Tips Kelola Keuangan bagi Gen Z, Ini Hitungan untuk Belanja hingga Investasi

Tips Kelola Keuangan bagi Gen Z, Ini Hitungan untuk Belanja hingga Investasi

Generasi Muda Perlu Strategi Tepat Kelola Keuangan agar Siap Hadapi Risiko Finansial di Masa Depan

Di era yang penuh ketidakpastian ekonomi seperti saat ini, generasi muda khususnya Gen Z dinilai sangat perlu memiliki strategi pengelolaan keuangan yang matang dan terencana. Hal ini penting agar mereka mampu menghadapi berbagai risiko finansial yang mungkin muncul dan memastikan kekokohan kondisi keuangan mereka di masa depan.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Karin Zulkarnaen, Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia, dalam sebuah keterangan tertulis yang dirilis di Jakarta pada Senin, 26 Mei 2025. Karin menegaskan bahwa dalam kondisi ekonomi global yang penuh gejolak dan inflasi yang masih menjadi tantangan, anak muda harus melakukan mitigasi risiko keuangan dengan menetapkan tujuan keuangan yang jelas mulai dari jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang.

"Pengelolaan keuangan yang baik harus dimulai dari penghasilan yang kita miliki. Kita perlu menyusun alokasi keuangan dengan tepat, mulai dari menyiapkan dana darurat yang idealnya setara dengan pengeluaran 3 hingga 6 bulan, kemudian memastikan memiliki proteksi asuransi yang memadai, serta melakukan investasi secara bijak agar kekayaan dapat berkembang," ujar Karin.

Selain itu, Karin juga memberikan tips praktis untuk mengelola keuangan menggunakan metode pembagian persentase, yang bisa dijadikan acuan oleh generasi muda dalam mengatur arus kas mereka:

  • Kebutuhan harian: 40%

  • Biaya sosial dan donasi: 10%

  • Dana darurat, asuransi, tabungan, dan investasi: 20%

  • Pembayaran utang (jika ada): maksimal 30%

Metode ini dianggap cukup fleksibel dan mudah diaplikasikan bagi para milenial dan Gen Z agar pengeluaran dan simpanan mereka tetap seimbang.

Literasi Finansial dan Asuransi Meningkat, Tapi Masih Perlu Ditingkatkan

Strategi pengelolaan keuangan tentu tidak bisa berjalan efektif tanpa dibarengi dengan peningkatan literasi finansial, terutama pemahaman mengenai asuransi. Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2025 yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat bahwa Indeks Literasi Keuangan di Indonesia telah mencapai 66,46%. Angka ini menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan dibandingkan beberapa tahun terakhir.

Namun, dari segi literasi asuransi, meski ada peningkatan dari 36,90% di tahun 2024 menjadi 45,45% di tahun 2025, angka ini masih menunjukkan bahwa kurang dari separuh masyarakat Indonesia benar-benar memahami produk asuransi secara mendalam. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan asuransi dan pemerintah untuk terus mendorong edukasi dan sosialisasi.

Karin menambahkan, "Meningkatkan literasi asuransi penting agar generasi muda tidak hanya menabung dan berinvestasi, tapi juga terlindungi dari risiko finansial yang tak terduga. Proteksi asuransi bisa menjadi penyangga keuangan yang sangat dibutuhkan dalam situasi krisis."

Tren Investasi dan Perlindungan Diri di Kalangan Gen Z

Data terbaru dari Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) menunjukkan bahwa tren investasi di kalangan milenial dan Gen Z terus meningkat, dengan preferensi utama pada instrumen reksa dana dan saham online. Selain itu, perusahaan asuransi mulai menawarkan produk asuransi yang lebih fleksibel dan digital-friendly untuk menarik minat generasi muda.

Sebuah survei internal Prudential Indonesia pada kuartal pertama 2025 menunjukkan bahwa sekitar 55% dari nasabah baru mereka adalah usia di bawah 30 tahun, yang semakin memperlihatkan kesadaran pentingnya proteksi finansial sejak dini.

Pentingnya Edukasi Finansial dari Sekolah dan Pemerintah

Selain inisiatif dari pihak swasta, Karin juga mengingatkan perlunya kolaborasi dengan institusi pendidikan dan pemerintah untuk memasukkan materi literasi keuangan dan asuransi ke dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, generasi muda sudah memiliki bekal pengetahuan sejak dini agar siap menghadapi tantangan finansial di masa depan.

OJK sendiri berencana meluncurkan program literasi keuangan digital yang menyasar pelajar dan mahasiswa pada tahun 2025 ini, sebagai bagian dari upaya meningkatkan inklusi keuangan nasional.