pasar SBN. Namun, di sisi lain, terjadi jual neto sebesar Rp32,48 triliun di pasar saham, yang menunjukkan adanya penurunan minat investor asing terhadap saham Indonesia.
Pergerakan Premi CDS dan Nilai Tukar Rupiah
Sementara itu, untuk indikator pasar lainnya, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor lima tahun tercatat berada pada angka 113,35 bps per 10 April 2025, mengalami kenaikan dibandingkan dengan 4 April 2025 yang tercatat sebesar 105,75 bps. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan persepsi risiko terhadap utang negara Indonesia di pasar internasional.
Nilai tukar rupiah, pada tanggal yang sama, ditutup pada level (bid) Rp16.795 per dolar AS. Meskipun ada sedikit pelemahan pada rupiah, hal ini masih terbilang stabil dibandingkan dengan pergerakan sebelumnya yang berada pada angka 16.873 per dolar AS. Di sisi lain, yield SBN 10 tahun turun menjadi 7,026%, yang menunjukkan adanya peningkatan minat investor pada surat utang negara Indonesia meskipun terdapat ketidakpastian pasar.
Rupiah Menguat Sementara pada 10 April 2025
Meskipun aliran modal asing keluar, nilai tukar rupiah sempat menguat pada penutupan perdagangan 10 April 2025. Rupiah menguat sebesar 50 poin atau sekitar 0,29 persen, menjadi Rp16.823 per dolar AS, dibandingkan dengan posisi sebelumnya pada Rp16.873 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diumumkan oleh Bank Indonesia pada hari tersebut juga tercatat menguat, berada pada level Rp16.779 per dolar AS, naik dari sebelumnya yang tercatat pada Rp16.943 per dolar AS.
Pengaruh Ekspektasi Ekonomi Global terhadap Rupiah
Pengamat mata uang dan Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menjelaskan bahwa penguatan nilai tukar rupiah sebagian besar dipengaruhi oleh meredanya ekspektasi resesi Amerika Serikat (AS). Meskipun terdapat ketidakpastian yang masih menghantui pasar global, penguatan rupiah ini merupakan dampak dari pasar yang mulai mengurangi beberapa ekspektasi negatif terhadap resesi AS.
“Pasar mengurangi beberapa ekspektasi untuk resesi AS. Namun, prospek ekonomi jangka pendek tetap tidak pasti, dengan risalah rapat Federal Reserve bulan Maret menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan merasa gelisah tentang inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat,” ujar Ibrahim Assuabi, seperti dikutip dari Antara pada Kamis, 10 April 2025.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi global, terutama terkait dengan kebijakan suku bunga Federal Reserve, turut memengaruhi pergerakan nilai tukar dan aliran modal asing di pasar emerging markets, termasuk Indonesia. Beberapa analis menilai bahwa ketegangan geopolitik di beberapa wilayah, serta kebijakan moneter yang ketat di negara maju, turut memberikan tekanan pada pasar keuangan Indonesia.
Tantangan Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global
Pada sisi lain, meskipun Indonesia mengalami tantangan besar dengan aliran modal asing yang keluar, terdapat upaya pemerintah dan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi. BI terus berupaya menjaga daya tarik investasi di Indonesia dengan mengoptimalkan kebijakan makroprudensial dan memperkuat fundamental ekonomi domestik.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada aliran modal asing adalah dengan memfokuskan perhatian pada pertumbuhan sektor-sektor domestik seperti industri digital, pariwisata, serta infrastruktur yang diharapkan dapat menjadi penopang utama perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Ke depannya, Indonesia juga diharapkan untuk terus memantau kondisi global, seperti potensi resesi di Amerika Serikat dan kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi aliran modal asing dan kestabilan nilai tukar rupiah. Pemerintah diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang lebih adaptif dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang terus berubah.
Dengan berbagai upaya tersebut, Indonesia diharapkan mampu mengatasi tantangan ini dan kembali menjadi tujuan investasi yang menarik bagi para investor asing, meskipun adanya ketidakpastian ekonomi global.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, meskipun ada aliran modal asing yang keluar pada pekan kedua April 2025, pasar Indonesia menunjukkan ketahanan dengan adanya penguatan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir. Meskipun tantangan ekonomi global masih ada, langkah-langkah strategis dari pemerintah dan Bank Indonesia dapat memberikan harapan bahwa perekonomian Indonesia akan terus stabil dan berkembang dalam jangka panjang.
0 Comments